✔Twenty-six

2.4K 227 52
                                    


“Lo bolos, ya?” tanya Selda agak keras agar Alfa dapat mendengar suaranya.

Alfa diam, tidak menjawab pertanyaan Selda. Mata cowok itu terfokus pada jalanan di depannya.

“Kenapa bolos?” tanya Selda lagi.

“Capek belajar terus,” kali ini, Alfa menjawab dilanjutkan dengan kekehan khasnya,  “turun, udah sampai.”

Selda mengangguk lantas turun dari motor Alfa dengan susah payah. Selda terpaku ketika melihat, Alfa melepas helm dan mengacak rambut.

Namun, detik berikutnya kernyitan terlihat di dahi Selda. Mata gadis itu menyipit.

“Muka, lo kenapa lebam gitu?” Selda menunjuk wajah Alfa yang membiru.

“Kepentok.”

Lipatan di dahi Selda semakin terlihat, “Mana mungkin kepentok bisa sampe babak belur kayak gitu.”

“Sok tau.” Alfa menoyor kening Selda  membuat, gadis itu mengerucutkan bibirnya.

“Ini buktinya,” Alfa menunjuk bagian wajahnya yang lebam.

Alfa terkekeh melihat wajah manyun Selda.

“Alfa, makasih udah nganterin gue pulang.” Wajah Selda yang tadinya, ia tekuk berubah menjadi cerah kembali.

Alfa membalas dengan anggukan kepala, sementara Selda kini sudah menunduk memainkan kedua tali tas birunya.

“Em, makasih juga tadi udah belain gue,” ujar Selda malu-malu dan dibalas anggukan oleh Alfa.

“Besok berangkat bareng, gue jemput.” Alfa mengacak rambut Selda yang dibiarkan tergerai lalu memakai kembali helm full-face miliknya.

Selda mendongak, “Ngapain, lo jemput gue? Gue bisa berangkat sendiri, kok. ”

“Karena lo punya gue sekarang,” Alfa tersenyum dari balik helmnya, “duluan, ya, bye.”

“ALFA, LO BERCANDA, KAN?” teriak Selda karena, Alfa mulai menjauh dari halaman depan rumah Selda.

Selda menggepalkan tangannya kuat-kuat, “AAAAAA.....” pekik Selda gemas sendiri.

“Dipikir gue barang, apa? Punya gue-punya gue.” Kesal Selda ketika menyadari kalimat yang diucapkan Alfa.

Atmosfer di tubuh Selda menghangat bahkan, ia sendiri bisa merasakan pipinya memanas.

Alfa itu aneh.

Tadi di halte sekolah, Alfa mengatakan pada Ferdi jika, Selda adalah pacarnya dan Selda pikir itu hanya akal-akalan Alfa supaya Ferdi menjauhi dirinya.

Akan tetapi, ternyata Alfa memang serius mengatakan hal itu.

“Tapi, gue, kan belum bilang kalau gue mau jadi pacar dia,” gumam Selda pada dirinya sendiri.

Masa bodoh. Alfa sudah meminta persetujuan Selda untuk menjadi pacarnya atau belum, tetap saja Selda nanti pasti akan mengatakan ‘mau’ meskipun sebenarnya, Selda tidak tahu apakah, dirinya siap memulai semuanya dari awal lagi yang kemungkinan besar akan berakhir sama.

Selda segera menepis pikiran negatifnya. Ia yakin semua akan berjalan dengan sempurna. Selda memasuki halaman rumahnya sambil meloncat-loncat seperti anak kecil lengkap dengan senyum yang terus menggembang di wajahnya.

Brukk!

“Aduhh,” Selda memekik, mengusap-usap pantatnya yang mencium mulus lantai di rumahnya.

“Selda, kamu ini kenapa, sih?” tanya seorang wanita yang tanpa sengaja menabrak Selda. Ah, bukan, lebih tepatnya Selda yang menabrak wanita itu.

[TBS 2] : Brother RivalryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang