✔ Twenty

2.3K 166 19
                                    

Helaan napas terdengar di ruang kelas sebelas IPA dua, kelas Alkha.

Hampir seluruh siswa mendengus keras. Wajah mereka yang semestinya terlihat segar pagi ini justru terlihat kebalikkannya. Kusut.

Apalagi jika bukan karena Bu Beti- guru matematika yang dengan sengaja memberikan ulangan harian sepagi ini, padahal jarum jam masih menunjukkan pukul enam lebih tiga puluh menit.

Terlalu pagi untuk bertemu soal matematika.

Semua murid tidak habis pikir dengan guru gendut itu. Jam pelajaran seharusnya dimulai pukul tujuh lewat lima belas menit, tetapi Bu Beti selalu menyuruh murid-murid masuk lebih awal saat guru tersebut memberikan ulangan harian.

"Gue masih ngantuk, njirr." Dengus salah satu siswa.

"Semangat banget, sih, itu guru sampai bela-belain berangkat pagi," Satria ikut menimpali.

"Emang dia di rumah nggak masak dulu apa?"

"Gue yakin, tuh, guru nggak ada kerjaan di rumah." Kini giliran Dani yang bicara.

"Gimana mau ngerjain kalo gue ngantuk berat."

Setelahnya terdengar kekehan dari deretan meja di belakang.

"Ini ada apa, sih?" tanya Selda yang baru saja duduk di bangkunya.

"Ulangan matematika," timbal Dani.

Selda yang baru saja meletakkan tasnya langsung berbalik menghadap Dani yang duduk di depannya, "What?" pekik Selda.

"Berisik." Ketus Alkha yang merasa terganggu dengan suara Selda.

"Galak," Selda memukul lengan cowok di sampingnya dan langsung dihadiahi pelototan dari Alkha.

"Dani, sini, kamu." Bu Beti menggerakkan tangannya sebagai gestur memanggil Dani untuk maju ke depan.

Dani mendengus pelan, "Gue mulu, anjiir," gumam cowok itu.

"Udah, doi manggil, tuh." Satria yang duduk di samping Dani menepuk bahu Dani dua kali sambil cengengesan.

"Kamu bagikan satu-satu ke teman kamu, ya." Perintah guru gendut itu.

"Iyalah, satu-satu. Kalau lima-lima bisa mati konyol gara-gara ini soal." Lirih Dani pada dirinya sendiri.

Beruntung Bu Beti tidak mendengar itu, jika mendengar, bisa-bisa Dani sekarang sudah diusir ke luar kelas dan usahanya datang pagi ke sekolah akan sia-sia.

Waktu seakan berjalan lebih cepat dari biasanya. Seisi kelas sunyi, semuanya sibuk menyelesaikan soal yang ada di hadapan mereka masing-masing.

Seluruh siswa kelas IPA dua menundukkan kepala mereka. Suara siswa kelas lain yang memang baru berangkat seakan mengusir konsentrasi mereka yang ada di dalam.

"Anjirr, berisik banget. Nggak tau orang lagi mikir keras apa gimana, sih!" umpat Dani saat apa yang ia pelajari semalam hilang gara-gara mendengar tawa beberapa siswi yang lewat di depan kelasnya.

"Woyy, berisik!" teriak Satria dari dalam kelas membuat semua teman-temannya menatap ke arah dirinya.

"Satria, kerjain, jangan berisik." Bu Beti menatap ke arah cowok itu.

"Yang di luar, tuh, Bu berisik banget." Dani ikut-ikutan.

"Bener, tuh."

"Gimana mau dapet nilai bagus kalau di luar berisik."

"Emang seharusnya ulangannya bukan sepagi ini, biar lebih kondusif."

"Bener-bener."

Kelas menjadi ribut sendiri gara-gara dua cowok itu, Bu Beti mendengus. "Sudah, diam semuanya. Cepat kerjakan!"

[TBS 2] : Brother RivalryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang