******
Hoseok menatap Taehyung sembari tersenyum setelah sadarnya Taehyung beberapa menit yang lalu.
"Hyung senang kau sadar dengan cepat." Ucap Hoseok.
"Hyung, bagaimana keadaan Jungkook?" tanya Taehyung.
"YA, kenapa kau malah bertanya kabarnya." Kesal Hoseok.
"Hyung, aku kawatir dengannya." Ucap Taehyung, Hoseok menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Dia kritis." Ucap Hoseok, Taehyung langsung terdiam.
"Hyung...."
"Wae?"
"Jungkook tahu semuanya." Ucap Taehyung.
"Maksud mu?"
"Dia tahu jika aku sakit, sebelum itu dia berada di depan kamar ku dan mendengar ku berbicara lalu dia jatuh pingsan." Jelas Taehyung, Hoseok langsung tersenyum.
"Gwenchana, hyung tahu apa yang kau pikirkan jadi hilangkan pikiran bodoh mu itu." Ucap Hoseok.
"Hyung...."
"Tidak, hyung harus memeriksa pasien hyung yang lain. Jangan nakal." Ucap Hoseok sembari melangkah pergi meninggalkan ruang rawat Taehyung.
******
Hoseok melangkahkan kakinya ke ruang kerjanya tapi langkahnya terhenti saat Yoongi berjalan kearahnya.
"Ada apa hyung?" tanya Hoseok, Yoongi masih diam menatap Hoseok.
"Aku tidak punya banyak waktu." Datar Hoseok.
"Dimana anak itu?" tanya Yoongi.
"Nugu?"
"Anak sialan itu."
"Taehyung?"
"Iya anak tidak tahu diri itu."
"Untuk apa kau mencarinya? Mau membunuhnya?" pertanyaan Hoseok membuat Yoongi terdiam sebentar lalu ia tersenyum miring.
"Bahkan aku akan langsung membakarnya menjadi abu." Ucap Yoongi.
"Itu artinya kau pembunuh hyung." Yoongi terdiam mendengar pernyataan Hoseok yang menurutnya itu membuat Yoongi naik pitam.
"Kau tahu? Kau dan yang lainnya tak akan bisa menyentuh Taehyung sedikit pun, aku akan membuatnya lupa akan rasa kecewa itu agar rasa itu tidak berubah hyung. Setidaknya kebencian itu tidak juga muncul di dalam hati Taehyung." Ucap Hoseok, setelah mengatakan itu Hoseok langsung melangkah pergi tanpa memperdulikan Yoongi yang mengepalkan tangannya kuat menahan amarah.
*****
Namjoon memasuki ruangan rawat Jungkook dengan wajah kesal, Jin yang ada di dalam langsung menatap Namjoon bingung.
"Wae?" tanya Jin.
"Pengecut itu menghilang lagi." Ucap Namjoon.
"Kemana?"
"Setiap melakukan kesalahan dia pasti pergi menghindar, dasar pecundang sialan." Gerutu Namjoon.
"Kau juga tidak lebih dari seorang pecundang Namjoon-ah...." Semua mata langsung menatap kearah suara.
"Hoseok-ah, apa maksud mu?" tanya Jin.
"Tidak hyung, aku kesini hanya mampir sebentar untuk melihat keadaan Jungkook tapi sepertinya aku masuk disaat yang tidak tepat." Ucap Hoseok sembari tersenyum miring.
"Jung Hoseok...."
"YA Kim Namjoon, berhenti memanggil ku seperti itu. Kita adalah keluarga." Ucap Hoseok sembari menatap saudaranya itu dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Hyung, aku hanya ingin bilang. Kau harus menjadi pilar yang kuat untuk menyanggah adik adik mu karena sebentar lagi akan ada badai yang kapan saja mampu membuat hati keluarga mu roboh." Ucap Hoseok sembari tersenyum manis setelah itu pergi meninggalkan ruangan itu.
"Jung Hoseok...." Namjoon mengepalkan tangannya kuat sembari menggertakkan rahangnya karena menahan amarah yang sudah memuncak.
******
Taehyung punggungnya yang tiba tiba berdenyut sakit, ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan erangan kesakitannya itu tapi semuanya semakin menyakitkan.
"Hy..ung...in..i..sang..at...me.nya...kit...kan..." Taehyung mulai berbicara terbata karena tidak kuat menahan sakitnya.
Hingga akhirnya Hoseok datang dengan sangat kawatir, ia langsung berlari kearah Taehyung dan memberikan obat pada Taehyung. Setelah dirasa Taehyung sudah tenang Hoseok bernafas lega.
"Terimakasih hyung." Ucap Taehyung.
"Ini sudah tugas ku Tae." Ucap Hoseok, Taehyung tersenyum.
"Hyung...."
"Eoh?"
"Hyung waktu ku sudah selesai." Ucap Taehyung lemah.
"Tae, apa yang kau katakan? Kau akan sembuh." Ucap Hoseok sembari menahan tangisnya.
"Hyung, bagaimana mungkin aku bisa sembuh jika berjalan saja pun aku sudah tidak bisa." Ucap Taehyung.
Hoseok menggenggam tangan Taehyung yang dingin dan saat kedua tangan itu saling mengggenggam air mata Hoseok tak bisa ditahan lagi.
"Bahkan tangan ku tak bisa merasakan hangatnya tangan mu lagi hyung." Ucap Taehyung, tangisan Hoseok semakin pecah.
"Hyung, sudah pernah ku katakan bukan jika aku akan berjuang semampuku tapi jika aku sudah tidak bisa berjuang lagi maka biarkan aku menyerah, lepaskan aku hyung maka kau akan bahagia." Ucap Taehyung.
"Jangan pergi sampai mereka sadar Tae, jangan pergi jika kau masih menyimpan rasa sakit itu Tae." Ucap Hoseok.
"Tidak ada alasan lagi untuk ku bertahan hyung, sesakit apapun itu rasanya akan tetap sama karena waktu ku tidak banyak lagi." Ucap Taehyung.
"Tae, kenapa semua ini harus terjadi padamu?" tanya Hoseok sembari memeluk tubuh kurus Taehyung.
"Ini takdirku hyung, ini hukuman ku. Eomma dan appa yang sempat marah sekarang mereka akan segera menjemputku, mereka tidak marah lagi padaku hyung karena mereka sudah berada di depan ku sembari tersenyum." Ucap Taehyung.
Hoseok langsung melepas pelukannya, menatap Taehyung sendu lalu air matanya turun semakin deras.
"Paman, Bibi biarkan anak nakal mu ini berada disini sebentar saja hingga saudaranya sadar jika mereka salah." Ucap Hoseok, Taehyung langsung memegang bahu Hoseok.
"Jangan menangisi ku lagi hyung, aku mohon tersenyumlah saat waktunya sudah tiba nanti." Ucap Taehyung.
"Kau akan bahagia, semuanya akan bahagia jadi jika kau merindukan ku lihatlah bintang yang paling terang hyung." Lanjut Taehyung.
******
.
.
TBC.
Halo semuanya, ini sudah mendekati akhirnya nih.
Sebelumnya aku mau tanya ini di tambah lagi apa cukup sampai disini penyiksaannya? beberapa chapter lagi udah selesai nih guys.
Terimakasih buat yang udah vote+comment nya, terimakasih untuk supportnya dan maaf jika masih banyak typonya dan kekurangannya.
Kalau mau mengkritik atau memberi saran silahkan saja saya akan menerimanya dengan baik karena bagaimana pun saya juga masih membutuhkan itu.
Saya berterimakasih untuk supportnya semuanya, teman teman, para readers dan juga sahabat sahabat saya yang membantu berjalannya FF ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Gift to Brother
FanfictionCover By: SugaVAuthor 😍💜😍 ------- Senyuman dan canda tawa yang dulu selalu tergambar di keluarga itu dengan seketika menghilang. Cahaya mentari yang selalu menghangatkan keluarga itu dengan seketika berubah menjadi musim yang dingin. Akankah caha...