✔Twenty-seven

2.2K 184 51
                                    

“Alkha!”

Yang dipanggil sontak memejamkan matanya rapat-rapat saat suara melengking itu terasa memekakkan telinganya.

Alkha menolehkan kepala, memperhatikan seorang gadis sedang berlari kecil menghampiri dirinya.

“Alkha, tau nggak? Tau nggak?” Selda berucap heboh dengan mata berbinar.

Alkha sedikit menundukkan kepalanya menatap gadis yang tingginya hanya sebatas dagu cowok itu dengan satu alis terangkat.

“Apa?”

“Gue hari ini seneng banget,”  Selda berucap gemas sambil menggepalkan kedua tangannya.

Dasar cewek stres. Pikir Alkha.

“Terus?” setelah mengucapkan satu kata singkat itu, Alkha melanjutkan jalannya menuju kelasnya di lantai dua.

Selda berdecak, tak lama kemudian Selda berlari kecil mengejar Alkha yang sudah berjalan meninggalkannya.

“Ihh, Alkha nggak sopan banget, sih!”

“Alkha, tungguin.” Teriaknya.

Alkha menghembuskan napas, tidak memedulikan gadis yang sedari tadi meneriaki namanya. Alkha masuk ke dalam kelas lantas berjalan menuju tempat duduknya.

Baru lima langkah, Alkha masuk, suara sesuatu membentur pintu membuatnya menoleh ke belakang.

“Aduhh, sakit.” Selda meringgis sambil mengusap-usap dahinya yang menabrak pintu kelas dengan mulus.

Ini gara-gara, Selda berlari mengejar Alkha dan dia tidak melihat jika pintu kelasnya hanya dibuka satu dan satunya lagi tertutup.

Alkha terkekeh pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kecerobohan Selda. Beruntung kelas masih sepi jadi, Selda tidak terlalu malu karena dilihat banyak orang dan pasti menjadi bahan tertawaan.

“Alkha, lo harus tanggung jawab!” ketus Selda saat, gadis itu sampai di bangkunya.

Sesaat Alkha memperhatikan perut Selda, “Gue nggak pernah macem-macem sama lo, kenapa gue disuruh tanggung jawab?”

Selda sontak memelotot, kedua tangannya menggebrak meja. “Bukan itu maksudnya!” seru Selda.

“Terus?” Alkha menaikkan sebelah alisnya.

Selda berdecak, membanting tubuhnya pada kursi di samping Alkha.

“Gara-gara, lo jidat gue jadi, benjol!” Selda menunjuk dahinya yang sedikit memerah.

“Salah lo nggak liat-liat.”

“Salah siapa naruh pintu di situ.” Selda tidak mau kalah.

“Lo harus banget, sepagi ini marah-marah? Cepet tua sukurin.”

Selda lagi-lagi memelotot, tangannya memukul lengan Alkha, “Lo, doain gue cepet tua?”

“Nggak. Kalau doain tuh gini, ‘Ya Allah, semoga Selda cepet tua. Amin.’” Alkha mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan.

“Tuh, kan!” Selda mencubit lengan Alkha kesal.

“Dasar cewek stres.” Gumam Alkha mengusap lengan bekas cubitan Selda.

Selda menarik napas lantas menghembuskannya, “Karena gue hari ini seneng, gue mau baik-baikin lo.”

“Baik-baikin darimana? Lo udah KDK.”

“KDK apa?” tanya Selda menatap Alkha.

“Kekerasan Dalam Kelas.”

Selda memutar bola matanya, “Gue serius, Alkha.”

[TBS 2] : Brother RivalryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang