BAB 8

3 3 8
                                    

Seminggu berlalu setelah perdebatan hebat di kantin, ada oknum tak bertanggung jawab yang merekam aksi tersebut dan tanpa diduga video perdebatan itu viral, bahkan sampai terdengar ke pihak Sekolah.

Sehingga pihak Sekolah meminta agar Nadira beserta Siswi yang terlibat perdebatan itu untuk datang ke ruang BK bersama orang tua mereka masing-masing.

"Ada yang mau kalian jelaskan tentang video yang sempat viral seminggu ini?" Tanya Bu Betty selaku staff kesiswaan di SMA Harapan Bangsa.

"Saya nggak tahu Bu, kenapa video itu bisa sampai seramai itu. Tapi, yang pasti saya merasa melakukan hal yang benar." Jawab Nadira dengan yakin.

"Melakukan hal yang benar? Dengan cara saling siram dan menciptakan keributan di Sekolah?" Tanya Bu Betty kembali.

"Murid baru ini duluan Bu yang berulah." Ujar Maudy membela diri.

"Bohong banget Bu, dia duluan yang siram teman saya. Saya sama teman-teman saya lagi istirahat di Kantin eh si nenek lampir ini datang tiba-tiba dan siram teman saya. Saksinya juga banyak kok Bu." Jelas Nadira yang mendapatkan tatapan tajam dari sang Mama yang berada disebelahnya, karena ucapannya.

"Sebagai teman yang baik, saya bela teman saya dong Bu. Eh dia malah makin menjadi, sampai-sampai jidad saya ini juga jadi korbannya." Lanjut Nadira.

"Benar begitu Maudy?" Tanya seorang wanita yang berpenampilan modis yang duduk disebelah Maudy.

"Iya Mi, tapi kan itu juga karena dia siram Ody, Mi. Ody gak ada urusan sama dia, kenapa dia harus ikut campur urusan Ody coba?" Kukuh Maudy, membela diri.

"Tapi bukan berati kamu sampai buat dia luka kan?" Tanya wanita itu lagi.

"Mami kok malah jadi bela dia sih Mi? Anak Mami disini aku loh Mi." Ucap Maudy sedikit kesal.

"Iya kamu memang anak Mami, tapi kelakuan kamu juga salah sayang. Nggak seharusnya kan kamu berbuat kasar begitu? Apalagi dia ini anak baru disini kan? Seharusnya kamu kasih contoh yang baik dong." Jelas Wanita itu dengan lembut.

"Tante minta maaf ya, atas perilaku anak tante." Lanjutnya lagi.

"Eh? Nggak apa-apa Bu. Saya juga minta maaf sama Ibu dan, siapa namanya? Maudy ya? Tante juga minta maaf ya kalau si Nadira ini sudah buat kamu kesal. Dia memang begitu, kalo menyangkut orang-orang terdekatnya. Ayo Nadira, kamu minta maaf sama Kakak kelas kamu, Dek." Jawab Irene merasa tak enak hati dengan Ibu dari Kakak kelas putrinya, karena meminta maaf kepada Nadira.

Akhirnya Nadira meminta maaf kepada Maudy, meskipun ia merasa kesal karena seharusnya Maudy yang mengucapkannya terlebih dahulu kan? Apalagi atas kejadian seminggu yang lalu itu Maudy tidak ada sama sekali i'tikad baik untuk meminta maaf terhadap sahabatnya, Amanda.

Begitu juga sebaliknya dengan Maudy. Karena paksaan dari Mami-nya itu, mau tak mau pun ia meminta maaf kepada Nadira karena ulahnya yang telah membuat ujung dahi Nadira sedikit sobek.

***

"Kenapa sih Dek? Mama perhatiin kayaknya kamu semenjak keluar dari ruang BK cemberut terus." Tanya Irene, sambil mengenakan seat belt.

"Nggak, Maa. Aku tuh kesal aja Maa sama si nenek lampir itu." Jawab Nadira.

"Nenek lampir? Di Sekolah lo ada nenek lampir yang kayak di Tv itu Dek?" Ucap Bara yang berada disebelah Irene.

"Gak boleh begitu dong, sayang. Kamu nggak boleh ngomong begitu. Masa kakak kelas kamu, kamu sama-samain sama nenek lampir. Kamu juga Bang, Adek kamu mood nya lagi jelek jangan diajak bercanda dulu." Irene menasihati kedua anaknya dengan lembut.

IMPOSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang