BAB 12

1 0 0
                                    

Hari begitu cepat berlalu. Tak terasa hari ini tepat hari pertandingan basket dimana seorang Nadira Almira yang menyanggupi tantangan dari kakak kelasnya sekaligus pemegang gelar kapten basket di SMA Harapan Bangsa, yaitu Azka Aldric.

"Good morning everybody." Teriak Nadira saat masuk kedalam kelas dengan senyuman khasnya.

"Punten banget ini mah ya, Nad. Setahu gue kalau orang masuk ataupun keluar dari suatu ruangan itu ngucapnya salam deh nggak kayak lo yang sok-sokan pakai bahasa inggris gitu." Ucap Vira yang melihat temannya masuk kedalam kelas dengan ciri khasnya, yaitu heboh.

"Tau, mana pagi-pagi udah senyam-senyum yang nggak jelas gitu. Lo sehat kan Nad? Nggak yang lagi demam kan?" Tambah Farah yang duduk disebelah Vira dengan sinis.

"Sebelum berangkat ke Sekolah tadi lo sarapan apa Nad? Nggak salah makan kan?" Tambah Amanda.

"Alhamdulillah gue sehat wal'afiat, terus juga tadi pagi gue sarapan roti pakai selai cokelat sama susu cokelat kayak biasanya. Emang kenapa kalau gue pakai bahasa inggris? Lagian bahasa inggris kan bahasa universal." Jawab Nadira dengan santai dan duduk dibangkunya, bersebelahan dengan Amanda.

"Ngucapin salamnya mana anak manis. Masa harus digituin dulu sih Nad, kayak anak TK deh." Omel Farah, tapi tetap memasang senyum lima jari.

Nadira menepuk dahinya,

"Astaghfirullah sampai lupa kan karena terlalu semangatnya berangkat Sekolah. Yaudah berarti gue masuk dari ulang lagi nih ya?" Tanya Nadira yang kemudian berdiri kembali.

"Terserah lo deh, Nad. Semerdeka lo aja." Jawab Amanda dengan malas.

Kemudian Nadira keluar dari kelas dan masuk kembali kedalam kelas, kali ini tak lupa dengan mengucapkan salam.

"Assalamu'alaikum teman-teman kelas, i'm coming." Ucap Nadira yang lagi-lagi dengan membuat kehebohan di kelas.

"Gimana? Udah bener kan gue? Nggak salah lagi kan?" Lanjutnya yang kemudian duduk disebelah Amanda.

"Hmm." Jawab ketiga temannya dengan malas.

"Semangat dong kalian ini gimana sih, masih pagi loh ini masa muka udah ditekuk begitu." Oceh Nadira kepada ketiga temannya.

"Gue lagi ngebayangin nasib lo nanti gimana waktu tanding sama Kak Azka. Malu banget pasti gue." Ujar Farah.

"Loh kenapa harus malu? Udah santai aja deh." Tanya Nadira.

"Gimana nggak malu, Nad. Dari yang terakhir kita lihat gimana cara lo main basket itu benar-benar gimana ya, pokoknya susah deh dideskripsiinnya." Jawab Vira.

"Lagian kemarin kenapa tiba-tiba lo tantang Kak Azka basket sih. Gini deh akibatnya, lo yang mau tanding tapi orang-orang terdekat lo yang deg-degan." Tambah Amanda.

"Kita yang deg-degan setengah mati, ehh dia dengan percaya dirinya dateng ke Sekolah senyam-senyum kayak nggak ada beban hidup sama sekali." Lanjut Farah.

"Udah tenang aja. Percaya sama gue, yakin deh kalian." Ucap Nadira santai, meyakini Vira, Farah, juga Amanda.

"Kan gue udah pernah bilang, sebenarnya waktu gue tantang dia itu gue nggak sadar. Spontan aja gitu keluar dari mulut gue, mungkin karena gue udah terlalu kesel sama mereka berdua. Tapi gue nggak menyesali omongan gue sama sekali, kalau gue diem aja pasti si nenek lampir semakin semena-mena yang ada. Gue nggak suka sama manusia kayak dia dan antek-anteknya itu, menurut gue sikap mereka itu keterlaluan banget. Oh iya, satu lagi. Gue juga nggak suka ngelihat sepupunya si nenek lampir itu. Tebar pesona sana-sini, merasa cakep kali dia kayak gitu. Padahal cakep juga nggak, b aja kalau menurut gue." Tambah Nadira dengan nada kesal ketika berbicara karena mengingat bagaimana tingkah Kakak kelasnya itu.

IMPOSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang