✔ Thirty-one

2K 150 39
                                    


Alfa mendesah pelan, ia kini sudah duduk di atas motor kesayangannya lengkap dengan seragam sekolah. Ya, kemarin adalah hari terakhir Alfa di-skors dan sekarang, ia harus kembali lagi ke rutinitas seperti biasanya. Sekolah.

Kedua tangan cowok itu bertumpu pada helm di depannya, Alfa sedang menunggu Selda karena semalam, Alfa sudah berjanji akan menjemput Selda dan berangkat ke sekolah bersama.

Alfa melirik arloji hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, pukul enam lebih dua puluh delapan menit. Sudah lima menit, Alfa menunggu di depan rumah Selda.

Tak lama kemudian, seorang gadis dengan seragam yang sama seperti yang dikenakan Alfa, keluar dari dalam rumah.

Selda berjalan mendekati Alfa dengan senyum yang menggembang, rasanya hari ini Selda bersemangat untuk berangkat ke sekolah.

Bukan, bukan karena Selda ingin cepat-cepat belajar di kelas, tetapi karena Alfa sudah kembali sekolah lagi.

"Selamat pagi, Alfa." Sapaan Selda terdengar bersemangat.

Alfa menolehkan kepalanya ke kiri, "Pagi."

Selda menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga, "Udah dari tadi, ya? Maaf lama," air muka Selda berubah muram.

Alfa tersenyum maklum, cewek pasti dandannya lama.

"Engga, kok." Alfa memberikan helm yang ia bawa kepada Selda, "Ayo berangkat, nanti telat."

Selda mengangguk, memakai helm lantas duduk di jok belakang.

"Siap?" Alfa menoleh ke belakang.

Selda mendekatkan tangan kanannya di pelipis seperti sedang hormat, "Siap, kapten!"

Alfa terkekeh, tangannya terulur menurunkan kaca helm Selda. Setelahnya, Alfa melajukkan motornya menuju ke sekolah.

***


Bel masuk baru berbunyi lima belas menit yang lalu dan entah ini sudah berapa kalinya, Alfa menguap sepanjang pelajaran fisika.

Alfa juga tidak tahu kenapa dulu memilih jurusan IPA, padahal cowok dengan wajah western yang kental itu tidak berminat sama sekali dengan rumus-rumus yang banyaknya minta ampun.

Alfa melirik Elzan yang duduk di sebelahnya, Alfa tahu meskipun Elzan terlihat serius memperhatikan, tetapi pikiran sahabatnya itu sudah melayang ke mana-mana.

Alfa menyenggol lengan Elzan dengan sikunya dan dibalas oleh Elzan dengan tatapan 'apa.'

"Masih lama?" tanya Alfa.

"Apanya?"

"Itu guru ngoceh di depan masih lama?" Alfa melirikkan matanya sekilas ke depan, dimana Pak Fajar sedang menerangkan salah satu materi yang terasa membingungkan karena guru itu selalu menerangkan dengan berbelit-belit.

Elzan melirik jam dinding, padahal ia tahu pelajaran fisika masih lama lagi sebab mereka baru saja memulai pembelajaran. "Masih satu setengah jam lagi."

Alfa mendengus, ia meletakkan kepalanya di meja. Rasanya berada di kelas sangat membosankan.

"Lo mau tau gimana biar jam pelajarannya cepet selesai?" tanya Elzan.

Alfa menegakkan badannya, "Gimana?"

"Telfon bokap lo, suruh adain rapat dadakkan sekarang. Kalau enggak, lo bakal loncat dari rooftop." Elzan tergelak setelahnya.

"Yee, dasar tapir," tawa Alfa ikut pecah.

Jadilah sekarang seluruh kelas menatap ke arah meja Alfa dan Elzan.

[TBS 2] : Brother RivalryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang