BAGIAN 14

41.5K 2.9K 22
                                    

"Jika dirimu tak bisa membuktikan kebenaran, maka biarkanlah Allah sendiri yang menunjukkannya pada mereka tentang kebenaran itu."

* * *

TAK MENYERAH

Daniel memacu mobilnya tanpa henti sejak Diva kembali pergi setelah kesalah pahaman terjadi di antara mereka. Ia terus mencari ke setiap pesantren untuk menemukan sosok isterinya.

Ponselnya terus berdering, namun ia mengacuhkannya. Ia sedang kalut selama berhari-hari hanya karena kesalahan bodoh yang tak ia sengaja.

Isma menatap penuh harap kepada Ratih, sementara yang ditatap hanya menggelengkan kepalanya dengan putus asa.

"Kenapa anak-anak kita terus diberi cobaan yang begitu berat oleh Allah?," Isma menangisi segalanya.

"Kak Isma harus sabar. Permasalahannya kali ini bukan datang dari Daniel ataupun Diva. Permasalahannya adalah saya dan suami saya, yang tidak sadar kalau selama ini kami memelihara perempuan jalang!!!," Ratih menatap tajam ke arah Salwa.

Salwa terisak kembali mendengar kata-kata Ratih.

"Maafkan Salwa Bi..., Salwa tidak mempunyai maksud untuk merusak rumah tangga Diva dan Kak Daniel. Demi Allah Bi...," jelas Salwa, untuk yang kesekian kalinya.

"Cukup Salwa!!! Tidak perlu membawa-bawa nama Allah atas kesalahanmu yang kotor itu!!!," bentak Gunawan, murka.

"Ampun Paman..., Salwa benar-benar tidak sengaja, Salwa hanya berada di tempat yang salah saat hal itu terjadi."

Isma menatap Salwa dengan tajam.

"Kamu sekolah di Al-Azhar kan??? Berarti kamu pernah mendengar hadits riwayat Imam Muslim yang mengatakan, 'wajib bagi kalian untuk jujur dan hati-hatilah, jangan sekali-kali kalian dusta', jadi sekarang lebih baik tutup mulutmu. Kata-katamu itu takkan merubah apapun!!!."

Benar. Airmata Salwa tak bisa mengubah apapun yang telah terjadi dalam hidup Daniel dan Diva. Ia mengetahuinya. Namun bukan kesalahannya jika ia benar-benar berada di tempat yang salah ketika bencana itu datang.

Flashback On

"Dek..., Kakak numpang tidur siang di kamarmu ya, AC di kamar Kakak mati," pinta Salwa siang itu.

Diva tersenyum ke arah Salwa dari balik niqob-nya.

"Boleh Kak, tapi pintunya jangan dikunci ya..., aku mau mandi sebelum Kak Daniel datang. Dia mau bawa barang-barangnya ke sini setelah pulang mengajar," ujar Diva.

"Iya, pintunya nggak akan Kakak tutup," balas Salwa.

Tanpa seorang pun menyadari, itulah awal malapetaka bagi mereka. Daniel tiba lebih awal dan segera membawa barang-barangnya menuju kamar Diva. Ia melihat sosok seorang wanita di tempat tidur, namun tak menyadari bahwa wanita itu bukanlah Diva, melainkan Salwa!

Daniel meletakkan barang-barangnya di samping lemari lalu segera naik ke tempat tidur. Ia memeluk wanita itu di arah belakang.

Salwa yang sedang tertidur pulas tak menyangka jika itu adalah Daniel. Ia berpikir kalau Diva-lah yang sedang memeluknya, karena Diva sejak kecil memang selalu memeluknya ketika ia sedang tertidur.

Diva telah selesai memasak, ia pun segera bergegas menuju ke kamarnya untuk mandi sebelum Daniel datang. Namun, betapa terkejutnya ia ketika melihat apa yang terjadi di atas ranjangnya.

"Astaghfirullah hal 'adzhim!!! Kak Daniel!!! Kak Salwa!!! Apa yang kalian lakukan???," teriak Diva histeris.

Daniel terlonjak mendengar suara teriakan Diva, begitupula dengan Salwa. Daniel menatap tak percaya ke arah Salwa, begitupula dengan Salwa yang saat itu baru saja terbangun dari tidur siangnya.

"Kakak berzina selama ini di belakangku??? Ini yang Kakak bilang ingin memperbaiki kesalahan??? Kenapa Kakak harus berzina dengan Kakakku sendiri???," teriakan Diva semakin menjadi.

Ratih dan Gunawan telah tiba di kamar Diva dan melihat Salwa dan Daniel ada di atas ranjang bersama-sama.

"Dengarkan aku dulu Div..., ini salah paham...," ujar Daniel panik.

"Tidak ada salah paham untuk sebuah perzinahan Kak!!! Aku benar-benar muak dengan kelakuan Kakak!!! Mulai sekarang, aku menceraikan Kakak!!! Silahkan berzina dengan Salwa sampai kalian berdua mati!!!."

Diva pergi dari kamarnya menuju keluar, Daniel berusaha mengejarnya namun tak bisa terkejar. Diva sudah naik taksi ketika ia sampai di halaman.

Sejak itu, Daniel menggila dan mencari Diva tanpa henti. Sementara Salwa, menjadi sasaran kemarahan Ratih, Gunawan dan juga Isma.

Flashback Off

* * *

Abah duduk bersama Salman di rumah milik Abah. Mereka sedang menunggu santriwati yang akan di jodohkan dengan Salman. Bu Nyai sedang mempersiapkannya bersama Zahra - puteri bungsunya.

Ketika selesai, Bu Nyai segera membawa santriwati tersebut ke ruangan yang sama dengan Salman dan Abah. Salman terus menundukkan kepalanya, dalam hatinya hanya terpikir nama Diva.

"Nah..., Salman, ini santriwati yang akan Abah jodohkan denganmu, niqob-nya telah dilepas oleh Bu Nyai agar kamu bisa melihat wajah calon isterimu sebelum kamu menikahinya," ujar Abah.

"Lihatlah wajahnya Nak Salman," pinta Bu Nyai.

Salman masih juga belum mengangkat wajahnya.

"Abah..., saya ingin jujur tentang suatu hal," ujar Salman.

"Apa itu? Katakan saja...," perintah Abah.

Salman menyeka buliran keringat di keningnya, ia sangat gugup saat itu.

"Saya mencintai seseorang selama hampir sepuluh tahun ini Abah," ungkap Salman.

Abah, Bu Nyai, Zahra dan bahkan santriwati yang akan dijodohkan dengan Salman pun terkejut akan pernyataan itu.

Abah berusaha untuk tetap tenang.

"Siapa wanita yang kamu cintai selama hampir sepuluh tahun itu Salman?," tanya Abah.

Salman memantapkan hatinya sebelum menjawab.

"Ukhti Diva..., saya mencintai Ukhti Diva...," jawab Salman.

Abah dan Bu Nyai menghela nafas lega. Zahra tak mampu menahan tawanya hingga harus berusaha sekuat tenaga untuk berhenti.

Salman masih saja menunduk dan tak berani menatap wajah Abah ataupun Bu Nyai.

"Apakah Akh Salman masih mencintai saya meskipun tahu bahwa saya adalah seorang wanita yang pernah menikah di masa lalu?," tanya santriwati yang duduk bersebrangan dengan Salman.

Deg!!!

Suara itu. Suara yang amat ia kenal. Suara yang begitu ia rindukan ketika tak bertemu. Suaranya.

Salman pun mengangkat wajahnya dan menatap wajah Diva yang tak memakai niqob-nya. Wajah cantik bak bulan purnama itu amat menyejukkan hati milik Salman. Dadanya bergetar, bibirnya bertasbih menyebut nama Allah tanpa henti.

Ia baru saja melihat wujud seorang bidadari.

Allahu Akbar.

* * *

Kamu Doaku [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang