BAB 10

7 2 7
                                    

"Nggak mau tahu! Pokoknya Nadira mau belajar basket ya, Bang." Bujuk Nadira dengan memasang wajah memelas.

"Ngapain sih segala minta diajarin basket gitu? Lo kan udah ngerti gimana cara mainnya, yaudah. Apalagi yang kurang coba?" Jawab Bara.

"Lo ikut ekstrakurikuler basket di Sekolah? Mau ikut pertandingan? Kenapa permintaannya aneh-aneh banget sih, dek." Lanjutnya.

"Ish! Abang mah emang nggak bakal ngertiin Nadira. Mau minta Mama ikut privat basket aja kalau begitu. Percuma punya Abang jago basket, tapi nggak mau ajarin Adeknya basket." Ucap Nadira pergi berlalu meninggalkan Bara, untuk mencari Irene yang diikuti oleh Bara dibelakangnya.

"Assalamu'alaikum Mama ku sayang, anakmu yang tercantik di dunia datang!" Teriak Nadira, sedikit lebay, memasuki kamar orang tuanya.

"Kamu kenapa teriak-teriak begitu sih, dek?" Tanya Irene.

"Tahu, berasa di hutan kali dia, Maa." Sahut Bara.

"Mama gimana sih Maa, balas salam Nadira dulu dong!" Ceplos Nadira, mengabaikan Bara yang kini tengah duduk di sofa kamar, bergabung dengan dirinya dan Irene.

Irene tersenyum dan membalas salam dari putrinya. "Iya, Wa'alaikumussalam."

"Kenapa nih, nggak biasanya kamu cari Mama di jam begini." Tanya Irene.

"Maa, aku mau ikut privat basket dong."

"Loh? Kenapa kamu tiba-tiba minta privat basket? Biasanya yang kamu pinta itu nggak jauh-jauh dari buku, novel, mentok-mentok skincare."

"Iya kan, Maa. Tadi dia juga minta Bara buat ajarin dia main basket sampai jago katanya. Tapi, pas ditanya buat apa, dia nggak jawab."

"Pokoknya ini darurat banget Maa. Mama harus banget bantu Nadira daftar privat basket, kalau emang Abang nggak mau ngajarin aku main basket sampai jago. Percuma punya Abang yang katanya jago main basket tapi nggak mau bantuin Adeknya buat belajar basket sampai jago."

"Rongsokin aja tuh Maa piala sama piagam hasil kejuaran basketnya. Lumayan kan, duitnya bisa buat beli novel keluaran terbaru. Kayaknya ditambah buat beli skincare juga cukup tuh, Nadira tinggal tambah sedikit paling." Lanjut Nadira.

"Heh! Sembarangan lo!" Ketus Bara tak terima, hasil jerih payahnya selama mengikuti perlombaan basket dari SMP ingin dibuang begitu saja.

"Makanya, lo harus ajarin gue main basket sampai jago dulu, kalau emang piala sama piagam lo masih mau aman-aman aja."

***

"Gimana Nad? Lo berhasil bujuk Bang Bara buat ajarin lo main basket?" Vira bersuara.

"Santai aja, santai." Jawab Nadira.

"Santai gimana woi! Seminggu itu waktu yang nggak lama, Nad. Lagian, tantangan lo itu aneh banget tau nggak. Ngapain coba segala bikin tantangan kayak model taruhan gitu." Ucap Farah.

"Heh! Kok jadi lo yang sewot sih? Perasaan yang mau tanding basket kan gue."

"Tenang aja udah. Lo nggak lihat ini gue udah sesantai apa? Udah, tenang aja deh kalian, minggu depan tinggal duduk manis nonton gue main basket, jangan lupa semangatin juga." Lanjut Nadira.

"Lo pakai jurus apa sampai Bang Azka mau ajarin lo basket gitu, Nad? Biasanya dia males banget kalau harus ajarin lo main basket." Tanya Amanda.

"Iya bener, secara lo itu kan zonk banget di bidang olahraga." Ucap Farah.

"Enak aja! Gue bisa ya olahraga, mau olahraga apa? Bulutangkis? Voli? Lari marathon? Lempar lembing? Bisa kok gue. Main basket gue juga tahu rules permainannya gimana. Tinggal dribble bola doang, nggak susah kan?" Jawab Nadira santai.

"Kalau yang lo tahu cuma dribble bola doang anak TK juga tahu!" Ucap Amanda.

"Bener, keponakan gue yang baru masuk TK juga bisa!" Tambah Vira.

"Pertanyaan gue yang tadi belum dijawab sama lo, btw. Lo pakai jurus apa, sampai Bang Bara mau ajarin lo basket?" Lanjut Amanda.

"Gue bilang ke dia, kalau sampai dia nggak mau ajarin gue main basket sampai jago, gue bakal rongsokin semua piala sama piagam yang dia dapet dari setiap perlombaan basket yang pernah dia ikutin dan duit hasil rongsoknya buat gue beliin novel sama skincare. Gimana, cerdas kan gue?"

"Gila, lo! Gimana dia nggak terpaksa, lo ancem dia sama piala plus piagam kesayangan dia. Mau nggak mau, ya dia harus mau lah kalau gitu caranya." Jawab Farah.

"Ya iya dong! Ya kali, dia lebih sayang sama piala dan piagamnya yang nggak seberapa itu dibanding gue, adeknya yang paling cantik nomor dua sedunia, setelah Mama gue."

"Btw, lo tahu darimana kalau Bang Bara terpaksa ajarin gue basket? Lo masih suka chattan sama Abang gue, Far? Lo stalk Abang gue lagi?" Tanya Nadira penuh selidik.

"Nggak kok, enak aja. Semalam dia chat gue nanyain kenapa lo tiba-tiba minta diajarin main basket sama dia, gue jawab aja nggak tahu." Jawab Farah gugup.

"Serius, cuma bahas itu doang? Nggak percaya ah gue sama lo. Paling ada modus dikit-dikit kan lo, sama dia?" Ejek Nadira.

"Iya, gue sama dia cuma bahas itu aja kok! Kalau lo masih nggak percaya juga, lo buka aja tuh room chat gue sama Abang lo." Ucap Farah kesal, menyerahkan handphone miliknya kehadapan Nadira.

"Kirain, lo masih mau ngejar-ngejar Abang gue disaat dia udah punya pacar. Jangan deh Far, lo cari cowok lain aja, kasihan gue sama lo yang udah 4 tahun ngejar-ngejar Abang gue tapi nggak ada respon sama sekali dari dia. Apalagi sekarang Abang gue udah punya pacar, Kak Kanya." Jelas Nadira menasihati Farah.

"Iya, tahu gue juga. Namanya juga perasaan kan nggak bisa dipaksain, Nad."

"Bener kan, lo masih suka sama Abang gue?!"

"Sialan lo! Tahu ah, gelap." Ucap Farah, dan pergi meninggalkan Nadira sendiri di Perpustakaan untuk menyusul Amanda dan Savira yang sudah terlebih dahulu meninggalkan mereka di Perpustakaan.

"Gimana Abang gue mau suka sama dia, kalau tingkahnya aja bar-bar banget kayak gitu. Kasihan sahabat gue yang satu itu." Gumam Nadira dan pergi meninggalkan Perpustakaan.

***

"Gimana sih, katanya mau jago main basket. Tapi, baru pemanasan sebentar aja udah lemes begini." Ucap Bara.

"Sebentar dulu deh, Bang. Capek banget ini! Istirahat bentar ya?" Pinta Nadira yang sedang terengah-engah.

"Cemen banget sih lo, dek. Ketahuan nggak pernah olahraga ya begini deh jadinya, baru pemanasan sebentar aja udah ngos-ngosan begitu."

"Selonjoran bentar deh gue, ya."

"Oke, kita istirahat sebentar deh. Istirahat 15 menit, no debat." Ucap Bara dan ikut duduk disebelah Nadira.

"Ih, sebentar banget. Nggak mau ah gue. Gue di Sekolah aja istirahat 1 jam loh, 2 kali lagi istirahatnya. Masa olahraga yang udah buat tenaga gue habis gini istirahatnya cuma 15 menit. Itu sih cukup buat gue minum doang." Sinis Nadira.

"Tadi kan gue bilang, no debat, dek. Kalau lo masih mau ngelawan gue, yaudah. Gue nggak mau ajarin lo main basket lagi. Gampang kan?"

"Ish! Yaudah, iya deh istirahat 15 menit. Lo nggak kasihan apa sama adek lo yang cantik ini."

"Nah, gitu dong, nggak usah pakai acara protes. Kalau bisa tiap hari deh lo jadi anak yang baik gini. Kalem, nggak banyak protes, itu baru adek gue. Oke?"








Happy saturday night and happy weekend sahabat-sahabat online ku sayanggg💙

Kalo weekend gini biasanya hal apa yang paling sering kalian kerjain nih?

IMPOSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang