BAB 11

3 1 0
                                    

"Gila, jago banget mainnya." Gumam Nadira dengan takjub, yang masih bisa terdengar oleh teman-temannya.

"Gimana, masih mau lanjutin tanding basket sama gue?" Tanya Azka.

"Eh?" Kaget Nadira karena tiba-tiba saja Azka berdiri didepannya, kemudian tersadar.

"Iyalah! Enak aja, gue juga nggak kalah jago dari lo, asal lo tahu aja."

"Nggak yakin gue." Balas Azka

"Lo ngeremehin gue banget kayaknya. Gue emang jago kok main basket, lihat aja nanti, siap-siap aja lo kalah dari gue!"

"Selain barbar, cerewet, toak, ternyata tingkat kepedean lo tinggi juga ya." Sinis Azka.

"Bacot! Nggak penting juga gue adu bacot sama lo! Ayo girls kita ke kantin. Habis marah-marah sama manusia sombong ini gue jadi laper." Ajak Nadira kepada teman-temannya.

"Apa gue bil---" Ucapan Azka terhenti karena Nadira.

"Jangan sampai lo yang gue makan ya!"

***

"Nad?" Panggil Amanda.

"Hmm." Jawab Nadira.

"Denger lo ngomong begitu sama Kak Azka tadi, bikin gue makin nggak yakin deh."

"Iya, gue juga ngerasa begitu." Tambah Vira.

"Udah santai aja. Kalau kalian emang nggak, eumh salah maksudnya belum percaya, nanti pulang sekolah kita main ke rumah gue. Biar kalian bisa ngelihat gue latihan sama si Bara."

"Halah, diluar rumah aja berani ngomong Bara tanpa embel-embel Abang." Ujar Farah.

"Kenapa? Iri, bilang friend."

"Btw, gue penasaran deh Far."

"Lo kan emang anaknya kepo maksimal, sampai kadang gue mikir kalau arwah-arwah penasaran itu bibitnya ya yang kayak lo gini, Nad." Jawab Farah.

"Sialan! Gue serius, Far." Kesal Nadira.

"Penasaran apaan?"

"Waktu lo tahu abang gue pacaran sama Kak Kanya, perasaan lo gimana Far? Lo patah hati?" Tanya Nadira.

"Pertanyaan lo nggak ada penting-pentingnya, ganti topik." Ucap Farah, kembali menikmati makan siangnya.

"Eh iya tuh, gue juga penasaran. Cerita dong, Far." Tambah Amanda.

"Tau, nggak asik deh lo." Lanjut Vira.

"Perasaan gue? Gue sih biasa aja, nggak ngerasa yang gimana-gimana." Jawab Farah santai.

"Jawaban lo nggak seru ah, Far." Ujar Vira.

"Tau ih! Harusnya lo ngerasa sedih, Far. Karena lo gagal jadi calon kakak ipar gue. Emang lo nggak mau apa kita jadi Kakak-Adik ipar, kalau gue sih ngedukung banget lo sama abang gue. Tapi ya gimana, abang gue nggak mau sama lo, kan nggak bisa dipaksa."

"Kenapa harus sedih? Kalau gue udah siap jatuh hati berarti gue juga siap buat patah hati kan? Semua orang juga tahu, itu memang konsekuensinya." Jawab Farah.

"Ah nggak nyangka, ternyata calon kakak ipar gue yang gagal ini sedewasa itu." Ucap Nadira haru.

"Aw, calon kakak ipar yang gagal nggak tuh." Ledek Amanda, dan tertawa bersama Vira.

"Sialan!" Umpat Farah.

***

"Ini yang lo bilang jago Nadira?" Tanya Vira.

IMPOSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang