Part 3

2.8K 240 22
                                    

Mobil yang membawa 10 sekawan itu berhenti di sebuah tempat parkiran yang sepi. Hanya satu dua kendaraan yang ada disana. Mungkin karena hari sudah sore.

"Hei kau ngerasa nggak kalau daritadi ada yang mengikuti kita?" bisik Elisa pelan.

"Iya, aku juga merasa demikian. Bukan hanya satu orang, mungkin sekitar 3 orang." balas Chintya.

"Kalian tenang saja, kami akan selalu melindungi kalian" Nelson mewakili teman temannya.

Chintya, Elisa, Camelia, Ranie, mengangguk, tapi hanya Faricha disini yang kebingungan. Dia tak merasa apapun.

"Yuk, kita naik." Merasa tak mengerti, akhirnya Faricha mengajak teman-temannya untuk naik ke gunung,

Akan tetapi di tengah perjalanan, menaiki tangga yang berjejer rapi menukik, di gunung itu....

"Maaf, apakah kami boleh bertanya? " Seseorang berbicara. Bahasanya terdengar asing di telinga mereka.

Serempak, mereka menoleh, dan kaget saat mendapati 2 orang oppa korea berdiri tegak dihadapan mereka.

Oh!  Ya Tuhan!  Apakah mereka bermimpi?

Ranie dan Faricha hanya mematung, mereka tak percaya melihat idola mereka ada disini.

"Tentu. Mau tanya apa? "

Dan mereka lebih kaget lagi saat Chintya berbicara dengan bahasa serupa.

"Chin.. Dari... Kapan..? "

"Sstt, nanti kujelaskan. " bisik Chintya di telinga Elisa.

"Kami sedang mencari penginapan. "

Pemuda itu berbicara dengan bahasa yang membuat 9 orang sekawan iti kebingungan. Untunglah, Chintya bisa membantu. Mereka akan bertanya nanti di hotel.

"Kebetulan kami menginap di hotel sini. Kalian boleh ikut kami,kami mau berjalan-jalan sebentar di daerah sini. " ucap Chintya lugas. Bahasanya rapi dan terdengar jelas.

"Terimakasih. "Ucap kedua pemuda itu.

"Mereka bicara apa, Chin? " Dewa bertanya.

Chintya menjelaskan singkat isi percakapannya tadi, berhenti saat teman-temannya mengangguk paham.

Ranie dan Faricha  mematung ,mereka masih tidak percaya dengan penglihatan mereka.

Ranie lalu berkata,"K*m t**hy*ng? "

Dan Faricha,"k*m s**kj*n? "

Lalu mereka berbarengan berkata,

"Kyaaaa! Oppa!  Kami fans kalian, bolehkah minta tanda tangan?!" mereka berdua mengerubuti dua namja di depan mereka.

Chintya pun meterjemahkannya. Mereka mulai naik ke atas puncak gunung.
Begitulah seterusnya sampai perhatian mereka teralihkan oleh pemandangan yang memukau,di puncak gunung itu.

Landscape dengan laut yang biru, dilihat dari ketinggian yang sangat pas. Matahari yang mulai tenggelam. Dan angin semilir yang menghilangkan penat yang mereka dapatkan saat naik.  Matahari senja yang jingga membuat mereka seolah terhipnotis oleh keindahan alam racikan Tuhan yang Maha Sempurna.

Indah sekali.

Begitulah, mereka berdiam diri, sepi ditemani oleh semilir angin senja. Musim panas memang tak pernah mengecewakan.

Setelah hari mulai larut, mereka kemudian memutuskan untuk pulang. Perjalanan yang seru bagi Ranie dan Faricha karena bisa mengobrol dengan idola mereka, dibantu Chintya tentu saja.

Sampai hotel, Ranie dan Faricha mengucapkan salam perpisahan, dan akan berjanji untuk bertemu besok di luar.

8 sekawan itu sebenarnya mulai jengah dengan sikap 2 fansgirl itu. Tapi mereka tetap sabar,mereka tahu kebahagiaan Ranie dan Faricha hanya sementara,karena besok sore para Namja Korea itu akan pulang.

Di kamar Five girls, keributan kecil terjadi.

"Faricha, aku tadi salaman sama V lo," Ranie sibuk memamerkan apa yang dilakukanya tadi, sambil mengelus tangannya yang tadi bersentuhan langsung dengan para Namja tadi.

"Itu mah biasa, aku tadi juga salaman kok." Faricha membalas.

"Aku tadi foto di peluk. Gilaa! Anget banget! "

Sementara, 3 sisanya yang juga ada di kamar itu mulai jengah dengan apa yang dibicarakan Faricha dan Ranie sehabis bertemu dengan idolanya.

Mereka saling mengedipkan mata dan tersenyum jahil,

Ctakk

Kedua orang yang sedang membicarakan idolanya itu pun tertidur pulas.

"Wahhh, leganya, kamar ini nggak berisik lagi." ucap Camelia. .

Mereka bertiga pun cekikikan.

Kamar lengang kemudian.

"Ehmm, menurut kalian, siapa yang mengikuti kita tadi?" tanya Chintya. Mungkin sudah waktunya ia untuk membahasnya.

"Oh ya, hampir saja aku lupa. Gara-gara dua bocah ini nih." timpal Camelia. Jarinya menunjuk ke arah Faricha dan Ranie yang masih tertidur.

"Mereka memiliki aura gelap. Hanya itu yang kurasakan." ucap Elisa. Sebagai seorang healer, ia mempunyai kemampuan khusus untuk merasakan aura dari pasiennya.

"Masalah besar akan datang jika masalahnya begitu." Chintya khawatir.

"Tak apa, kita bertahan dulu saja disini. Masa, hanya karena penguntit kurang kerjaan itu, liburan kita hilang gitu aja." Camelia memutuskan.

"Besok kita akan diskusikan dengan anak laki laki." ucap Elisa.

Mereka mengangguk.

Elisa lantas teringat sesuatu,ia menoleh lada Chintya,

"Chintya, sejak kapan kamu bisa berbahasa Korea selancar itu?" tanya Elisa. Sedari tadi ia sangat heran.

"Hehehe, diam-diam aku ikut les bahasa, banyak bahasa yang diajarkan, ada bahasa Jerman, Prancis dan korea.Mumpung biayanya murah, dan aku punya banyak waktu, aku memutuskan ikut deh." Chintya terkekeh.

"Kau membuat kami semua seperti orang bodoh. Kami hanya mampu mendengarkan tanpa tahu arti ucapanmu. Kenapa kau tak mengajak kami, huh?" cecar Camelia.

"Kupikir kalian sibuk. Setiap hari kalian hanya bermain basket saja. Aku mana berani." balas Chintya.

"Huh, alasan kuno. Dengar ya, kami itu berlatih, bukannya bermain, kami tim inti lo. Ya kan Elisa?" Camelia mengajak berdebat, ia merangkul bahu Elisa, mencoba mencari pendukung.

"Iya benar. Tapi, ya sudahlah. Jangan dipermasalahkan. Toh, nanti kita bisa ikut." ucap Elisa.

"Eh, bagaimana dengan Ranie dan Faricha? "

"Biarkan mereka, jangan bangunkan mereka, mereka sangat berisik!"

"Hei, kau tau? Ada dua prang yang panas saat mereka mendekati Namja tadi. Kalian tahu maksudku kan? "

Tawa mereka pun pecah.

++++++++
Jangan lupa Voment nya ya. Beri hadiahlah buat Author yang malang ini :v. Kalau ada yang mau recomend cover, bilang ya, aq nggak yakin nih sama cover yang sekarang.

Met kartini days,
Terimakasih buat wanita wanita hebat yang udah ngedukung aku untuk buat work ini  Dan teman teman yang selalu disampingku, aku bersyukur, disekitarku masih banyak kartini kartini berhati mulia.

Kalau ada salah minta maaf ye.....

Salam hangat

E. S. A

✔️The Shadow Of Miracle (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang