BAGIAN 10

45.5K 3K 20
                                    

"Jangan lepaskan mutiara yang ada di genggaman, jika hanya tergoda kilau berlian di kejauhan."

* * *

MEMBERI KENYATAAN

Malam mulai beranjak larut, Majelis Ramadhan baru saja usai. Para santri dan santriwati mulai kembali ke pondok mereka masing-masing.

Salman mencuri-curi kesempatan untuk menemui Diva diam-diam. Ia berkilah pada Rasya, Firman dan Ardi, bahwa ada barangnya yang tertinggal di masjid.

Diva baru saja akan menuju ke pondok santriwati bersama Kiana, ketika Salman berhasil mencegahnya di tengah jalan.

"Afwan Ukhti Diva, saya meminta waktu untuk mengajukan beberapa pertanyaan apabila Ukhti tidak keberatan," ujar Salman.

Diva dan Kiana saling menatap satu sama lain. Kiana berbisik di telinga Diva agar Salman tak mendengar. Diva terlihat seakan memikirkan bisikan itu.

"Akh Salman, saya tidak keberatan untuk berbicara dengan Akh Salman. Namun, saya tidak mau berbicara secara langsung seperti ini," pinta Diva.

Salman mengangguk tanda bahwa ia mengerti.

"Baiklah Ukhti..., kita akan berbicara di masjid. Ukhti Diva dan Ukhti Kiana bisa duduk di balik tirai pembatas masjid," saran Salman.

Mereka menyetujuinya dan segera pergi menuju ke masjid kembali.
Salman kembali melebarkan tirai setelah meminta izin pada penjaga masjid. Kiana dan Diva duduk di sisi sebelah selatan dan Salman duduk di sisi sebelah utara.

Diva terus menggenggam tangan Kiana.

"Apakah tidak apa-apa jika kita saling berbicara dengan cara seperti ini Akh Salman?," tanya Diva.

"Wa idzaa sa'altumuuhunna mataa'an fas'aluuhunna miw warooo'i hijaab, dzaalikum ath-haru liquluubikum wa quluubihinn, artinya apabila kamu meminta suatu keperluan kepada mereka, istri-istri Nabi,  maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Saya mengutip ayat ini dari surat Al-Ahzab ayat lima puluh tiga. Apakah Ukhti sudah merasa tenang?," tanya Salman.

"Ya..., saya sudah merasa tenang Akh Salman. Silahkan, jika Akh Salman ingin bertanya," jawab Diva.

"Afwan Ukhti Diva, jika saat ini saya akan menanyakan pertanyaan yang mungkin saja berkaitan dengan masalah pribadi Ukhti, ataupun sesuatu yang berkaitan dengan diri Ukhti sendiri," ujar Salman, meminta izin.

"Apakah tidak masalah Akh Salman, jika seorang Ikhwan bertanya pada Akhwat yang bukan mahrom-nya tentang masalah pribadi?," tanya Kiana yang sebenarnya agak terkejut dengan pernyataan Salman.

Salman menarik nafasnya dalam-dalam.

"Ukhti Kiana, Insya Allah tidak akan ada masalah hanya karena sebuah pertanyaan. Yang akan menjadi masalah adalah jika saya menyakiti hati Ukhti Diva melalui kata-kata saya," jelas Salman dengan lembut.

Akhirnya mereka menerima jawaban itu dan mulai menunggu pertanyaan dari Salman.

"Afwan Ukhti Diva, kalau boleh tahu ada hal apa yang terjadi pada Ukhti, sehingga Ukhti menangis di hadapan Abah usai tadabbur alam kemarin?," tanya Salman.

Kamu Doaku [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang