✔ Fiftteen

2.8K 246 31
                                    


Gadis dengan rambut yang dibiarkan terurai itu masih asik duduk pada kursi panjang di pinggir lapangan.

Ia lebih memilih duduk di sini daripada harus duduk diam di dalam kelas, mendengarkan penjelasan guru yang mungkin sia-sia karena ia tidak mengerti.

Selda, mata cokelat gelapnya menatap ke arah lapangan dimana terdapat beberapa siswa yang sedang bermain basket. Lebih tepatnya pandangan gadis itu hanya terpaku pada satu orang, siapa lagi jika bukan Alfa.

Ya. Kelas IPA 3,  kelas Alfa memang saat ini sedang jam pelajaran olahraga. Entah kebetulan atau tidak, intinya Selda merasa senang.

Alfa satu kelompok dengan Elzan, Fino, Dito, Afif. Kelima cowok itu melawan tim ketua kelas mereka yaitu Bimo dan keempat teman mereka yang lain.

Kedua tim itu berdiri berhadapan dan bersalaman sebelum memulai permainan. Setelah semua berada di posisi masing-masing Pak Ilmawan – guru olahraga itu meniup peluit seraya melambungkan bola ke atas.

Elzan menggiring bola berwarna oranye lalu melemparkannya pada Fino namun, bola basket itu terasa licin. Bukannya ditangkap Fino justru ditangkap Bimo.

“Tangkep, bego!” sewot Elzan.

“Kalo bolanya nggak licin gue juga udah tangkep dari tadi!” Fino tak kalah sewot.

“Lo pikir katak licin?” Elzan berjalan mendekati Fino.

“Sewot mulu lo sama gue, lagi PMS?”

Sontak Elzan menjitak kepala Fino membuat cowok itu mengaduh.

Bukannya ikut merebut bola seperti yang dilakukan Alfa, Dito, dan Afif kedua cowok itu malah saling menjitak kepala satu sama lain.

“Woy, lo pada ngapain, sih!” teriak Alfa yang melihat kedua sahabatnya selalu seperti ini.

Para siswi duduk lesehan di bawah pohon yang ada di pinggir lapangan tertawa melihat kedua temannya yang mengalami pertengkaran kecil.

Alfa merebut bola dari tangan Gerry dengan cepat, lalu memutar badannya dan membawa lari bola basket tersebut dengan men-dribble-nya. Tak jarang keluar teriakan-teriakan dari siswi-siswi sekelasnya.

“Aaaa, Alfaa...”

“Anjirr, ganteng banget.”

“Alfa, semangat!”

“Alfa itu pacar gue, mending kalian diem, deh.” Yang itu suara Rachel. “Alfa sayang, semangat!”

“Dasar penonton alay,” gerutu Alfa.

Alfa sedikit berjinjit, melempar bola oranye dengan satu tangannya dan bola itu masuk ke dalam ring dengan mulus. Suara peluit pak Ilmawan berbunyi beriringan dengan teriakan histeris dan tepuk tangan dari siswi yang menonton.

Begitu juga dengan Selda yang memekik kecil saat melihat Alfa berhasil memasukkan bola itu.

Priittt...

Peluit kembali ditiup. Fino memantulkan bola basket di lapangan sambil berlari menghindari Yoga yang mengejar di belakangnya untuk merebut bola.

Fino berhenti dan melakukan teknik pivot. Ia melambungkan bola yang ada di tangannya ke arah Alfa yang berjarak tiga meter darinya. Alfa berhasil menangkap benda bulat itu lalu men-dribble bola tersebut.

Alfa sedikit mendongak, matanya menyipit terkena sinar matahari yang begitu menyengat. Detik berikutnya cowok itu bersiap untuk melompat, saat kedua kakinya tidak lagi menginjak lapangan basket tiba-tiba seseorang berlari ke arahnya.

[TBS 2] : Brother RivalryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang