✔Forty-one

2.1K 135 59
                                    

Hari ini, Alfa kembali bersekolah setelah beberapa waktu yang lalu hanya diam di rumah.

Siang itu, kelas IPA 2 sangat ramai karena tiga cowok pembuat onar tidak meninggalkan kelas saat bel istrirahat berbunyi, melainkan ketiganya memilih bermain bola di dalam kelas. Siapa lagi jika bukan Alfa, Elzan dan Fino.

“KALO MAIN BOLA ITU DI LAPANGAN BUKAN MALAH DI KELAS!” teriak Vivi teman sekelas mereka sewot sebab, ketiga cowok itu menendang bola tidak santai dan terkesan mengerikan bagi siswi-siswi yang berada di dalam.

“Biasa aja dong, nggak usah ngegas. Heran gue,” Elzan melirikkan mataya pada Vivi yang sedang memainkan ponselnya.

“Bahaya, kalau sampai kena kaca gimana?” Vivi mendongakkan kepalanya menatap ketiga cowok yang saling mengoper bola.

“Ya, jangan kenain ke kaca, bego.” Sahut Fino, sementara Vivi sudah berdecak kesal.

“Zan!” seru Alfa sambil menendang bola yang ada di depan kakinya.

Tangan kiri Elzan terangkat berusaha meraih bola yang baru saja ditendang Alfa. Namun, sayang bola itu sudah lebih dulu mengenai kaca jendela yang ada di dekat pintu kelas.

PRANGG!!

Beberapa pasang mata yang ada di dalam kelas tersebut langsung mengarahkan pandangan mereka pada Alfa dan teman-temannya saat mendengar pecahan kaca yang jatuh ke lantai.

“Mampus,” gumam Fino.

“Gue bilang juga apa,” celoteh Vivi.

“Kenapa nggak lo tangkep, bego!” seru Alfa masih berdiri di tempatnya.

Elzan mengalihkan pandangannya dari serpihan kaca di lantai, “Lo yang nendangnya ketinggian, goblok!”

Alfa mendengus. Detik berikutnya, terdengar sahutan-sahutan beberapa siswa dan siswi dari luar kelas Alfa.

“Ada apa?” tanya Alfa pada Elzan dan Fino yang hanya dibalas gelengan tidak tahu dari mereka berdua.

Ketiganya keluar, begitu juga dengan beberapa teman sekelas Alfa yang masih ada di dalam.

Alfa, Elzan juga Fino saling melempar pandang dengan dahi yang berkerut saat melihat beberapa murid yang didominasi oleh murid perempuan itu membentuk lingkaran di depan kelas Alfa.

Entah apa yang terjadi sampai berhasil membuat mereka mengelilingi sesuatu.

“Ngapain, sih mereka?” tanya Fino heran.

“Liat kucing lahiran, mungkin.” Celetuk Elzan asal.

Alfa memutar bola matanya malas, “Ayo,” Alfa berusaha menyusup ke dalam gerombolan tersebut hanya untuk melihat apa yang sedang terjadi.

“Itu anak kenapa jadi ikutan kepo, deh?”  Elzan menatap Alfa heran, sedangkan Fino hanya mengangkat bahunya sebagai respon sebelum mereka berdua menyusul Alfa.

Alfa menghela napas setelah berhasil melewati kerumunan, dahinya mengernyit ketika tahu apa yang sedang dikelilingi oleh siswa dan siswi di sekolahnya itu.

Sesaat kernyitan di dahinya kembali membentuk satu garis lurus saat melihat bola yang tadi ditendangnya berada di dekat seseorang yang tergeletak di lantai dengan mata terpejam.

“Mampus,” gumam Alfa.

“Kenapa, Al?” tanya Fino yang tiba-tiba sudah berada di belakang Alfa.

Sementara, Elzan yang baru saja berhasil menerobos kerumunan itu terlihat sedang mengatur napasnya, “Anjirr, sesek gue.”

Fino dan Elzan membulatkan matanya saat mengikuti arah pandangan Alfa, ketiga cowok itu memperlihatkan ekspresi yang berbeda-beda.

[TBS 2] : Brother RivalryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang