BAGIAN 28

38K 2.2K 9
                                    

Amarah bisa berubah menjadi benci. Benci bisa berubah menjadi dendam. Dendam bisa berubah menjadi petaka untuk diri sendiri

* * *

MENGAWASI

Salwa POV

Aku mengumpat hebat saat melihat kebahagiaan mereka yang kian hari kian bertambah. Usulanku pada Kepala panti asuhan untuk memberi tahu Daniel tentang keberadaan puterinya dari hasil pernikahannya dengan Ziona, adalah untuk merusak rumah tangganya dengan Diva.

Aku berpikir bahwa Diva akan menyesali keputusannya kembali dengan Daniel. Namun nyatanya aku salah..., Diva sendirilah yang membawa anak itu ke rumah mereka dan menganggapnya seperti puterinya sendiri.

Aku kalah telak!!! Diva dan Daniel semakin bahagia, sementara aku berkubang dalam penderitaan!!!

Kini, setiap hari aku melihat bagaimana Diva tersenyum bahagia ketika mengantar anak itu sekolah bersama Daniel. Aku juga melihat kebahagiaannya saat menyambut anak itu ketika pulang sekolah di halaman rumah mereka.

Diva sungguh tak terduga bagiku. Dia bukanlah gadis ABG yang memiliki sifat labil, aku tak pernah berhasil menghasutnya untuk berbuat buruk sejak kami masih kecil. Diva juga tidak pernah bertingkah aneh, sehingga aku tak mampu membuatnya dibenci oleh Paman dan Bibi.

Penyesalanku hanya satu terhadapnya, bahwa dia tak seharusnya kujebak waktu itu hanya untuk menghindari perjodohan. Seandainya aku tahu bahwa Daniel adalah pria yang akan dijodohkan denganku, maka aku tak perlu memfitnahnya dekat dengan seorang pria di sekolah.

Saat ini aku masih berpikir keras, bagaimana caranya agar Diva dan Daniel berakhir.

Aku turun dari mobilku dan menuju ke dalam sekolah yang mereka pilihkan untuk anak sialan yang membawa kebahagiaan bagi Diva dan Daniel. Anak sialan yang kupikir akan menjadi 'tiket' untuk menyingkirkan Diva.

Penjaga sekolah menyambutku, aku mengatakan padanya kalau ingin bertemu dengan keponakanku. Padahal sejujurnya, aku sangat ingin muntah ketika menyebut anak sialan itu sebagai keponakanku. Tapi aku harus tenang, karena jika Diva berhasil kusingkirkan dari hidup Daniel, maka aku akan menjadi Ibu tiri untuk anak itu.

Aku melihatnya keluar dari kelas setelah penjaga tersebut memberitahu guru di kelasnya. Aku bersiap menyambutnya saat mata kami beradu pandang. Namun, entah kenapa dia tiba-tiba berjalan lambat ke arahku, seakan aku adalah orang yang wajib dia jauhi.

"Hai Syifa..., apa kabar sayang? Aku Bibimu, Bibi Salwa," ujarku, sok akrab.

Dia berhenti beberapa meter di depanku.

"Bibi mau apa? Ummi melarang aku untuk berbicara dengan orang asing, termasuk Bibi Salwa...," ujarnya.

Apa dia bilang??? Diva menyebutku orang asing??? Berani sekali dia!!!
Aku mencoba mendekat, namun anak itu mundur beberapa langkah dariku.

"Bibi nggak jahat kok sayang..., Bibi bukan orang asing...," cobaku sekali lagi.

Anak itu tetap mundur dan mencoba menjauh, aku pun segera menagkapnya dengan cepat sebelum dia benar-benar berlari. Dia berusaha teriak, namun aku segera menyumpal mulutnya dengan sapu tangan yang sudah kububuhi obat bius. Dia lemas seketika dan tidak lagi berontak untuk melepaskan diri.

Kamu Doaku [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang