✔ Twenty-four

2.3K 233 65
                                    

"Ngapain lo ke sini?" terdengar nada dingin keluar dari mulut Alfa.

Yang diajak bicara hanya tersenyum miring, menatap ketiga cowok di depannya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Pengecut," desis Rega menatap dingin ke arah Alfa, seakan udara malam ini kalah dingin dengan tatapan cowok itu.

Akan tetapi, bukan Alfa namanya jika takut dengan tatapan dingin Rega.

Alfa dan kedua sahabatnya juga tidak tahu apa tujuan Rega datang tiba-tiba ke markas mereka.

Terlalu berani untuk seorang musuh Alfarenzi.

"Lo ke sini cuman mau mancing emosi gue?" Alfa tersenyum meremehkan, "sayangnya, lo gagal."

Fino dan Elzan yang saat ini berdiri di belakang Alfa ikut memperlihatkan senyum miring mereka. Rega terlihat menggepalkan tangannya kuat, mata hitam cowok itu sudah menunjukkan kilat kemarahan.

Entah kenapa, Rega sangat senang memancing emosi Alfa, musuh bebuyutannya itu. Alfa dan kedua sahabatnya yang melihat Rega tampak marah justru tergelak.

"Pembunuh," desis Rega sekali lagi.

Alfa menghentikan tawanya, matanya kini menatap Rega dengan dahi yang mengernyit. Napas Alfa mulai memburu, emosinya sebentar lagi pasti akan meledak terlihat karena sekarang, Alfa menggepalkan kedua tangannya kuat.

Alfa berjalan mendekat ke arah Rega yang terlihat sangat santai, bahkan cowok itu terlihat sangat menunggu saat-saat seperti ini.

Alfa berdiri tepat di depan Rega, hanya menyisakan jarak sekitar satu jengkal di antara keduanya. Mata tajam Alfa menusuk ke dalam manik mata Rega.

Alfa tak habis pikir apa yang sebenarnya Rega inginkan dari diri Alfa sampai, Rega tidak pernah bosan mencari masalah dengan Alfa.

"Gue ingetin sekali lagi." Alfa menekankan jari telunjuknya di dada Rega, "Gue bukan pembunuh!"

"Lo nggak tahu apa-apa. Lo cuman orang baru yang berani cari masalah sama gue! Jadi, jangan bersikap seolah, lo tau semuanya." Alfa berucap penuh penekanan di setiap kalimatnya.

Rega masih terdiam, mendengarkan setiap kalimat yang keluar dari mulut Alfa. Namun, tak lama terlihat senyum miring di wajah Rega.

"Gue emang orang baru yang mengusik kehidupan lo dan asal lo tau, gue nggak bakal biarin hidup lo tenang, Alfa!" Rega berucap dingin.

Alfa menarik sebelah bibirnya, mata cokelatnya menatap objek lain sesaat sebelum kembali menatap cowok di hadapannya.

"Oh, ya?" Alfa menaikkan sebelah alisnya, "Kayaknya hidup, lo yang nggak bakal tenang karena lo udah ajak gue buat ikutin permainan lo."

Napas Rega mulai memburu, tangan kanannya, ia genggam kuat dan dalam hitungan detik, ia mendaratkan tinjunya dengan mulus ke wajah Alfa.

Alfa meringgis sesaat, ibu jarinya mengusap sudut bibirnya yang robek, Alfa dapat melihat noda merah pada ibu jarinya.

"Berengsek!" Alfa membalas tinjuan Rega.

Wajah Rega memanas, jelas tinjuan Alfa lebih kuat daripada pukulan Rega. Alfa mencengkeram kerah jaket Rega, membuat Rega terpaksa mendongakkan kepala, melihat wajah Alfa yang menatap nyalang ke arahnya.

"Jangan pernah macem-macem sama gue!" Alfa kembali meninju rahang Rega.

Alfa lantas mendorong tubuh Rega hingga, cowok itu membentur tumpukan kayu di rooftop. Rega meringgis ketika punggungnya membentur dengan keras kayu-kayu berukuran besar itu.

[TBS 2] : Brother RivalryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang