Setelah insiden di lapangan sekolah berakhir, dan dengan sangat terpaksa Nadira menerima tawaran laki-laki yang sedang duduk bersebelahan dengan dirinya didalam mobil saat ini. Bahkan dirinya pun tidak mengetahui siapa nama laki-laki yang telah membuat hari-harinya selalu sial. Bagaimana jika nanti dirinya malah diculik kan? Atau lebih parahnya dibuang ditengah jalan.
"Ekhemmm." Gadis yang bernama Nadira itu berdehem dengan keras, bahkan terdengar seperti bukan deheman lagi. Ia melakukannya hanya karena ingin mencairkan situasi saat ini. Dimana tidak ada obrolan apapun yang terlibat diantara dirinya dengan laki-laki yang ada disebelahnya.
"Ishhhhh gue nggak suka situasi kayak beginiiii berasa dikacangin gue. Lo kenapa sih dari tadi diem mulu? Kan emang lo yang salah, mana tadi segala nuduh gue yang sengaja biar bisa balik bareng lah. Terus juga dengan entengnya malah nyuruh gue balik bareng." Nadira terus bersuara. Karena memang dirinya tidak suka dengan situasi seperti saat ini, hening.
"Bacot!" Balas laki-laki yang ada disebelahnya.
"Ihhhh gue ngomong panjang kali lebar kali tinggi dan dengan entengnya lo cuman jawab 'Bacot!' Lo lagi sariawan apa gimana siih?! Ngomong kok ya irit-irit banget. Padahal ngomong itu gratis gak perlu bayar perkata nya." Cerocos Nadira dengan greget. Rasanya ia ingin mengubur laki-laki disebelahnya ini hidup-hidup.
"Diem!" Balas laki-laki itu dengan singkat, lagi.
"Hufffttt! Ya Allah salah apa hamba di kehidupan sebelumnya sampai-sampai hamba dipertemukan dengan manusia aneh kaya gini. Itu didepan lampu merah belok kanan!" Ucap Nadira sudah dengan amat sabar, sambil mengelus dada dan beristighfar berulang kali didalam hati.
"Hmmm." Lagi dan lagi jawaban datar dari laki-laki yang bersebelahan dengan dirinya.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 45 menit dari sekolah untuk sampai ke rumahnya, akhirnya Nadira sampai di Istana milik kedua orang tuanya itu.
"Makasih!" Bukan. Bukan Nadira yang mengucapkan kata itu, melainkan laki-laki yang sudah membuat dirinya kesal setengah mati itu lah yang mengucapkan kata tersebut.
"Nggak. Lo pikir gue mau ngucapin kata makasih gitu sama lo dengan manis? Sorry ya, jangan harap! Karena kan emang lo yang salah. Jadi gue gak bakalan mau ngucapin kata makasih sama lo. Lagian juga tadi lo sendiri kan yang bilang kalo gue sengaja cari perhatian biar bisa balik bareng sama lo. Bye!" Jawab Nadira dengan kesal, lalu melambaikan tangannya sebentar dan langsung berbalik meninggalkan laki-laki itu untuk masuk ke dalam Istananya.
"Dasar cewek bar-bar!" Gumamnya, lalu menghembuskan nafas secara kasar. Setelahnya memutar balik mobil miliknya untuk pergi meninggalkan kediaman Nadira.
***
"Ekhemmm. Barusan balik sama siapa dek?" Interogasi Bara kepada adik satu-satunya itu.
"Apa lo?! Terserah gue lah mau balik sama siapa kek." Jawabnya dengan sangat ketus.
"Ohh gituu. Pantesan telepon gue nggak diangkat, chat gue nggak dibales jangankan dibales di read aja nggak. Nggak tahu apa abang tercintanya disini khawatir banget. Ehh nggak tahunya balik sama cem cemannya. Btw lo hebat dek, baru aja masuk ke sekolah baru ehh udah dapet cem ceman aja dek. Gue kasih 4 jempol buat lo. Tapi bagus sih sekarang lo jadi punya tukang ojek pribadi kan ya, jadi nggak perlu gue lagi buat antar jemput lo kemana-mana kan." Ucapnya dengan santai sambil menaik turunkan alisnya.
"Diem! Mulut lo minta gue sambelin ya bang. Siapa juga yang balik sama apa itu tadi lo bilang? Hmmm cem-ceman yaa?! Sinting lo! Kenal aja nggak gue sama dia, bahkan tau nama dia aja nggak gue. Dan lo tau alesannya kenapa gue nggak bales telepon sama chatting dari lo? Itu karena handphone tersayang gue tadi rusak dan layarnya pecahhh!! Huwaaaaaaa my lovely phone bang." Teriak Nadira sambil menangis dan memeluk abangnya yang sedang bersantai di sofa.
"Ehhh sorry, sorry, tadi gue kira lo balik sama gebetan lo. Hmm ternyata gue salah, padahal gue udah seneng banget tuh akhirnya adek semata wayang gue punya cem ceman juga, nggak nge jomblo terus-terusan." Balasnya sambil mengusap punggung adiknya yang sedang menangis haru.
"Ehh... ehh.. Btw apa lo bilang tadi? Handphone lo rusak dek? Gilaaaaaa Nadiraaaaa itu kan handphone baru dek, kenapa bisa rusak sih?! Astaghfirullah! Nadira itu handphone lo belum ada sebulan dek, Ya Allah! Bahkan kayaknya itu handphone baru 2 minggu kan dek." Tambahnya lagi.
"Dan lo tau bang siapa pelakunya? itu tadi dia si makhluk pembawa sial di hidup gue yang udah bikin handphone gue jadi kehempas ke tanah dan berakhir sadis. Gue benci sama dia! Pokoknya benciiii bangett!! Lihat aja nanti gue bales tuh orang. Dia belum tau aja kalau seorang Nadira udah bertindak." Curhatnya kepada sang abang yang sudah ingin tertawa terbahak-bahak karena melihat wajah adiknya yang terlihat kesal.
"Hati-hati aja ya adikku tersayang. Jangan terlalu berlebihan benci sama orang, karena sesuatu yang berlebihan itu nggak baik kan. Bisa aja nantinya lo justru merasa falling in love with him kan nggak ada yang tahu tuh dek." Balas Bara sambil mencubit pipi adik semata wayangnya dengan gemas.
"Ishhh, dasar abang durhaka lo! Nggak. Gue nggak bakalan suka sama manusia kayak dia. Liat mukanya aja gue udah jijik, Eyohhh." Jawab Nadira sambil berdiri dari sofa yang ia duduki dan berjalan ke lantai dua, tempat dimana kamarnya berada.
"Kita lihat aja nanti. Btw lo yang durhaka dek, lo udah ngatain abang semata wayang lo ini sinting tadi. Gue denger kemaren ada cerita azab judulnya 'Seorang adik yang meninggal diserang tawon karena durhaka terhadap kakaknya'." Ucapnya dengan tertawa terbahak-bahak karena berhasil meledek adik semata wayangnya itu.
"Ishhhh, Aaabaaanggggggggggg!" Teriak sang adik dengan sangat amat kesal dari ujung tangga.
Aku usahain buat update terus ya teman-teman, kalau nggak ada kendala💙
![](https://img.wattpad.com/cover/140919091-288-k530357.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPOSSIBLE
Novela JuvenilKetika 3 hati dipertemukan dalam 1 cinta. "Kamu tidak akan pernah mengerti bagaimana rasanya menjadi aku. Ah salah, bahkan untuk berbalik menatapku pun, rasanya kamu enggan bukan?" -Nadira Almira