✔ Eleven

3.2K 239 63
                                    

Vote dulu kuyy, sebelum baca... Comment juga :v
Happy reading ❤

“Anjirr, bosen gue,” umpat Fino yang saat ini duduk pada salah satu bangku di atas rooftop.

Fino menatap bergantian kedua sahabatnya yang hanya bergeming. Tidak merespon dirinya.

Elzan asik memainkan handphone-nya, sedangkan Alfa berbaring di atas bangku dengan lengan kiri yang ia gunakan untuk menutup wajah guna mengurangi cahaya matahari yang menyilaukan.

Fino mendesah, “Woii, gue lagi ngomong malah dicuekin.” Cowok itu melemparkan kayu kecil ke arah kedua sahabatnya.

“Baperan amat, sih, lo.” Gumam Elzan tanpa mengalihkan fokusnya.

Alfa menegakkan badannya dengan tangan yang ia gunakan untuk mengunci kedua kakinya yang terlipat ke atas.

“Ya, terus lo mau apa? Cabut?” mata Alfa menyipit akibat silau mahatari, menatap Fino.

“Ya, kita ngapain gitu.” Balas Fino.

“Yaudah, cabut. Gue juga males di sekolah.” Alfa turun dari bangku yang ia duduki.

“Eh, mau kemana?” seloroh Elzan saat melihat Alfa dan Fino berjalan menuruni tangga.

***


“Kita mau lewat mana? Kan gerbang depan di tutup.” Tanya Elzan saat keduanya berjalan di salah satu koridor yang sepi karena jam pelajaran sedang berlangsung.

“Lo bego atau gimana, sih?” Fino menjitak kepala cowok yang berjalan di sampingnya, “kita kan punya jalan rahasia.”

“Gaya lo rahasia-rahasia segala. Palingan juga kita lompat pagar yang tingginya nggak karuan itu.” Cibir Elzan memutar bola matanya membayangkan tembok belakang sekolah.

Alfa menggelengkan kepala pelan, kedua sahabatnya itu memang selalu memperdebatkan hal-hal kecil seperti sekarang ini.

Ketiganya kini berbelok saat mereka sampai di ujung koridor, akan tetapi Alfa menghentikan langkah kakinya secara mendadak dan mengakibatkan kedua cowok yang berjalan mengekor di belakang Alfa menabrak dirinya.

“Anjirr, kenapa berhenti?” sewot Elzan yang menabrak punggung Alfa.

“Mampus,” umpat Alfa masih menatap ke depan.

“Apanya?” tanya Fino memperhatikan Alfa heran.

“Bokap gue.”

Kedua cowok di samping Alfa saling pandang.

Astagfirullah, bokap lo mampus, Al?” tanya Elzan sedikit berteriak.

Alfa menoleh ke kiri, menyikut perut Elzan cukup keras, “Sembarangan lo kalo ngomong.”

Elzan meringgis, mengusap perut malangnya dengan tatapan tajam yang ia berikan pada cowok di sebelahnya.

“Sakit, bego.”

“Mendingan kita puter arah aja, deh, Al.” Fino berucap saat menyadari keberadaan papa Alfa yang berjarak sekitar enam meter dari tempat mereka berdiri.

Alfa dan Elzan kompak mengangguk, ketiga cowok itu memutar badannya bersamaan.

Baru saja mereka hendak melangkah,  tapi seseorang sudah menghentikan ketiga cowok itu.

“Mau kabur, iya?” suara bariton itu terdengar begitu datar bagi mereka.

“Aw, aww. Sakit, Pa.” Alfa berusaha melepaskan jeweran di telinga kanannya.

[TBS 2] : Brother RivalryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang