Sequel (Part 6)

320 16 0
                                    

     Setelah kejadian kemarin, hari ini semua melakukan aktivitasnya seperti biasa, rio yang menjemput dea karena mereka sudah baikan, gabriel yang menjemput shilla di dalam rumah, alvin yang mengantarkan sivia ke kampus, cakka dan agni yang menunggu sahabat-sahabatnya diparkiran, semuanya berjalan seperti semula seolah sosok yang harusnya ada dikehidupan mereka tak ada, seolah kejadian yang kacau kemarin tak pernah terjadi, seolah semuanya memang harus begini adanya. Lagipula ini permintaan fika tadi malam waktu di club, tadi malam saatRio dea, Alvn via, Cakka agni, dan Shlla gabriel akhirnya memutuskan untuk mengejar fika seperti yang dilakukan Queen dan Mery, mereka berusaha untuk menghimbur fika dan mengatakan kalau fika adalah sahabat mereka tapi gadis itu dengan tegas mengatakan pada mereka bahwa mereka harus menjalani kehidupan mereka tanpa gadis itu bahkan gadis itu meminta semua yang telah terjadi lupakan saja dan entah kenapa mereka menuruti permintaan gadis itu seolah itu adalah sebuah amanat. Sedangkan fika tentu saja menghindari mereka, perasaan bersalah selalu menghantuinya saat dilihatnya shilla, sivia, dan agni tak pernah akur karena kehadirannya, walaupun keakuran itu tak terang-terangan ditunjukkannya tapi fika dapat melihat semua itu, dan perasaan aneh lainnya saat rio menampar dea, saat rio membentak dea, fika merasa dikhianati rasanya sakit bukan sakit patah hati tapi sakit karena kecewa dan fika belum tahu pasti kenapa dia bisa sekecewa itu.

"kak lo ngk ke kampus??" tanya Mery membuyarkan lamunan fika yang sedang duduk diteras rumah mereka, fika tersentak kaget kemudian mengalihkan pandangannya kearah Mery dan tersenyum manis

"bentar lagi" jawab fika kemudian kembali menatap lurus kedepan

"lo ngk nangis??" tanya Mery, fika mengernyitkan dahinya tak mengerti

"untuk apa??" tanya fika tak mengerti, pandangannya masih terus menatap lurus kedepan

"untuk hati lo" jawab Mery singkat sambil terus memandangi kakaknya tersebut, fika terdiam tak berniat untuk membalas perkataan adiknya itu dan tetap memandang lurus kedepan

"untuk hati lo yang sakit, untuk kehidupan lo yang hancur dan untuk permintaan bodoh yang lo buat" lanjut Mery tajam, fika yang mendengarnya hanya bisa mematung sambil terus mengepalkan tangannya kuat-kuat menahan sesuatu yang akan keluar dari pelupuk matanya

"gue ngk ngerti apa yang lo omongin" kata fika datar, Mery tertawa sinis mendengar perkataan kakaknya itu, tertawa karena membohongi dirinya sendiri, tertawa karena sikapnya yang slalu berpura-pura

"nih kalung lo" kata Mery sambil menyodorkan sebuah kalung di depan wajah fika, fika menatap kalung itu tajam, sebuah kalung berwarna perak dengan bandul berbentuk love yang memiliki 2 tanduk dan 1 bandul lagi yang bertuliskan namanya

"alyssa" lanjut Mery, fika terkesiap kaget mendengar nama itu

"gimana bisa lo tahu??" tanya fika tak mengerti

"gue denger pembicaraan lo sama dokter waktu di paris saat lo pertama kalinya sadar, lo nyuruh dokter itu bohong kalau lo amnesiakan?? Tapi jujur gue emang butuh pengganti seorang kakak kayak lo, supaya gue bisa ngerasain hangatnya seorang kakak jadi gue juga berpura-pura ngk tahu kalau lo emang ngk amnesia karena gue pikir lo akan bahagia tapi ngelihat lo sedih begini gue jadi ragu untuk berpura-pura lagi" jelas Mery sambil menatap keatas menerawang kejadian saat diparis

"jadi itu sebabnya lo ngebawa gue ke indonesia dan akhirnya ketemu sama mereka??" tanya fika atau ify, Mery menoleh padanya dan tersenyum lembut

"iya gue kira dengan mempertemukan lo dengan mereka seenggaknya itu bisa buat lo senyum walaupun gue harus nyembunyiin identitas lo, gue ngk tahu kalau sebenarnya lo emang mau ngehindarin mereka dengan cara amnesia" jelas Mery lagi, ify kemudian mengangguk mengerti

Masa-masa SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang