Three [ Agata Alysa Griselda ]

5.9K 371 142
                                    


“Kenapa, sih, Ayah selalu nuntut, Selda jadi, apa yang Ayah mau?” gadis itu sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya.

“Ayah, mau kamu jadi, anak yang bener, bukan kerjanya cuman main-main terus. Seharusnya kamu itu mikirin gimana sekolah kamu!” Ario-ayah Selda menatap tajam anaknya yang berdiri di hadapannya.

“Selda, udah gede, Yah. Selda bisa tentuin mana yang baik dan mana yang enggak buat Selda.”

“Justru itu, itu yang buat Ayah mikir buat pindah sekolah kamu ke sekolah yang lebih berkualitas. Supaya kamu itu bisa merubah sikap kamu.”

“Selda, kayak gini juga gara-gara Ayah.”

Plak!

Satu tamparan berhasil mendarat pada pipi mulus Selda. Pipinya mulai memanas dan wajahnya berubah menjadi merah padam.

Namun, gadis itu masih mati-matian menahan air matanya agar tidak jatuh.

“Jaga bicara kamu!” nada bicara Ario naik satu oktaf. “Sampai kapan kamu mau jadi, pemberontak kayak gini?!”

Selda tidak membuka mulutnya sedikit pun, dirinya terlalu muak dengan semua. Seakan semuanya tidak berpihak di dirinya.

Ia berlari menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua, membanting pintu kamarnya dan membuat suara berdegam terdengar bahkan sampai ke lantai bawah.

Air mata yang sudah berkumpul di pelupuk mata dan sedari tadi ia tahan agar tidak menangis akhirnya keluar  bersamaan dengan pekikan tertahan dari mulutnya.

Selda membenamkan wajahnya di atas bantal, menangis sepuasnya malam itu.

Tamparan ayahnya itu masih bisa dirasakan oleh Selda, ia mengusap pipinya pelan.

Bukan tanpa alasan Selda menjadi pemberontak seperi sekarang.

Sesuatu yang tidak pernah bisa ia lupakan di masa lalunya itu berhasil membuat dirinya jadi Selda yang sekarang.

Tiba-tiba ingatan gadis itu kembali pada kejadian tiga tahun yang lalu.

Sore itu Selda berjalan beriringan dengan seorang cowok di taman kompleks. Keduanya duduk bersebelahan pada salah satu ayunan di taman itu.

Selda memejamkan matanya, merasakan semilir angin sore yang menyapu lembut wajah dan menerbangkan rambutnya.

“Alysa,” panggil cowok yang sedari tadi memperhatikan gadis di sebelahnya.

Selda membuka matanya, menolehkan kepalanya ke kiri. “Iya?”

Cowok berambut cokelat itu berdeham pelan sebelum kembali membuka mulutnya. “Gue suka sama lo,” ucapnya dalam satu helaan napas.

Selda sontak menghentikan ayunan yang ia duduki agar tidak berayun lagi. kedua tangannya memegang tali ayunan itu dengan kuat. Dahi gadis itu sudah mengernyit sekarang.

“Lo, suka sama gue?” tanya selda ragu.

Cowok itu mengangguk tegas. “Gue udah lama kenal sama lo dan gue nggak tau sejak kapan perasaan gue ke lo berubah.”

Selda memejamkan matanya sesaat, memberi kekuatan pada dirinya sendiri.

“Tapi, gue nggak bisa, Ren.” Selda menundukkan kepalanya memperhatikan kakinya sendiri, “Gue-”

“Gue nggak minta lo balas perasaan gue, gue cuman sekedar ngasih tau lo sebelum gue pergi,” cowok itu memperlihatkan senyumannya.

Selda sontak mendongak, menatap cowok di sampingnya dengan penuh tanda tanya, “Lo mau kemana?”

Cowok itu semakin melebarkan senyumnya, menatap ke dalam manik mata Selda. “Mungkin, gue bukan diri gue yang sekarang kalo kita ketemu lagi, nanti.”

Cowok itu lantas berdiri, begitu juga dengan Selda.

“Jaga diri lo baik-baik, ya,” ia tersenyum tulus, “Mi arcoiris,” cowok itu mengusap lembut pucuk rambut Selda dan berlalu.

Meninggalkan Selda yang mulutnya terlalu kelu untuk sekedar memanggil nama cowok itu.

Selda menghela napas.

Semua kenangan itu begitu jelas, jika ia tahu waktu itu adalah pertemuan terakhir mereka sebelum dia pergi,  Selda ingin memeluk dia dengan sangat erat.

“Gue kangen sama lo,” lirih Selda yang lebih terdengar seperti sebuah bisikan. Air matanya semakin menetes.

Apakah harinya akan jauh lebih baik nantinya? Atau malah menjadi semakin buruk?

Apa di tempat barunya nanti akan ada kenangan yang lebih menyenangkan daripada di sini atau mungkin sesuatu yang buruk akan terjadi?

Atau mungkin kenangan masa lalunya akan ikut hadir di sana juga?

Yang  Selda harapkan hanyalah semua berjalan sesuai dengan ambisinya.





*
*
*

Okee, chapter berikutnya udah serius  ke cerita, ya bukan cuman cuplikan-cuplikan kayak 3 chapter di awal.

So, tungguin terus dan jangan lupa tinggalin jejak kalian. Biar aku tau 💙💙

Happy weekend 😊

[TBS 2] : Brother RivalryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang