✔ sixteen

2.6K 195 19
                                    

“Pagi, epribadehh,” sapa seorang cowok memasuki ruang kelasnya dengan santai.

Seisi kelas yang awalnya hening karena sedang mendengarkan penjelasan guru yang mengajar pagi itu, langsung menatap ke luar kelas.

Dimana seorang cowok sedang berdiri di ambang pintu dengan cengiran khas dan dua temannya yang berdiri di belakang.

Bu Beti menggelengkan kepalanya, memperhatikan ketiga muridnya dengan seragam yang dikeluarkan ditambah lagi datang terlambat.

Bu Beti berjalan ke arah pintu, ketiga cowok itu memperlihatkan deretan gigi putih mereka.

“Pagi, Bu,” sapa ketiganya hampir bersamaan.

“Yang bilang ini siang juga siapa?” tanya guru matematika itu sinis.

“Kita kan nyapa, Ibu. Biar kelihatannya sopan, gitu.” Cibir Elzan.

“Ibu, tumben pagi-pagi kayak gini udah berangkat?” Alfa bertanya polos.

Bu Beti menghela napasnya, menahan supaya amarahnya tidak keluar disaat pagi seperti sekarang bisa-bisa darah tingginya naik nanti.

“Kalian ini dari mana?”

“Dari rumah kok, Bu.” Giliran Fino yang menjawab, “Iya, nggak?” ia menatap bergantian kedua temannya dan dibalas anggukan kompak.

Guru bertubuh tambun itu melirik bergantian tiga cowok di depannya. “Jam berapa ini? kalian baru berangkat.”

“Kok, Ibu kepo banget, sih, sama kita?” Fino memincingkan matanya yang langsung mendapat pelototan tajam dari Bu Beti.

Terdengar kekehan pelan dari teman-teman sekelas mereka.

Alfa melihat sekilas arloji hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, “Jam setengah delapan.”

Guru itu tidak memedulikan jawaban dari ketiga cowok bandel di depannya.

“Sebaiknya Ibu kasih hukuman kalian apa, ya?” tanya guru itu pura-pura berpikir.

Elzan dan Fino ikut pura-pura berpikir, sedangkan Alfa sudah memutar bola matanya malas.

“Pamali, Bu ngehukum cowok ganteng kayak kita,” ujar Alfa santai.

Kedua cowok di belakang Alfa mengangguk setuju.

“Iya, Bu. Kasihan bebeb Alfa kalo dihukum.” Rachel berteriak dari tempat duduknya.

“Berisik lo,” ketus Elzan menatap cewek yang sudah berdiri dari kursi.

“Apa, sih, lo!” Rachel tak kalah ketus.

“Kan, Alfa cuman terlambat, Bu. Nggak mecahin kaca jendela perpustakaan kayak waktu itu.” Lanjut Rachel, keukeuh membela Alfa.

“Nyaut-nyaut aja, nih cewek.” Cibir Fino.

Alfa bergeming tidak ingin berdebat dengan cewek pemilik suara cempreng itu, sedangkan bu Beti mulai jengkel mendengarkan perdebatan murid-muridnya.


***


“Ihh, lo siramnya yang bener, dong kena gue, nih!” pekik gadis itu saat kakinya terkena percikan dari air yang diguyur Fino.

“Ngga usah, manja.” Kesal Fino.

Rachel, gadis itu menghentakkan kakinya ke lantai kamar mandi membuat genangan air yang masih tersisa di sana menyiprat kemana-mana.

Ia ikut dihukum oleh bu Beti gara-gara berdebat bersama dua sahabat Alfa dan berakhir dengan dirinya yang harus membersihkan toilet bersama tiga cowok yang terlambat itu.

[TBS 2] : Brother RivalryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang