BAB 33

8 0 0
                                    

"Hah? Camp?" Kaget Farah

"Iya, sekolah kita mau mengadakan camping ke salah satu daerah yang ada di Bandung." Jawab Amanda menjawab keterkejutan Farah dan yang lainnya.

"Kok lo bisa tau, Man? Lo tau dari mana?"

"Eh? Y-ya gue tau aja."

"Loh, bisa begitu. Jangan-jangan lo udah ketularan si Farah lagi, Man. Yang suka gosip kesana-kemari. Jangan sampai deh, jangan sampai." Ujar Nadira kemudian kembali menyeruput milkshake yang ada di hadapannya.

"Apaan lo ke gue gue. Gue yang kalem begini lo bilang tukang gosip, nggak terima ya gue."

"Kalem dari mana? Dilihat dari atas monas juga lo nggak ada kalem-kalemnya, Far." Celetuk Vira dengan santainya.

"Tau!" Tambah Nadira juga Amanda yang membuat Farah mendecak sebal.

"Serius, tapi emang benar nih Sekolah mau adain Camp?"

"Iya, Nad. Benar kok."

"Lo tau dari mana, Man?"

"Ya pokoknya tau lah! Lagian, lo masa nggak dengar isu nya sih, Far? Gue yakin banget seharusnya lo duluan yang tau nih, bukan gue."

"Gue setuju sama Amanda, kenapa lo jadi ketinggalan gosip gini, Far? Biasanya lo yang paling gercep."

"Nggak tau, gue nggak tau gosip kalau kita bakal Camp. Bahkan, gue nggak dengar sama sekali gosipnya."

"Iya, lo terlalu sibuk buat stalk Abang gue sih."

"Dih?"

"Halah! Nggak usah sok-sokan dah-dih dah-dih, deh lo. Secara lo kayaknya udah cinta mati banget sama Abang gue."

"Cinta mati? Judul lagu kali." Sahut Vira cepat.

"Udah deh, gue iyain aja biar cepat!"

"Kan?! Benar, kan?!" Teriak Nadira yang membuat ketiga temannya spontan menutup kedua telinga, karena suara Nadira yang terlalu keras.

"Iya, Nad, iya. Terserah deh, semau lo, semerdeka lo aja."

"Jangan sampai deh, Abang gue nyesel karena sia-siain lo, Far."

"Apanya yang sia-sia sih, Nad? Kalau dari awal aja emang dia udah tutup mata sama telinganya sama kehadiran gue?" Jawab Farah yang diakhiri dengan kekehannya.

"Maaf banget ya, Far, soal si Bara. Kalau sampai Abang gue nyesal nanti, gue jadi orang pertama yang bakal ketawain dia sekeras mungkin. Lihat aja, gue janji, Far." Balas Nadira yang dibalas tawa oleh Farah.

***

"Gue denger-denger Sekolah mau adain Camping. Benar nggak sih?" Tanya Nadira kepada Bara yang duduk disebelahnya.

"Om gue bilang sih begitu. Rencananya SMA Harapan Bangsa memang mau buat acara Camp." Jawab Azka dengan suaranya yang datar.

"Oh, ternyata benar."

"Siapa yang kasih tau lo?"

"Teman gue. Gue tau infonya dari teman gue, gue pikir itu baru wacana doang. Ternyata emang benar mau diadain, ya?"

"Hmm." Jawab Azka dengan singkat.

"Tau dari siapa? Amanda?" Lanjut Azka, bertanya kepada Nadira.

"Eh? Iya. Kok lo bisa tau?"

"Asal tebak." Jawab Azka yang mendapatkan anggukan kepala dari Nadira.

"Kalian berempat sedekat itu?"

"Siapa? Gue, Amanda, Farah, Vira?"

"Iya."

"Yah, lumayan sih. Eh, nggak deh, bukan. Kita berempat emang dekat banget. Banget banget banget malah."

"Baru?"

"Maksudnya? Lo bisa nggak sih kalau ngomong sama orang tuh, nggak yang singkat-singkat begitu. Oke, kalau orang yang lagi ngobrol sama lo itu tau dan ngerti sama apa yang lagi lo omongin itu. Kalau nggak ngerti gimana? Kan bikin susah kalau kayak begitu. Lagian lo mau ngomong sepanjang apa juga gratis kan? Nggak bayar?" Ujar Nadira sedikit kesal karena jawaban yang Azka berikan sedari tadi terkesan singkat.

"Kalian bertiga."

"Lumayan lama sih, dari kita bertiga SMP. Awal ketemu, ya dari situ sih. Terus kita berteman dan pertemanan kita berlanjut sampai sekarang."

"Gue selama ini cuma lihat mereka bertiga, nggak pernah ada lo. Dari awal masuk SMA."

"Ya, wajar sih. SMP kelas dua gue udah pindah ke tempat Omah gue di LN, otomatis lanjut Sekolah disana, dan baru balik lagi kelas sebelas ini, ke Indonesia. Makanya yang orang-orang tau pasti pertemanan mereka selama ini bertiga, tanpa gue."

"Btw lo seperhatian itu sama teman-teman gue. Sampai tau kalau mereka itu selama ini bertiga terus." Ujar Nadira sampai memperhatikan Azka yang tampak tenang mengendarai mobilnya.

Azka tertawa kecil. "Gimana gue nggak tau, teman-teman lo. Mereka bertiga terkenal di Sekolah, Savira yang katanya lemot, Farah si tukang gosip, dan terakhir, Amanda yang super kalem."

"Seterkenal itu mereka?" Tanya Nadira dan dibalas anggukan oleh Azka.

"Kalau gue?" Tanya Nadira lagi, yang dibalas tatapan oleh Azka.

"Gue yakin, gosip tentang gue udah kesebar ke semua Murid. Apalagi, setelah gue ribut terus sama sepupu lo, kan? Mereka bilang gue gimana?"

"Berisik, banyak omong."

"Seriously? Mereka cuma bilang begitu?"

"Eumhh. Btw permintaan gue masih ada dua lagi kan, ya?" Lanjut Nadira, menyinggung soal permintaan yang pernah mereka sepakati.

"Kalau gue minta sekarang, boleh nggak sih?"

"Kenapa tanya gue? Bukannya itu hak lo. Mau bagaimana pun gue tolak, lo tetap aja ngotot sama permintaan-permintaan yang lo maksud, kan?"

"Iya juga sih, ya. Berarti lo nggak bisa nolak?"

"Menurut lo?" Ucap Azka balik bertanya.

"Kalau gue mau lo jadi pacar gue, bisa?"










Hallo, hai 🙌

Kita berjumpa kembali 💙

Karena aku masih berusaha keras buat bikin mood menulis ku membaik, kayaknya paling lama, aku bakal update seminggu satu bab, yaa. Tapi, InsyaAllah aku bakal berusaha buat update terus 💜

Jujurly, buat aku yang masih baru mencoba nulis a.k.a anak bawang, jadi masih susah banget buat tuangin apa yang ada di dalam kepala aku ini sama apa yang aku ketik, supaya jadi tulisan yang bisa kalian nikmati di waktu senggang 💃✌

Padahal aku bergabung di Wattpad itu, udah dari lumayan lamaaaa sekaliii. Tapii sebagai penikmat karya para senior² aja, alias sebagai pembaca. Dari aku kelas 6 sd, sampai sekarang aku udah lulus SMA, yang kata orang angkatan ku itu, lulusan angkatan pertama covid19🤧

Ada yang bisa tebak?🙈


IMPOSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang