Part 2

3.4K 260 8
                                    

"Sore gini enaknya kemana yah?" Chintya tiba tiba berceletuk setelah keluar dari kamar mandi.

"Hmm, gimana kalau ke Gunung Irafani aja, sunset nya bagus lo." Camelia memberi usul. Ia baru saja mencari tahu Ikon-Ikon unggulan di Jeju.

"Bener tuh. Aku setuju. Kalau kamu Far?" balas Elisa melirik Faricha.

"Oke, setuju. Gimana kalau kita ajak anak cowok. Eh,  By The Way, Ranie nggak dibangunin tuh?" ekor mata Faricha melirik pada Ranie yang masih bergelung di selimut.

"Dia kenapa tuh?" Tanya Camelia.

"Tadi malam nggak bisa tidur karena duduk samping Dwi." ucap Chintya menjelaskan. Ia terkekeh sendiri memikirkan Ranie yang harus tetap duduk tegak di samping Dwi.

"Bangunin yuk" tiba-tiba di benak Elisa terlintas pikiran jahil.

"Siram aja pakai air" bisiknya.

Mereka bertatapan sebentar kemudian tertawa. Sepertinya mereka menyetujui rencana Elisa.

Byuurr

Air membasahi wajah Ranie. Ranie yang kaget pun meloncat dari kasur dan mulai berteriak teriak.

"Banjir banjir! Tolong ada banjir bandang!" teriaknya sambil berlari memutari kamar.

Yang lainnya hanya tertawa terbahak bahak hingga sampai ada beberapa tetes air mata yang keluar.

Ranie yang menyadari dia dikerjai berhenti berlari kemudian berbelok dan menerjang teman temannya.

Brukk

Ranie menimpa tubuh teman-temannya sambil berteriak.

"Tega ya kalian. Tidur nyenyakku kalian ganggu." dumelnya.

"Iya maaf maaf. Kamu bau nih, cepetan mandi gih sana. Oh ya cepet ya, kalau nggak cepet nanti kami tinggal lo. Kami mau pergi ke gunung liat sunset." ucap Elisa.

"Ihh, kalian jahat. Kalau nggak kalian tunggu, awas ya." ucap Ranie sambul berlari ke kamar mandi. Ia keluar beberapa menit kemudian dalam keadaan yang lebih fresgmh dari pada tadi.

Setelah semuanya siap,mereka menghubungi dan mengajak Five boys untuk ikut. Tentu saja tawaran itu  diterima dengan senang hati oleh para Boys.

"Hei gimana tidur kalian, nyenyak?" tanya Zuhair.

"Nyenyak banget, ya nggak Ran?" Ucap Faricha. Dwi menoleh.

"Diam",sentak Ranie.

"Kami juga tidur nyenyak, kasurnya empuk banget." Timpal Dewa.

"Ya lah. Kasur aja di monopoli sama dia" Nelson yang memang sekasur dengan Dewa, menimpali. Ia kesal karena jatuh dari kasur karena ditendang oleh Dewa.

"Yaelah maaf kali. Aku 'kan lagi tidur jadi nggak nyadar." tangannya membentuk tanda 'peace'.

Rendi yang sedang mengemudi tampak serius.

"Lo napa Ren? Dari tadi diam aja? " tanya Dwi.

"Dia tuh baru putus sama pacarnya. Makanya galau." Ucap Zuhair.

"Diam." Hanya ucapan itu yang keluar dari mulut Rendi. Sepertinya ia benar-benar kesal.

"Santai, bos."

"Dia emang gitu, kok. Biarin aja. "

"Kesempatan nih El. Kamu 'kan suka sama Rendi? "ucap Ranie.

"Iya, aku ngerti kok. Kalau kamu suka sama Dwi." Elisa berbicara lantang hingga pipi Ranie merona merah.

"Diam dong."Ucap Ranie.

"Kamu juga diam dong." Elisa melotot.

"Iya aku minta maaf" ujar Ranie.

Tapi terlambat, ucapan Ranie dan Elisa tadi sudah terdengar sampai ke telinga para cowok.

Mereka membuat candaan untuk Ranie, dan Elisa.

Mobil itu berjalan menuju gunung dengan disertai tawa dan canda mereka. Ada saja yang dibicarakan.

Namun 9 orang di mobil itu tampak waspada karena merasa sesuatu yang janggal.

++++++++
Hai. Aku up lagi. Dukung aku dengan votement kalian ya.
Nanti aku bakal lanjutin.
Penasaran nggak ama yang janggal?

Salam hangat

E. S. A

✔️The Shadow Of Miracle (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang