BAB 28

3 1 4
                                    

Mengapa aku tak pernah benar, di mata indahmu? Mengapa juga ucapanku selalu salah ditutur lembutmu?

"Lo, kenapa nggak bilang, kalau lo nggak bisa bawa mobil sendiri, Nad?" Ujar Celine memulai perbincangan, karena saat ini Panitia acara donasi beserta sahabat-sahabat Nadira sedang datang menjenguk.

"Hehehe. Nggak apa-apa kok, Kak."

"Tahu! Kenapa lo nggak ajak gue aja kemarin, kalau tahu lo punya trauma begini." Sahut Farah kesal.

"Ya ampun, kalian. Gue udah bilang, kalau gue baik-baik aja, kan. I'm fine, guys." Jawab Nadira.

"Sok-sokan. Kemarin aja kayaknya ada yang nangis-nangis tuh, waktu telepon gue." Cibir Bara menanggapi ucapan Adiknya yang mengatakan bahwa ia baik-baik saja.

"Kamu siapa? Aku siapa? Kita apa?" Jawab Nadira tak jelas dengan nada yang dibuat-buat.

"Hahaha. Lo sama Abang lo lucu banget sih, Nad." Tawa Celine menggema sepanjang ruangan.

"Please Kak Celine, tarik ucapan lo, Kak. Nanti manusia satu itu berbangga diri."

"Sana lo, pergi!" Usir Nadira ke Bara melempar bantal sofa yang berada di sebelahnya.

"Oh iya, nanti Azka sama Maudy nyusul ke rumah lo ya, Nad. Tadi gue sama yang lain disuruh duluan sama dia, nggak ngerti deh tapi kenapa."

"Oh, iya, Kak."

"Ada yang lecet, Nad?" Tanya Amanda peduli.

"Nggak ada, Man. Alhamdulillah."

"Lagian gimana ceritanya sih, lo bisa kayak begitu? Waktu tahu lo nggak masuk karena sakit, gue khawatir banget tahu."

"Uhh, so sweet nya mantan calon kakak ipar gue."

"Gue serius, Nadira! Kenapa lo nggak pernah cerita sama kita kalau lo punya trauma?"

"Aduh kalau mau yang serius-serius kayaknya untuk saat ini belum bisa deh, Far. Abang gue masih punya pacar, tapi nggak tau deh kalau besok, lusa. Nanti gue omongin deh sama Mama, Papa gue kalau lo mau diseriusin." Jawab Nadira asal dengan nada bercanda yang menciptakan tawa dari teman-temannya.

"Terserah lo deh, Nad. Terserah."

"Jadi semenjak kapan lo punya trauma begitu, Nad?" Tanya Amanda serius, ingin tahu.

"Tiga tahun yang lalu, waktu gue Sekolah ditempat Oma gue, di Jerman. Waktu itu masih kelas 2 SMP tapi gue udah bisa ngendarain mobil, karena gue yang ngotot pengin banget coba bawa mobil, akhirnya Oma gue izinin gue, tanpa ngomong dulu sama Mama dan Papa gue, ya meskipun kayaknya waktu izinin gue, Oma sedikit terpaksa."

"Nggak heran lagi sih, lo kan emang batu banget jadi manusia." Sahut Farah, memotong Nadira yang sedang bercerita.

"Lanjut aja, Nad. Nggak usah didenger apa yang Farah bilang barusan, anggap aja barusan nggak ada yang ngomong." Jawab Rangga.

"Setan!" Umpat Farah kesal kepada Rangga.

"Oke, lanjut. Kalian tahu sendiri lah ya, pergaulan di luar negeri itu kayak apa. Bahkan anak-anak yang baru banget masuk SMP aja mereka udah bisa bawa mobil, dan orang tua mereka izinin mereka tanpa mikir konsekuensi kedepannya gimana, jadi gue ke ikut. Selang beberapa hari setelah Oma izinin gue bawa mobil, gue kecelakaan. Tapi gue pastiin, itu bukan karena kelalaian gue, gue bawa mobil itu hati-hati banget. Kecelakaan beruntun dan waktu itu mobil gue sempat berguling ke sisi sebelah kanan. Untungnya Allah masih berbaik hati banget sama gue, sampai hari ini gue masih bisa bernapas."

"Sebentar pause dulu, gue haus. Gue minum dulu ya. Seret banget nih tenggorokan gue cerita ke kalian." Ucap Nadira santai.

"Kebiasaan deh lo, Nad. Kalau lagi ngomong serius-serius begitu, ada aja tingkahnya." Ujar Vira.

IMPOSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang