BAGIAN 32

32.2K 2K 5
                                    

Allah Maha Tahu, Allah Maha Adil. Dan Allah takkan membiarkan hambanya terus berada dalam kesulitan.

* * *

BERJUANG

Pihak kepolisian tak berhasil menemukan jejak Salwa, mereka berkoordinir untuk melacaknya setelah Daniel mengatakan apa yang Diva pikirkan lewat telepon. Salman masih setia berada di sampingnya, pria itu sudah seperti keluarganya sendiri sejak menikah dengan Kiana.

"Apa motivasi Salwa sehingga Ukhti Diva mencurigainya sebagai penculik Syifa?," tanya Salman, pada Daniel.

Daniel menarik nafasnya dalam-dalam, ia terlihat seakan sedang mengingat semuanya.

"Semua hal yang terjadi dalam hidup kami dimulai sepuluh tahun yang lalu Akh Salman," ujar Daniel.

"Saat perjodohan antara Akh Daniel dan Ukhti Diva dimulai?, terka Salman.

Daniel menggelengkan kepalanya.

"Justru semuanya berawal sebelum ide perjodohan itu dimulai Akh. Aku terlalu sibuk kuliah, terlalu sibuk mengejar keinginan, sampai-sampai lupa memperkenalkan Almarhumah Ziona pada kedua orang tuaku," Daniel menatap lurus tanpa berkedip.

Salman terus memperhatikannya.

"Saat kedua orang tuaku mengatakan akan menjodohkanku dengan puteri dari sahabat baik mereka, aku tak pernah terpikir kalau akhirnya akan benar-benar melabuhkan hati padanya hingga hari ini. Tapi ternyata..., masalah bukan hanya datang dari diriku Akh..., Diva dijodohkan denganku karena fitnah yang datang padanya," jelas Daniel.

"Fitnah?," Salman tak mengerti.

"Ya..., fitnah, dari Kakak sepupunya sendiri. Salwa!," jawab Daniel.

"Fitnah macam apa yang dia katakan?."

"Awalnya, Salwa adalah wanita yang akan dijodohkan denganku, tapi dia tidak mau. Dia juga tak mau menolak permintaan Ayah dan Ibu mertuaku, maka dia berpikir untuk membuat Diva agar bisa menggantikan posisinya dan menikah denganku. Dia memfitnah Diva, dengan mengatakan pada Paman dan Bibinya bahwa Diva berpacaran dengan seorang pria di sekolahnya," Daniel tersenyum sekilas saat menceritakan hal tersebut.

"Astaghfirullah hal 'adzhim..., bagaimana bisa dia memfitnah Ukhti Diva seperti itu? Sementara kami semua di pesantren tahu sekali bagaimana Ukhti Diva menyikapi dan membatasi pergaulannya dengan lawan jenis. Dia bahkan tidak pernah berani menatap wajah pria yang bukan mahromnya," ujar Salman, tak percaya.

"Itulah yang membuat saya sendiri tidak habis pikir. Salwa benar-benar melakukan itu dan berhasil. Tapi saat Diva memutuskan untuk kembali pada saya, Salwa baru membuka mulutnya dan mengakui fitnah tersebut."

"Apa alasannya memfitnah hanya karena tidak ingin menikah dengan Akh Daniel? Bukankah itu terlalu kejam?."

"Dia melakukan hal itu, karena tidak tahu bahwa saya yang akan dijodohkan dengannya. Jadi ketika dia tahu bahwa Diva ternyata menikah dengan saya, barulah dia merasa menyesal karena sudah memfitnah Diva."

Salman tersenyum sinis, untuk Salwa.

"Dia tidak tahu, kalau terkadang Allah juga bisa membalas kejahatan secara instan," ujar Salman.

"Ya..., dan sekarang dia tengah berusaha untuk menyingkirkan Diva dari hidup saya. Dia ingin sekali menggantikan posisi Diva, maka dari itu dia menculik Syifa. Tujuannya adalah agar saya menyerah dan Diva melepaskan saya," ujar Daniel.

Salman menepuk pundak Daniel dengan tegas.

"Jangan menyerah. Jangan melepaskan Ukhti Diva. Saya ada di sini untuk membantu kamu menyelesaikan persoalan gila ini. Jadi tetaplah ada di jalan yang benar."

Daniel menganggukan kepalanya pertanda bahwa ia mengerti. Ponsel Daniel bergetar, ia segera mengangkatnya dengan cepat.

"Assalamu'alaikum...," ujar Daniel.

"Wa'alaikum salam Akh Daniel..., gawat...," balas Abah.

"Ada apa Bah?," tanya Daniel dengan perasaan tidak enak.

"Ukhti Diva tidak ada di rumah pondok, begitu pula dengan Ukhti Kiana. Kami berpikir kalau mereka berdua mendatangi orang yang menelepon Ukhti Diva terakhir kali," jawab Abah.

"Abah tahu darimana kalau Diva menerima telepon?," Daniel terburu-buru menuju mobilnya bersama Salman.

"Ukhti Nilam tak sengaja mendengarnya sesaat sebelum shalat Isya."

* * *

Syifa memeluk Diva dengan erat di dalam kamar tanpa ventilasi itu. Diva tak henti-hentinya menangis saat melihat puteri kecilnya yang tertidur pulas akibat perbuatan Salwa. Begitu pula dengan Syifa. Gadis kecil itu merasa lega setengah mati saat melihat wajah Diva yang menagis ketika memeluknya.

"Ummi..., aku takut..., aku mau pulang Mi...," lirih Syifa.

"Iya sayang..., Insya Allah kita akan pulang dengan selamat dari sini. Abi juga lagi cari Syifa, dan kemungkinan Abi juga mencari Ummi sekarang," balas Diva.

"Sekarang kita harus bagaimana Mi?," tanya Syifa.

Diva menatap Syifa dengan sayang.

"Ayo kita berusaha buka pintunya...," ajak Diva.

* * *

Kiana mengendap-endap di samping rumah yang di tempati Salwa. Diva terlihat masuk ke dalam rumah itu setelah Salwa membukakan pintu untuknya. Ia sudah curiga sejak Diva keluar dari kamar di rumah pondok hanya untuk sekedar mengangkat telepon, dan ketika Diva memintanya untuk mencarikan makanan yang asam, ia pun tahu kalau itu hanya kebohongan.

Diam-diam Kiana mengikuti Diva setelah melihatnya keluar dari rumah pondok. Sekarang, ia benar-benar berada di samping rumah itu untuk bersembunyi.

Salwa terlihat keluar beberapa jam setelah Diva masuk ke sana. Kelihatannya, perempuan itu hendak pergi. Kiana pun menggunakan kesempatan itu untuk masuk ke sana.
Ia mengeluarkan ponselnya sebentar dan mengetikkan pesan untuk seseorang.

"Bismillah..., Allah selalu menyertai langkah-langkah orang beriman," tegasnya, dalam hati.

* * *

Kamu Doaku [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang