✔Forty-four

1K 75 19
                                    

Suasana club kali ini terlihat ramai karena malam ini kedatangan seorang DJ yang cukup terkenal. Akan tetapi, cowok itu tidak peduli. Ia menyukai tempat itu bagaimana pun keadaannya.

Alfa, cowok itu duduk dengan tenang di salah satu bar. Untuk yang kedua kalinya ia kembali ke club, lagi. Suara musik EDM tidak mengusik dirinya, Alfa justru menikmatinya. Tangan cowok itu kembali terangkat meneguk minuman yang disajikan dengan gelas kecil yang harganya tidak bisa dibilang murah.

"Rand, dua lagi," pinta Alfa. Randy mengangguk patuh, ia langsung membuatkan pesanan cowok itu.

"Lo tumben jadi sering ke sini, Fa. Lagi ada masalah?" tanya Randy sambil menyiapkan pesanan Alfa.

Alfa menggeleng, "Lagi pengen aja," ucapnya santai.

Dua menit setelahnya pesanan Alfa siap, Randy meletakkan pesanan Alfa di atas meja bar. Alfa menatap sekelilingnya seraya meneguk segelas minuman yang ia pesan. Wajah Alfa yang putih kini sudah terlihat memerah mungkin karena efek dari minuman yang ia minum saat ini.

Cowok itu mengerjapkan matanya beberapa kali sebab matanya sekarang terasa berat, satu tangannya ia gunakan untuk menyangga kepalanya.

"Rand," panggil Alfa serak.

Randy yang baru selesai menyiapkan pesanan orang lain lantas menoleh ketika Alfa memanggilnya. Cowok yang berusia dua tahun lebih tua dari Alfa itu pun berjalan mendekat.

"Kenapa, Fa?"

"Gue mau satu lagi, habis itu gue mau pulang," ucap Alfa masih dengan kepala yang menunduk.

"Udah cukup lo minumnya malam ini, Fa."

Terdengar sebuah decakan keluar dari mulut Alfa, "Nanti gue bayar."

Randy menghela napas pelan, "Bukan masalah lo bayar atau enggak, Fa. Tapi, lo udah terlalu banyak minum."

Randy tidak sepenuhnya berbohong karena Alfa selalu membayar minumannya bahkan cowok itu selalu memberikan uang lebih dari minuman yang ia pesan juga memberi tip untuk Randy yang bisa dibilang terlalu berlebihan.

Randy berucap seperti itu karena ia tahu Alfa sudah mabuk berat.
Alfa hanya bergumam tidak jelas. Tak lama kemudian ia menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangan, melupakan pesanannya beberapa saat yang lalu.

Terlihat seorang cowok dengan wajah western yang kental berdiri di ambang pintu masuk sebuah club malam. Entah sudah berapa lama dirinya tidak mendatangi tempat yang tidak seharusnya ia kenal itu.

Ia bahkan hampir lupa bagaimana keadaan club saat terakhir kali ia datangi. Cowok dengan kaus hitam yang dibalut kemeja kotak-kotak merah itu berjalan masuk dan seketika aroma khas langsung menyeruak ke indra penciumannya.

Cowok itu berjalan mendekat ke meja bar lantas duduk pada salah satu kursi di sana. Seorang bartender yang menyadari kehadiran cowok yang tidak pernah ia lihat hampir lima bulan itu sedikit tersentak.

"Kean?" bartender itu mengangkat tangannya dan melakukan tos pada cowok yang ia panggil Kean itu, "What up, bro?" lanjutnya seraya tersenyum.

Kean, cowok itu hanya tersenyum simpul membalas tos Randy, "Lo bisa liat sendiri, gimana."

"Dari mana aja lo, nggak pernah ke sini lagi?"

"Overlong, huh?" tanya cowok itu seraya tersenyum miring.

"Ya," jawab Randy terkekeh, "Jadi?" Randy mengangkat sebelah alisnya.

"Masih inget apa yang selalu gue pesen?" tanya Kean sambil menggerakkan kedua alisnya.

"Sure," balas Randy sombong, "Gue bikinin, lo tunggu bentar."

[TBS 2] : Brother RivalryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang