EXTRA PART 4

44.9K 2K 31
                                    

MENJEMPUT SALWA

4 tahun kemudian

Salwa keluar dari dalam penjara setelah semua berkasnya dilengkapi oleh pihak lapas. Ia sudah berkemas sejak kemarin dan siap untuk pulang hari ini.

Namun, itulah yang menghentikan langkahnya. Pulang! Entah kemana ia akan pulang setelah lima tahun mendekam dalam penjara.

Diva memang sering mengunjunginya bersama Daniel dan anak-anak mereka. Tapi bukan berarti kepulangannya akan disambut baik oleh keluarga mereka yang lain.

"Gimana perasaanmu Salwa? Apakah lebih baik setelah lima tahun berlalu?," tanya Airin, salah satu Dokter Psikologis yang bekerja di dalam lapas.

Salwa tersenyum di hadapannya.

"Lumayan Dok..., aku merasa lebih lega dan dibarengi dengan rasa bingung berkepanjangan," jawab Salwa, jujur.

"Bingung tentang apa kalau aku boleh tahu?," Airin menyelidik.

Salwa menarik nafas pelan-pelan.

"Bingung karena aku tidak tahu apa yang harus kulakukan pertama kali saat keluar dari sini."

Airin meremas pundak Salwa dengan lembut.

"Hal pertama yang harus kamu lakukan saat keluar dari sini adalah bertaubat..., jauhi apa yang pernah kamu lakukan, dan berubah menjadi lebih baik," sarannya.

Salwa tersenyum kembali, ia pun mengangguk. Airin mengantarnya sampai di luar pintu penjara, mereka saling berpelukan erat.

"Jaga dirimu baik-baik ya..., hubungi aku jika butuh bantuan," pesan Airin.

"Terima kasih Dok..., aku akan mencari Dokter kalau butuh bantuan atau meskipun untuk sekedar mengobrol," balas Salwa.

"Kak Salwa!!!," panggil Diva, yang ternyata sudah menunggunya di parkiran sejak tadi.

Salwa terpaku di tempatnya. Diva mendekat bersama Daniel, sementara Syifa tetap di mobil bersama Aryan yang sibuk dengan mobil-mobilannya.

Daniel mengambil tas yang di bawa oleh Salwa untuk di masukkan ke dalam mobil. Diva memeluk Salwa dengan erat seraya tersenyum bahagia.

"Ayo..., kita pulang, aku udah masak di rumah. Pokoknya semua makanan kesukaan Kakak udah aku siapin," ujar Diva seraya menarik lengan Salwa.

Syifa membuka pintu mobil dan mempersilahkan Salwa untuk masuk dan duduk di tengah. Gadis manis yang kini hampir lulus dari MTs. itu tak suka jika harus duduk di tengah, ia lebih suka duduk dekat jendela.

"Bibi apa kabar?," tanya Syifa.

Salwa menatap Syifa - gadis yang pernah ia sakiti demi memenuhi ego-nya sendiri.

"Baik...," jawab Salwa, dengan perasaan yang berat.

Syifa menggenggam tangan Salwa dan bersandar di pundak wanita itu dengan santai.

"Bibi nggak perlu takut, Bibi nggak sendirian. Ada Ummi-ku, ada Abi-ku dan juga ada aku dan Aryan yang akan selalu menemani Bibi," ujar Syifa, yang seakan tahu bagaimana perasaan Salwa saat itu.

Salwa mengusap kepala Syifa dengan lembut, lalu mengecupnya sambil menangis diam-diam.

"Ummi dan aku sudah membereskan kamar untuk Bibi, Ummi juga sudah masak makanan kesukaan Bibi. Nanti Bibi boleh tidur sama aku kalau takut tidur sendiri."

Salwa tertawa diam-diam, gadis kecil itu ternyata sudah berubah menjadi gadis remaja yang cerewet, sama seperti Diva.

'Allah akan selalu memberikan kesempatan bagi hamba-Nya yang ingin memperbaiki diri. Maka perbaikilah dirimu, jika Allah masih memberikan kesempatan itu.'

* * *

Kamu Doaku [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang