Part 14 || Season II

596 50 0
                                    

Happy reading:)

Budayakan vote sebelum membaca

Hal seperti bukan akan membuatku takut. Tapi malah, akan membuatku semakin kuat menentangmu

*

"Nelson!" suara bentakan menggelelegar menyentuh langit-langit rumah setinggi 3 meter itu.

Nelson hanya bergeming. Menatap tanpa ekspresi pada seseorang yang sedang menuruni tangga rumahnya itu.

Ia tahu,tapi ia pantang untuk takut.

Orang itu melangkah mendekati Nelson yang masih bergeming di tempat.

Seorang lelaki paruh baya. Wajah bagai patung yunani itu bergurat tegas. Rautnya dingin. Wajahnya masih meninggalkan sisa-sisa ketampanan masa lalu. Badannya pun masih setegap dulu. Namun, sorot kebijaksanaan yang terpancar halus dari matanya membuat orang-orang yakin bahwa dia sudah menginjak umur 40 tahunan.

Ia mencengkeram kerah Nelson hingga Nelson mau tidak mau mendongak. Terpaksa menatap bulat-bulat manik mata sehitam dan setajam malam itu.

"Nelson! Apa kamu tahu kesalahan kamu? " nada bicaranya keras. Mendesak.

"Ya, Ayah."

Ya, dia adalah Franklyn Syrath. Ayah keempat anaknya sekaligus pemimpin klan Syra menggantikan Arnold Syrath, kakek mereka.

"Apa kamu tahu? Tindakanmu adalah sebuah penghianatan bagi klan Syra! Seharusnya kamu dihukum. Tapi apa daya, kamu adalah Putera Mahkota klan Syra, yang akan memimpin klan ini kedepannya

"Tapi ingat. Sekali lagi kamu memberontak seperti ini. Namamu akan dicoret, dan adikmu yang akan menggantikanmu. Menjadi putera mahkota klan Syra."

Franklyn menatap tajam pada manik mata Nelson. Menemukan pemberontakan di sana. Dia tahu, akan sulit meyakinkan anak ini.

"Ayah...aku bukan Dewa yang bisa Ayah suruh-suruh. Silahkan usir Nelson kalau Ayah mau. Nelson nggak mau disamain sama Dewa. Meskipun kami saudara seayah, tapi kami berbeda, Ayah!"  ucap Nelson lirih. Nadanya putus asa.

Frank terbelalak mendengar pengakuan dari anaknya. Ia tambah kuat mencengkeram kerah baju Nelson. Tanpa aba-aba, seolah Nelson hanya sebuah bunga dandelion yang terbawa angin, dihempaskanya tubuh jangkung itu hingga menabrak dinding utama sebelah barat.

Kondisi dinding itu mengerikan, retak di sana-sini. Beberapa pigura pecah berserakan bersama tubuh Nelson yang terbaring lemas di lantai.

Ia meringis memegang kepalanya yang mengeluarkan banyak darah segar.

"Memberontaklah sesuka hatimu, Tytanelson Syratic. Tapi, takdir tetaplah takdir. Kau tidak punya kuasa untuk mengahalanginya" Franklyn menghilang dengan teleportasinya, bersama puluhan ekor kunang-kunang mengelilinginya.

"Jangan-jangan sekali-kali kalian bantu Nelson. Biarkan dia mandiri"

Zuhair yang sudah akan melangkah mendekati Nelson langsung menegang di tempat.

Maaf, Kak.

Nelson berusaha bangkit walau tertatih. Ia berusaha menjangkau pintu kamarnya di lantai dua, walau beberapa kali terpeleset.

Sesampainya ia di kamar, ia menggunakan telekinesis nya untuk mengambil beberapa alat P3K di almari.

Sambil menahan perih, ia mengobati lukanya, sambil bergumam dalam hati,

"Bukan apa-apa, Nelson. You're  strong. Ini hanya hal kecil saja."

f r i e n d s

✔️The Shadow Of Miracle (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang