✔Thirty-two

1.8K 152 30
                                    


Tepat hari ini seminggu sejak kejadian Selda beragumen dengan Rachel, sejak Alkha menghalangi tangan Rachel yang hendak menampar pipi Selda, juga semenjak Alfa menyeret Rachel menjauh dari kantin dan seminggu setelah kejadian itu sikap Alfa ke Selda berubah.

Selda bisa merasakan perubahan sikap Alfa, cowok yang sebulan lalu mengklaim Selda menjadi pacarnya.

Dari hari ke hari, Alfa bersikap dingin pada Selda, Alfa yang dulunya manis dan penuh kejutan seakan berubah sangat cepat. Selda menjadi percaya dengan quote yang pernah, ia baca.

People change so fast.

Selda sendiri juga tidak tahu kenapa Alfa tiba-tiba berubah. Menurut Selda, dirinya tidak melakukan kesalahan yang membuat Alfa tersinggung atau sakit hati. Selda juga sempat berpikir apa ini ada hubungannya dengan Rachel?

Setahu Selda, Alfa itu benci Rachel, Rara yang mengatakan hal itu.

Rachel memang sempat menyatakan perasaannya pada Alfa dan sejak itu,  Alfa tidak suka Rachel bahkan sering bertengkar dengan Rachel.

Akan tetapi, bukannya benci bisa jadi cinta?

Selda menghela napas pelan, menghapus segala kemungkinan yang memenuhi kepalanya. Matanya kini terfokus pada cowok yang duduk berhadapan dengannya. Alfa, cowok yang terlihat mulai menjauh dari Selda beberapa hari belakangan ini.

Bahkan, setiap Selda mengirim pesan pada cowok itu, Alfa jarang membalas.

Sekalinya, Alfa membalas pesan Selda isinya juga singkat itu pun lama, setiap kali Selda mencoba menghubunginya, nomor Alfa tidak pernah aktif. Membuat Selda setiap malam uring-uringan sendiri di dalam kamar.

Alfa memang masih menjemput Selda untuk berangkat ke sekolah bersama dan mengantarkan pulang Selda sampai rumah, tetapi sepanjang perjalanan keduanya saling diam tidak ada yang memulai pembicaraan terlebih dahulu. Memang gengsi mengalahkan segalanya.

Keduanya sekarang duduk berhadapan. Suasana kantin terlihat sangat ramai siang ini, tetapi tidak dengan meja paling pojok yang langsung menghadap ke lapangan basket.

Meja itu memang ada yang menempati. Akan tetapi, mereka sibuk sendiri. Selda memainkan pasta di piringnya, sementara mata Alfa terfokus pada game offline di handphone-nya. Sampai akhirnya, Selda mulai tidak betah dengan keheningan di antara keduanya.

Selda berdeham dan sepertinya itu tidak berpengaruh sama sekali bagi Alfa karena, ia tetap bergeming. Selda berdeham sekali lagi dan kali ini berhasil membuat Alfa membuka mulutnya.

“Minum.”

Satu kata. Singkat. Jelas.

Meski, Alfa mengatakan itu untuk Selda, fokus cowok itu masih tak berubah.

“Alfa,” panggil Selda sudah tak tahan dengan suasana yang, ia benci lebih lama lagi.

Alfa hanya bergumam tidak jelas.

Jengkel. Di saat seperti ini, Selda merasa Alfa benar-benar dingin seperti kembarannya. Alkha. Kembar, tetapi tidak identik. Namun, sekarang sikap keduanya sangat serupa.

“Alfa,” panggil Selda lebih keras dari sebelumnya.

Alfa berdecak, sedari tadi Selda hanya memanggil namanya tidak mengatakan apa yang mau, ia katakan.

Alfa menjadi kesal sendiri, “Apa?”

Selda memutar bola matanya, tangannya terulur merebut benda pipih berwarna silver dari tangan Alfa.

“Kalau ada yang ngajak ngomong itu liat ke orangnya.”

“Apa?” ulang Alfa menatap Selda.

Selda mendengus pelan, “Kamu itu kenapa, sih?”

[TBS 2] : Brother RivalryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang