BAGIAN 20

40.5K 2.4K 6
                                    

Rezeki, jodoh, dan maut hanya Allah yang bisa mengatur. Manusia hanya bisa berencana.

* * *

MENERIMA KENYATAAN

Firman dan Ardi tengah membantu Salman mengenakan baju pengantin yang sudah disiapkan oleh Bu Nyai dan Abah. Hari ini adalah hari pernikahannya dengan Kiana, setelah dua minggu yang lalu wanita itu menjawab lamarannya.

Rasya masuk ke dalam kamar Salman dan membawakan peci berwarna putih yang sesuai dengan warna baju pengantinnya.

"Alhamdulillah, sebentar lagi Akh Salman memiliki pendamping hidup," ujar Rasya.

Salman tersenyum bahagia.

"Aku nggak nyangka, kalau pernikahan Akh Salman akan dilaksanakan di rumah Orangtua Ukhti Diva," ujar Ardi.

"Itu karena permohonan dari kedua Orangtua Ukhti Diva sendiri. Mereka telah menganggap  Ukhti Kiana seperti puteri mereka sendiri, dan meminta agar pernikahannya dilaksanakan di sana," jelas Salman.

"Orang baik itu akan selalu mendapatkan yang baik dari Allah. Begitupula dengan Ukhti Kiana, dia itu wanita yang baik, shalehah, bisa menjaga dirinya..., maka dari itu Allah memberikan yang terbaik untuk kehidupannya," ujar Firman.

Rasya dan Ardi tersenyum, mereka pun segera membantu Salman untuk keluar dari rumah pondok santri menuju ke mobil pengantin yang sudah disiapkan oleh Abah.

Di luar, para santri dan santriwati yang akan ikut mengantar Salman menuju rumah kediaman orang tua Diva pun sudah berkumpul bersama Abah, Bu Nyai, dan juga puteri-puteri mereka.

Firman membukakan pintu mobil untuk Salman agar pria itu bisa masuk. Namun, Salman berhenti sesaat ketika teringat sesuatu.

"Astaghfirullah..., saya lupa mengambil kotak cincin di lemari. Afwan..., saya akan segera kembali," pamit Salman.

Abah tertawa melihat tingkah Salman yang tiba-tiba menjadi pelupa ketika akan melangsungkan pernikahan. Para santri pun ikut tertawa dalam kebahagiaan.

Salman membuka pintu rumah pondok dan segera masuk ke kamarnya untuk mengambil kotak cincin dalam lemari. Ketika kotak cincin tersebut telah ada dalam genggamannya, ia pun segera menuju pintu kembali. Namun, entah mengapa, pintu rumah itu sudah terkunci dan Salman tak bisa membukanya.

"Kamu pikir aku akan membiarkan pernikahanmu terjadi begitu saja setelah menolakku???," ujar seorang wanita dari balik punggung Salman.

Salman mengenal suara itu. Suara milik Sarah. Ia pun berbalik ke arah wanita itu dengan wajah penuh amarah.

Sarah memegang kunci pintu rumah pondok yang Salman tinggalkan saat ia masuk tadi. Di depan Sarah telah tersedia satu botol bensin yang tidak tertutup.

"Apa yang kamu lakukan??? Apa maksudmu???," tanya Salman, murka.

Sarah tersenyum jahat. Wajah itu tak lagi terbalut dengan niqob sehingga dapat terlihat dengan jelas oleh Salman.

"Hari ini aku tidak akan membiarkanmu pergi dan berbahagia dengan Kiana..., kamu hanya akan pergi denganku..., ke alam lain!!!," jawab Sarah.

Kamu Doaku [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang