BAGIAN 38

34.9K 2K 7
                                    

Keserakahan selalu membutakan mata manusia, buah dari keserakahan adalah sebuah kehancuran.

* * *

TRAGEDI

Pondok Pesantren Al-Maghfira, 1993.

Flashback On

Acara tahlilan atas meninggalnya Kiyai Abdul Mu'is baru saja usai. Banyak tamu yang sudah pulang, dan banyak pula yang masih tinggal untuk menemani Ayuni - isteri Almarhum.

Ratih membantu Ayuni yang tidak lain adalah teman dekatnya ketika mereka masih sama-sama berada di pesantren.

"Kamu istirahat saja Yu..., kasihan bayimu kalau ditinggal terus," ujar Ratih.

Ayuni tersenyum kepada Ratih.

"Nggak apa-apa Rat..., Najwa sudah dijaga oleh Ibuku, lagi pula ada Kakaknya yang selalu tidur sama dia," balas Ayuni.

"Kamu beruntung Yu..., dipinang oleh pewaris pesantren ini, dan sekarang kamulah yang akan menjalankan pesantren ini setelah suamimu tiada," sindir Ratih, merasa iri pada Ayuni.

"Jangan berprasangka Rat..., aku belum tentu bisa menjalankan amanah dari Almarhum suamiku. Berat Rat..., di samping itu, kedua anakku masih membutuhkan perhatianku. Kholil masih berusia dua tahun, dan Najwa baru berusia tujuh bulan. Aku belum tentu sanggup menjalani semua itu," jawab Ayuni.

Ratih hanya mencibir sinis di belakang Ayuni, tanpa diketahui oleh wanita itu.

"Nyatanya, kamu tetaplah akan menjadi pemilik pesantren ini secara sah! Sementara aku hanya bisa menjadi pengikutmu saja!," gumam Ratih dalam hati.

* * *

4 bulan setelah kematian Kiayi Abdul Mu'is.

Ayuni tengah menimang Najwa sambil memperhatikan Kholil yang sudah mahir berlari-lari dan membuat pusing Ibunya. Sesekali Ayuni tertawa jika Kholil pura-pura tersandung dan jatuh berguling-guling di lantai teras rumah.

Sebuah motor memasuki pekarangan rumah Ayuni, Ibu mertuanya membukakan pagar rumah itu dan mempersilahkan sang tamu masuk.

Ia adalah Gunawan, teman dekat Kiayi Abdul Mu'is. Kedatangannya di sambut baik oleh Ayuni dan Ibu mertuanya. Ratih datang dari dalam rumah untuk membawakan tiga cangkir teh.

"Begini..., kedatangan saya kemari adalah bertujuan untuk meminang Mbak Ayuni. Saya ingin menikahi Mbak Ayuni untuk menjadi isteri saya," ujar Gunawan setelah berbasa-basi selama hampir dua jam.

Ayuni dan Ibu mertuanya pun terkejut mendengar pernyataan tersebut. Ibu mertua Ayuni pun bergegas mengambil Najwa dari pangkuan Ayuni dan menarik Kholil untuk masuk ke dalam rumah.

"Maafkan saya Mas Gunawan..., Mas sudah saya anggap seperti keluarga kami sendiri. Almarhum suami saya sangat mengenal Mas dan menganggap Mas seperti adiknya sendiri. Jadi mohon maaf, saya tidak bisa menerima pinangan Mas Gunawan," jawab Ayuni, tegas.

Gunawan pun pulang dengan perasaan kecewa karena ditolak oleh Ayuni. Ia merasa harga dirinya terhina karena penolakan itu.

Kamu Doaku [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang