BAGIAN 18

45.6K 2.6K 20
                                    

Mata adalah jendela hati. Jika hatimu baik, maka matamu juga akan menunjukkan kebaikan. Jika hatimu buruk, maka matamu takkan mampu menutupinya.

* * *

KERAGUAN

Sarah mendekat pada Kiana yang sedang membantu Risya untuk mempersiapkan acara malam Lailatul Qadar. Sebuah sentuhan di pundaknya membuat Kiana menoleh ke arah Sarah.

"

Ukhti, ada waktu sebentar? Saya mau bicara," tanya Sarah.

"Tentu Ukhti, mari kita keluar," ajak Kiana.

Mereka berdua keluar dari dalam masjid menuju beranda. Sarah terlihat gugup, Kiana menyadari itu dan segera meraih dan menggenggam kedua tangan Sarah dengan lembut.

"Ada apa Ukhti Sarah? Kenapa Ukhti gelisah seperti ini?," tanya Kiana.
Sarah menatap mata Kiana lekat-lekat.

"Ukhti, saya dengar Akh Salman melamar Ukhti beberapa hari yang lalu. Apakah itu benar?," tanya Sarah.

"Ya Ukhti..., benar..., Akh Salman melamar saya untuk menikah dengannya," jawab Kiana.

Sarah terlihat terkejut.

"Apakah Ukhti menerima lamarannya?," tanya Sarah lagi.

"Belum Ukhti, saya masih memikirkannya. Ada apa sehingga Ukhti mempertanyakan hal ini?," Kiana balik bertanya.

Sarah menarik nafasnya dalam-dalam, ia berusaha untuk tetap tenang.

"Afwan Ukhti, kalau saya jujur pada Ukhti, bisakah Ukhti memaafkan saya?," pinta Sarah.

Kiana terlihat berpikir beberapa saat sebelum akhirnya menganggukan kepalanya di hadapan Sarah.

"Ukhti..., jujur saja, saya mencintai Akh Salman dan berharap saya lah yang akan menikah dengannya. Apakah salah jika saya meminta pada Ukhti Kiana untuk menolak lamaran Akh Salman?," tanya Sarah dengan jujur.

"Tentu saja salah Ukhti Sarah," jawab seseorang secara tiba-tiba dari belakang mereka berdua.

Mereka menoleh bersamaan dan melihat sosok Bu Nyai tengah berdiri di ujung beranda.

"Di dunia ini, Allah melarang seorang pria melamar wanita yang sudah dilamar oleh pria lain, dan Allah juga melarang wanita mengganggu pria yang sudah melamar wanita lain. Apa yang Ukhti lakukan adalah sebuah kecurangan, dan Allah sangat membenci sebuah kecurangan," tegas Bu Nyai.

Kiana menghalangi Sarah dari pandangan Bu Nyai.

"Bu Nyai..., tolong jangan marah pada Ukhti Sarah, dia hanya bertanya pada saya dan lagipula saya belum menerima lamaran Akh Salman," jelas Kiana.

Abah yang sedang memasang dekorasi bersama beberapa santri pun mendekat pada Bu Nyai, ketika ia mendengar keributan.

"Ada apa ini?," tanya Abah.

"Ukhti Sarah mencoba mencurangi Ukhti Kiana dengan cara memintanya menolak lamaran Akh Salman yang belum dijawab," jawab Bu Nyai singkat dan jelas.

Beberapa santri berkumpul di dekat beranda dan menyaksikan keributan itu.

"Astaghfirullah hal 'adzhim..., apa yang Ukhti Sarah pikirkan? Kenapa harus berbuat seperti ini?," tanya Abah yang tak mengerti jalan pikiran Sarah.

Kamu Doaku [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang