✔ Eight

3.6K 300 181
                                    

Bukk!

“Alfa, udah!” Elzan berusaha menjauhkan Alfa dari cowok yang saat ini sudah tersungkur ke tanah.

“Minggir, lo.” Alfa menyentak tangan Elzan yang mencoba memisahkan mereka berdua.

“Udah, Al!” ulang Elzan lebih keras yang sama sekali tidak diindahkan oleh Alfa.

“Lo nggak liat dia udah kayak gitu, apa?” ujar Elzan keras.

Rega. Cowok yang tiba-tiba mendatangi tempat yang sering dijadikan area balap oleh Alfa bersama teman-temannya dan cowok yang berhasil memancing emosi Alfa itu kini sudah tersungkur di jalanan.

Rega yang sebenarnya sudah tahu sifat Alfa sejak lama itu berani membuat Alfa marah dan mengharuskan dirinya berakhir babak belur.

Alfa menatap nyalang ke arah Rega yang sudah tidak bisa berkutik lagi. Tangan Alfa mencengkeram kuat kerah baju cowok itu.

Rega, cowok berambut hitam pekat itu menatap Alfa tak kalah sinis.

Tangannya memegangi perutnya yang terasa kram akibat tendangan dari Alfa beberapa saat yang lalu, sedangkan tangannya yang lain ia gunakan untuk menyangga badan.

Alfa melepaskan cengkeraman tangannya pada kerah baju cowok itu dengan sekali hentakan dan membuat tubuh Rega menghantam jalanan.

Alfa berdiri, berjalan menjauh dari cowok itu. Baru dua langkah dirinya berjalan, gumaman dari Rega berhasil membuat tangan Alfa terkepal.

“Kalo, lo sayang dia, kenapa lo bunuh dia?” desis Rega, berusaha berdiri.

Alfa membalikkan badannya, rahangnya kembali menggeras. Kedua tangannya terkepal kuat memperlihatkan buku-buku tangannya. Napas cowok itu sudah semakin memburu saat ini.

“Jaga mulut, lo!” sentak Alfa bersamaan dengan dirinya yang meninju cowok di hadapannya.

Rega menolehkan kepalanya ke kanan saat tinju Alfa berhasil membuat pipinya terasa kaku dan memanas.

“Coba kalo dari dulu lo biarin dia nggak suka sama lo, semua ini nggak bakal terjadi. Alfa.” Rega berucap penuh penekanan.

Tangannya tergepal dan dalam hitungan detik ia berhasil memukul telak rahang Alfa.

Alfa mengusap sudut bibirnya yang sobek, sesaat memperhatikan ibu jarinya yang terkena noda darah dari sudut bibirnya. Alfa melirik sengit ke arah Rega tanpa mendongakkan kepalanya.

“Seharusnya, lo bisa terima kenyataan kalo dulu dia lebih milih gue daripada temen lo yang berengsek itu!”

Manik mata cokelat Alfa menatap Rega dengan tatapan menusuk, “Dan,  lo tau kenapa?”

Seulas senyum miring yang terkesan meremehkan terlihat di wajah Alfa, “Karena gue lebih baik daripada cowok itu!” ucapnya tegas.

“Berengsek!” Rega kembali melayangkan tinjunya. Namun, dengan cepat Alfa bisa menghindar.

Tangan Alfa memegangi tinju Rega, memelintir tangan cowok itu ke belakang dan menekannya dengan kuat di punggung Rega. Membuat cowok berambut hitam pekat itu meringgis menahan sakit.

“Jangan pernah macem-macem sama gue, atau,” Alfa berbisik di telinga Rega dengan tangan yang masih menekan lengan Rega.

“Gue bakal patahin tangan lo!” Alfa mendorong tubuh Rega ke depan membuat cowok itu maju beberapa langkah.

“Gue yakin dia masih hidup!” gertak Alfa.

Rega memegangi dan menggerakkan pelan lengan kirinya yang terasa sakit. Mata elangnya mengawasi Alfa yang mulai berjalan menjauh, napas cowok itu masih tak beraturan.

[TBS 2] : Brother RivalryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang