✔ Four

5.9K 349 68
                                    


"Alfa," Elzan masih berusaha membangunkan cowok itu, tetapi Alfa tengah asik di dunia mimpinya.

"Fa," panggilnya lagi sambil mengguncang kaki cowok itu.

Alfa hanya bergumam, tidak ada niatan untuk membuka matanya sama sekali.

Ia masih sangat mengantuk karena semalam dirinya tidak tidur sama sekali, ditambah ini adalah hari Senin yang membuatnya bertambah malas dua kali lipat untuk pergi ke sekolah.

Elzan mendengus, sesaat senyuman culas terlihat di wajahnya.

"Anjirr," pekik Alfa benar-benar membuka matanya saat seluruh wajahnya basah kuyup bahkan bantalnya juga ikut basah.

Awalnya ia mengira atap rumahnya bocor, tetapi spekulasinya itu salah.

Matanya kini menatap tajam cowok yang sudah lengkap dengan seragam sekolah sedang tertawa sambil memegangi perutnya yang terasa kram. Akibat tawanya sendiri.

Tangan cowok itu membawa gayung yang ia ambil dari kamar mandi yang ada di dalam kamar Alfa. Gayung yang ia gunakan untuk menyiram wajah Alfa dengan air dingin.

"Ngapain, lo, kampret pagi-pagi udah ada di rumah gue?" Alfa mengusap rambutnya yang sedikit basah.

"Gue mau berangkat bareng lo. Gue nebeng," jujur Elzan dengan cengiran khasnya.

Alfa mengernyit heran, "Maksud, lo?"

Elzan berdecak, "Makanya jadi, orang jangan kepinteran jatuhnya jadi,  bego."

"Motor gue lagi di bengkel," lanjutnya.

"Kalo motor lo di bengkel terus tadi lo ke sini naik apaan, bego?" Alfa berujar ketus.

Elzan lagi-lagi memutar bola matanya, "Tadi gue suruh bokap buat nganterin gue ke sini, pinter."

"Kenapa lo nggak suruh bokap lo nganter ke sekolah?" sebelah alis Alfa terangkat.

"Lo, kan tahu kantor bokap sama sekolah nggak searah, ntar bokap gue bolak-balik. Mana mau dia, lagian nanti kalo dia telat ke kantor terus gajinya dipotong uang jajan gue ikutan dipotong. Emang, lo mau gue min-"

"Berisik." Alfa memotong kalimat yang panjangnya melebihi rel kereta api keluar dari mulut Elzan.



***


Alfa mematut dirinya di depan cermin, jari-jari tangannya membenarkan posisi jambulnya sambil bersiul nyaring.

Ia merapikan pakaiannya sebelum berjalan menuruni tangga.

Alfa memutar bola matanya saat melihat cowok yang berani membangunkannya dengan cara tidak etis itu duduk di meja makan sambil berbincang ringan dengan mamanya.

"Pagi, Sayang," sapa Della-mama Alfa.

Alfa hanya tersenyum simpul dan melirik tajam ke arah cowok di sampingnya yang malah memamerkan deretan gigi putihnya.

Alfa mengunyah roti tawarnya dalam diam, sejujurnya ia masih sangat mengantuk pagi ini.

"Oh, iya, Tante," Elzan berusaha menelan makanan di mulutnya.

"Kayaknya lusa, aku bakal nginep di sini, deh. Soalnya mama sama papa mau ke luar kota, kata mereka aku boleh nginep di sini."

Alfa tersedak mendengar ucapan Elzan dan membuatnya terbatuk-batuk.

Tangan Alfa memukul-mukul pelan dadanya berusaha meredakan batuknya.

Alkha yang duduk berhadapan dengan cowok itu hanya mengerutkan dahinya,  memperhatikan Alfa yang berusaha meredam acara tersedaknya.

[TBS 2] : Brother RivalryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang