✔Forty-six

1.4K 88 75
                                    

Alkha mengerutkan dahinya, perlahan ia mengerjapkan mata menetralisir cahaya yang masuk ke indra pengelihatannya, sebelum ia benar-benar membuka mata.

Untuk beberapa detik, Alkha menatap langit-langit kamarnya sampai ia mendengar deru napas teratur dari seseorang di sampingnya. Alkha menoleh ke kiri, lipatan kembali terlihat di keningnya saat melihat Alfa yang tidur dengan pulas di sebelahnya.

Alkha membenarkan posisi tubuhnya menjadi sedikit duduk dengan punggung yang bersandar di kepala tempat tidur. Kepalanya sudah tidak sepusing siang tadi, suhu badannya juga menurun meskipun, ia masih merasa lemas.

Alkha menghela napas memperhatikan wajah Alfa, saudaranya itu bisa jadi cowok yang tidak bisa diam saat ia bangun. Akan tetapi terlihat begitu damai ketika tidur.
Alkha terbatuk dan itu membuat Alfa membuka matanya. Alfa mengucek matanya dengan punggung tangan seraya menguap lebar. Ia menatap Alkha dengan mata menyipit.

"Lo kenapa bangun?" tanya Alfa dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Alkha bergeming, ia hanya mengendikkan bahu sebagai respon. Alfa kembali menguap, ia ikut memposisikan badannya sama seperti Alkha. Tangan Alfa terulur mengambil ponselnya yang ia letakkan di atas nakas samping tempat tidur, sementara Alkha hanya memperhatikan saudaranya itu.

"Alfa."

Alfa hanya bergumam, jari-jarinya masih asik bergerak mengetikkan sebuah pesan kepada Selda karena ia baru ingat dirinya tidak memberi kabar pada Selda sejak pulang sekolah tadi.

"Gue mau lo nggak pergi ke tempat itu lagi," ucap Alkha serius.

Alfa mengernyitkan dahi sesaat, "Tempat apaan?"

Alkha menghembuskan napas pelan, "Tempat yang akhir-akhir ini lo datengin lagi."

Alfa masih tidak fokus, ia masih asik bertukar pesan pada Selda, "Maksudnya?"

Alkha berdecak, ia merebut ponsel Alfa, "Makanya kalo gue ngomong dengerin."

"Balikin handphone gue," Alfa berusaha merebut ponselnya.

"Gue sita, bentar," ucap Alkha meletakkan ponsel itu di samping badannya.

Alfa memutar bola matanya, "Apaan, sih lo," gumam Alfa.

"Gue nggak mau lo pergi ke sana lagi," lanjut Alkha kembali ke topik semula.

Alfa mengusap wajahnya kasar, "Kemana, sih Alkha? Gue nggak ngerti lo ngomong apaan, astaga."

Alkha berdecih, "Club," ucapnya kemudian.

Deg.

Alfa bungkam. Matanya kini menatap serius ke arah Alkha untuk sesaat sebelum ia kembali bersikap biasa saja, "Gue nggak pernah ke sana."

"Jadi, lo mau bohongin gue?"

Alfa mendengus keras, kedua tangannya ia lipat di depan dada, "Gue jujur."

Alkha menarik sudut bibirnya membuat senyum miring terbit di wajahnya yang manis, "Gue semalem yang bawa lo pulang. Nggak usah ngelak lagi."

Kedua alis Alfa tertaut ia menoleh, memperhatikan wajah Alkha serius.

"Apa?" tanya Alkha saat ditatap Alfa.

"Gue anak baik-baik, nggak pernah pergi ke tempat begituan," elak Alfa lagi.

Alkha terkekeh kecil, "Lo semalem muntah di jalan, kata Randy lo minum banyak dan lo akhir-akhir ini balik lagi ke tempat yang nggak seharusnya lo datengin, iya kan?" Alkha mengangkat sebelah alisnya.

Bungkam. Alfa haya bisa bungkam. Ia merahasiakan semua ini terutama pada Alkha bahkan sahabat-sahabatnya tidak tahu jika Alfa sering pergi ke club, tapi sepertinya apa yang ia rahasiakan sudah terbongkar.

[TBS 2] : Brother RivalryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang