✔Twenty-one

2.2K 172 16
                                    

Alkha melirik arloji hitam pada pergelangan tangannya. Tubuhnya, ia sandarkan pada bagian depan mobil hitam.

Tas biru muda sedari tadi masih ada di dekapannya. Apalagi yang dia lakukan kalau bukan menunggu Selda.

Alkha berdecak, sudah lima menit dirinya berdiri di parkiran, menunggu gadis yang belum juga menampakkan batang hidungnya.

"Cewek kalau ke toilet lama gini, ya?" gumam Alkha, kepalanya sedikit mendongak. Siapa tahu, Selda sudah berjalan ke arahnya.

Dan benar saja, semenit setelahnya terlihat seorang gadis berjalan ke arah parkiran. Tangannya sibuk membenarkan seragamnya sendiri.

"Kurang lama," sindir Alkha.

Selda yang baru sampai langsung mendongakkan kepalanya, "Yaudah, gue balik lagi, ya? tunggu di sini."

Alkha berdecak, "Masuk," perintah Alkha. "Nih, tas lo."

Selda nyengir sambil menerima tasnya kembali, "Makasih, Alkha."

***


Alkha lagi-lagi menghela napasnya. Sudah beberapa toko di dalam mall yang mereka lewati. Akan tetapi, Selda belum juga menghentikan langkahnya. Kedua remaja itu sudah hampir mengelilingi seluruh penjuru pusat pembelanjaan tersebut.

Alkha melirikkan matanya pada Selda yang sibuk menolehkan kepala, mencari sesuatu.

"Mau kemana, sih? Dari tadi cuman muter-muter nggak jelas." Kesal Alkha.

Selda menolehkan kepalanya, "Isshh, sabar, dong."

"Cari apa, sih, lo?"

"Nah, ketemu." Pekik Selda senang, "Alkha, ayo ke sana." Gadis itu menyeret Alkha di sampingnya.

Alkha mendengus untuk yang ke sekian kalinya, mereka memang sudah menemukan toko yang sedari tadi Selda cari, tetapi bukan berarti gadis itu akan memilih apa yang ingin ia beli dalam hitungan detik.

Nyatanya sudah lebih dari sepuluh menit, Selda belum juga menentukan pilihannya.

"Alkha liat, deh," Selda menunjukkan dua buah jepit rambut dengan warna yang berbeda, "bagusan yang mana?"

Alkha yang saat itu sekadar melihat-lihat gantungan kunci, menoleh lengkap dengan satu alisnya yang terangkat.

"Alkha, pilih yang mana?" tanya Selda tidak sabaran.

Alkha berdecak, "Nggak mau, gue nggak suka."

"Ishh, bukan buat lo." Ketus Selda.

"Terus kenapa, lo suruh gue pilih?" Alkha memincingkan matanya.

"Soalnya gue bingung mau yang ini," Selda menjeda kalimatnya sambil mengangkat jepit rambut berwarna merah muda.

"Atau yang ini," selanjutnya ia menunjukkan jepit rambut dengan warna biru pastel.

Alkha memperhatikan benda di tangan kanan Selda, "Yang pink bagus."

"Tapi, mending lo beli yang biru aja." Saran Alkha.

Selda mengangkat alisnya, "Emang kenapa?"

"Cocok buat lo," ucap Alkha asal, tetapi berhasil memberikan efek pada pipi Selda yang memerah.

"Sekarang mau kemana?" tanya Selda saat keduanya keluar dari salah satu toko aksesori.

"Lo laper?" Alkha ganti bertanya.

Gadis itu menggelengkan kepala, dirinya memang tidak sedang lapar saat ini. "Tapi, gue haus."

"Yaudah, kita cari minum." Selda mengangguk setuju.

[TBS 2] : Brother RivalryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang