BAB 1

85 9 2
                                    

"Morning world." Teriak seorang gadis blasteran Indonesia-Jerman yang masih berumur 16 tahun, sambil berjalan menuruni anak tangga yang terdapat di rumahnya.

"Hadehh, pasti kalo udah ada dia jadi rame deh seisi rumah, kenapa dia nggak menetap di Jerman aja sih lagian?" Sewot pria yang 3 tahun lebih tua dibanding gadis blasteran tersebut.

"Ya bagus dong Bara, jadi rumah ini nggak sepi lagi kayak kemarin-kemarin."
Balas wanita yang berumur 42 tahun, tapi kecantikannya masih sama seperti gadis berumur 20 tahun.

"Nadira masih bisa denger loh yaa, lagian bagus dong kalo Nadira balik lagi ke rumah, jadi abang nggak keliatan jomblo-jomblo banget kalau ditinggal Mama ke butik." Ucap gadis yang baru saja dibicarakan oleh kedua orang tadi, sambil tertawa lepas.

"Enak aja, gue nggak jomblo ya gue itu udah punya teman hidup. Emang lo apa dari dulu masih ngejomblo aja."

"Halah, gaya-gayaan teman hidup segala, udah kayak judul lagu si Tulus aja. Lagian nggak apa-apa lah Nadira jomblo asalkan aku bahagia, Eheheh dari pada abang punya pacar tapi berasa kayak nggak punya pacar, itu kan lebih sakit lagi. Uupss." Balasnya sambil menutup mulutnya menggunakan tangan.

"Nadiraaa, lo itu ngeselin banget sii."
Sambil mencubit kedua pipi adiknya.

"Tapi itu kan kenyataan, hahaha. Aduhhh, Mamaa tolongin Nadiraa Maa, sakittt!" Teriak Nadira sambil memegangi kedua pipinya yang tadi dicubit.

"Sudah sudah kalian ini kalau sudah ketemu pasti selalu saja bertengkar.
Padahal kalian itu hanya 2 bersaudara loh, tapi selalu saja bertengkar." Lerai sang Mama.

"Aduhh Maa, cacing didalam perut aku udah mulai ngadain konser nih Maa. Ayo cepetan, Nadira butuh asupan makanan nih buat para cacing didalam perut Nadira Maa." Ucapnya sambil memegangi perutnya yang katanya sedang mengadakan konser.

"Heh! Lo mah ngeles mulu dek, kayak bajaj." Goda Bara sambil mengacak-acak pucuk kepala sang adik.

"Sudah-sudah, ayo kita makan.
Mama sudah masakin makanan favorit kalian tadi." Ucap sang Mama sambil berjalan menuju meja makan, dan diikuti oleh kedua anaknya dari belakang.


***


"Oh iya Maa, Papah belum pulang dari Singapura ya?" Tanya Nadira sambil mengambil segelas susu putih yang ada didepannya.

"Iya belum sayang, memang kenapa? Kamu kangen Papah?" Balas wanita yang duduk dihadapan Nadira.

"Jangan kangen,
Berat.
Biar aku saja,
Kamu gak bakal kuat!" Timpal Bara.

"Hahaha, lucu banget sihh Abang aku yang satu ini. Pantes aja kak Kanya betah pacaran sama Abang, kan pas dia lagi ujian nanti bisa jadiin Abang bahan lelucuan sebelum ujian. Hitung hitung ngelepas stress dia, Hahahaha." Ucapnya sambil mencubit pipi Abangnya tanpa memperhatikan ekspresinya saat ini.

"Iya Maa, Nadira kangen Papah. Kok Papah lama banget ya pulangnya. Padahal sekarang ada Nadira disini tapi Papah nggak pulang juga, apa sebegitu pentingnya ya Maa kerjaan Papah dibanding kita keluarganya?" Tambahnya dengan ekspresi menggemaskan, seperti anak kecil yang meminta balon kepada Ibunya.

"Nggak begitu juga lah sayang. Papah itu pasti kangen juga sama kita, apa lagi sama kamu." Balasnya sambil berdiri dari kursi yang ia duduki dan langsung memeluk Nadira, Putri kesayangannya.

"Dek...dek omongan lo itu kayak orang yang dewasa sebelum waktunya tahu nggak." Oceh Bara, menghampiri kedua wanitanya. Lalu mengacak pelan rambut sang Adik tersayang.

IMPOSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang