BAGIAN 1

108K 4.5K 93
                                    

Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia, cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.”
(QS. Ali ‘Imran : 14)

***

10 TAHUN KEMUDIAN

Kehidupan Diva

Tok..., tok..., tok...

Suara ketukan pintu terdengar dari arah depan pintu rumah pondok Pesantren Al-Mu’minin pagi-pagi sekali. Seorang wanita berusia muda bergegas membukakan pintu setelah memakai niqob-nya dengan rapi. Di depan pintu tersebut berdirilah seorang wanita muda lainnya yang sedang tersenyum dari balik niqob-nya yang berwarna cokelat muda.

Assalamu’alaikum Ukhti Kiana, maaf kalau aku mengganggu aktifitas Ukhti pagi-pagi sekali seperti ini,” ujar Ria – santriwati termuda di Pondok Pesantren tersebut.

Kiana membalas senyumannya.

Wa’alaikum salam Ukhti Ria, tidak masalah. Ada perlu apa pagi-pagi begini Ukhti?,” tanya Kiana.

“Aku disuruh Bu Nyai untuk memanggil Ukhti Kiana dan Ukhti Diva. Beliau mengatakan bahwa ada hal yang ingin disampaikan terkait pembahasan dalam acara Istighosah nanti malam,” jawab Ria, menjelaskan.

Diva keluar dari dapur dan segera bergabung bersama Kiana dan Ria di teras. Wanita itu tampak sangat anggun dengan gamis berwarna merah maroon dan hijab panjangnya yang berwarna cokelat muda. Niqob yang ia kenakan pun berwarna senada dengan baju gamisnya. Ria tersenyum ke arahnya dan segera mendapat sambutan berupa pelukan hangat dari wanita itu.

Assalamu’alaikum Ukhti Ria. Sudah sarapan? Ayo kita sarapan sama-sama,” ajak Diva.

Wa’alaikum salam Ukhti Diva, Alhamdulillah aku sudah sarapan bersama Ukhti Nilam dan Ukhti Risya. Syukron untuk ajakannya, tapi afwan karena aku sudah kenyang Ukhti,” jawab Ria.

Diva hanya tersenyum seraya menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia mengerti. Kiana menatapnya seraya tersenyum dari balik niqob-nya.

“Bu Nyai memanggil kita berdua, Beliau ingin membicarakan pembahasan untuk acara Istighosah nanti malam,” ujar Kiana memberi tahu.

“Oh ya? Kenapa kamu nggak bilang dari tadi Kia??? Ayo, kita ke rumah Bu Nyai sekarang, jangan buat Beliau menunggu,” ajak Diva yang masih berkutat dengan rasa terkejutnya.

Kiana dan Ria pun mengangguk lalu mengikuti langkah Diva menuju rumah Bu Nyai. Sementara di rumah Bu Nyai yang memiliki nama asli Hajjah Dewi Nur Khasanah – Isteri dari Kiayi Haji Yusuf Al-Qodri sang pemilik Pondok Pesantren Al-Mu’minun – sedang bersantai usai tadabbur alam bersama Puteri bungsunya, Zahra.

“Ummi, boleh aku pakai baju gamisku yang baru untuk acara Istighosah nanti malam?,” tanya Zahra.

Bu Nyai tersenyum dari balik niqob-nya pada Puteri bungsunya itu.

“Asalkan bukan untuk pamer pada orang lain, kamu boleh memakai baju gamis barumu,” jawab Bu Nyai, memperingatkan.

Zahra tersenyum lalu mengangguk ke arah Ibunya. Diva dan Kiana pun tiba di depan rumah Bu Nyai, Zahra pun bergegas membukakan pagar untuk mereka berdua.

Kamu Doaku [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang