BAB 19

1 0 0
                                    

"Bu Reta hari ini nggak masuk kelas, tapi beliau udah nitip tugas tadi sama guru piket. Karena tugas dari Bu Reta dikerjakan di rumah, jadi kita lanjut bahas acara donasi Sekolah untuk perwakilan kelas. Gue udah izin juga sama Miss Rose terus beliau setuju, asal kalian nggak ribut dan ganggu kelas lain belajar aja." Ujar Rangga di depan kelas.

"Tugas dari Bu Reta apaan, Ga?" Tanya Amanda.

"Beliau minta kita buat resensi novel."

"Dikumpul minggu depan, ya. Oh iya, satu lagi. Beliau juga minta minggu depan, sebelum Bu Reta masuk kelas, buku tugas kita udah harus ada di meja guru karena mau rekap nilai tugas." Tambah Rangga.

"Pembahasan kita kemarin udah sampai mana, ya? Amanda, lo nyatet pembahasan yang udah kita bahas sama Miss Rose?" Tanya Fatur kepada Amanda, yang merupakan Sekertaris kelas.

"Iya, gue catat kok. Bentar gue lihat di buku agenda dulu."

"Kemarin kita setuju buat mengadakan musikalisasi puisi, ditambah kegiatan mewarnai untuk anak-anak." Jelas Amanda.

"Gue lupa, kemarin pihak Sekolah bahas di grup kepanitiaan acara, dan pihak Sekolah minta untuk tahun ini acaranya dibuat untuk mewakili Sekolah aja. Jadi tahun ini nggak perlu setiap kelas buat acara, tapi Sekolah mau satu acara aja dan kita semua ikut kontribusi di dalamnya." Ucap Rangga.

"Emang sebelum-sebelumnya, acaranya gimana?" Tanya Nadira.

"Biasanya setiap kelas wajib buat event kecil-kecilan yang ditujukan untuk anak-anak yang mau kita kunjungi di Panti Asuhan nanti. Tapi, untuk tahun ini Sekolah minta satu event aja, mewakili Sekolah." Jawab Rangga.

"Gue rasa itu lebih enak kayak gitu deh, ya. Dari pada harus per kelas, acaranya." Celetuk Farah.

"Iya bener, kenapa nggak dari awal aja ya Sekolah buat event nya kayak gitu." Ucap Fatur.

"Gue nggak tau." Jawab Rangga.

"Dan setiap kelas diwajibkan untuk kirim perwakilan buat jadi anggota kepanitiaan event nanti. Ketua kelas dan Sekertaris diwajibkan untuk ikut, jadi nanti lo gue masukin ke grup panitia acara, Man." Ujar Rangga.

"Iya, oke deh. Gue mau, kok."

"Kelas kita kurang satu orang lagi, buat jadi panitia acara. Jadi, siapa yang bersedia buat gabung jadi panitia?" Tanya Rangga.

"Nggak ada yang mau gabung? Lo, Fatur nggak mau jadi panitia acara?"

"Nggak deh, Ga. Pikirin tugas Sekolah akhir-akhir ini aja gue udah pusing banget, apalagi ditambah ikut jadi kepanitiaan."

"Stella?" Tanya Rangga.

"Untuk event kali ini, gue nggak ikut kepanitiaan dulu deh, ya. Yang lain aja lo ajak, nggak apa-apa."

"Jadi nggak ada yang mau nih?"

"Oke, karena nggak ada yang mau, jadi gue yang akan pilih. Dan karena gue yang pilih, buat yang terpilih nanti nggak boleh nolak, ya."

"Nadira." Panggil Rangga.

"Iya?"

"Lo ikut jadi anggota kepanitiaan buat event nanti."

"What?!"

"Kok gue? Nggak deh, yang lain aja. Gue nggak berpengalaman, lagian gue kan hitungannya masih murid baru disini. Jadi, lo pilih yang lain aja, okey? Farah nih, Farah mau kayaknya." Ujar Nadira.

"Enak aja! Nggak ya, gue nggak bilang mau jadi panitia." Jawab Farah cepat.

"Justru karena hitungannya lo masih baru, maka dari itu gue pilih lo. Hitung-hitung belajar lah, sekalian buat tambah pengetahuan lo tentang seluk-beluk Sekolah kita beserta murid-muridnya." Jawab Rangga.

IMPOSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang