BAGIAN 17

44.2K 2.7K 14
                                    

Masalah di dunia ini tak akan pernah pergi dari kehidupan manusia, segesit apapun manusia itu dalam menghindari masalah. Karena akhir dari masalah di dunia adalah ketika manusia telah berhenti bernafas.

* * *

PERMOHONAN

Ratih, Gunawan, dan Isma menyambut kedatangan Diva dan Daniel dengan penuh suka cita. Diva memeluk Ibu dan Ibu mertuanya dengan erat seakan tak ingin lagi berpisah.

Daniel membawa masuk koper milik Diva ke dalam rumah lalu duduk di sofa bersama isterinya.

"Kalian pasti lelah, langsung istirahat saja di kamar," saran Ratih.

Diva tersentak karena tiba-tiba teringat apa yang pernah terjadi di kamarnya waktu itu.

"Afwan Bu, kalau boleh, aku dan Kak Daniel ingin tinggal di rumah Bu Isma saja. Bu Isma tinggal sendirian dan kami merasa khawatir," ujar Diva.

Ratih menatap Gunawan seakan meminta persetujuan. Gunawan menatap puteri tunggalnya itu dengan seksama.

"Apa yang Diva katakan itu benar Bu, lagipula rumahnya kan tidak jauh dari sini, jadi kita bisa selalu berkunjung," ujar Gunawan.

"Kami yang akan berkunjung Pak, Insya Allah kami tidak akan membuat Bapak atau Ibu merasa jenuh karena harus mengunjungi kami," sanggah Daniel.

"Kak Daniel benar Pak, aku dan Kak Daniel akan berkunjung setiap hari kesini jika Kak Daniel sudah selesai mengajar. Benar kan Bi?," Diva meyakinkan Daniel.

Daniel tersenyum ke arah Diva lalu mengangguk untuk menyetujui keinginan istrinya itu.

Salwa keluar dari dapur dan membawa minuman untuk mereka. Ia dan Diva beradu pandang untuk waktu yang lama.

"Kita harus bicara," pinta Salwa.

Diva pun bangkit dari tempatnya duduk dan berjalan ke dalam rumah mengikuti Salwa. Isma memandangi punggung Diva yang menjauh.

"Diva masih marah?," tanya Isma pada Daniel.

"Tidak Bu, Diva sudah memaafkan apa yang pernah terjadi," jawab Daniel.

"Apa dia akan terus memakai niqob dan menutup wajahnya, sekalipun dia ada di tengah-tengah keluarganya sendiri?," tanya Isma lagi.

Daniel tersenyum.

"Iya Bu..., dia akan selalu memakai niqob-nya untuk menghormati aku sebagai suaminya, Ibu sebagai mertuanya dan juga untuk menghindari fitnah. Wajahnya hanya boleh terlihat oleh kita, jika kita sedang berkumpul di dalam rumah yang tertutup," jelas Daniel.

Isma tersenyum dan menatap ke arah Ratih.

"Anak-anak kita ternyata sudah tahu bagaimana cara menempatkan diri untuk menjaga nama baik keluarga. Saya bahagia mendengar semuanya," ujar Isma, lirih.

"Almarhum Kak Khalil pasti juga ikut merasa bahagia dan tenang sekarang," tambah Gunawan.

Salwa dan Diva duduk berhadapan di beranda belakang rumah. Diva masih diam tanpa mengucap sepatah kata pun di tempatnya.

Kamu Doaku [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang