Part 8 || Season II

561 54 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca

Happy reading:))

Karena hanya kamu yang mampu, mengisi hatiku hingga penuh, sampai-sampai tiada ruang lain untuk orang lain

Karena hanya kamu yang bisa memenuhi otakku, sampai-sampai aku tak bisa berfikir apapun lagi selain dirimu

*

Rendi menatap wajah tenang di depannya. Orang yang berbaring tenang di depannya inilah yang membuat hatinya kembali terketuk, setelah sekian lama mengeras. Wajahnya yang polos saat tertidur seperti ini membuatnya kembali terngiang kata-kata gadis itu saat mengungkapkan perasaannya dulu.

Bagaimana perasaannya pada gadis didepannya ini?  Apakah ia sanggup untuk membalasnya? Ahh, pertanyaan itu terlalu sulit untuk dijawab sekarang. Tapi, yang pasti rasa sayang mulai tumbuh dihatinya. Rasa khawatirnya saat gadis itu menghilang.. Bagaimana ia marah ketika ada orang lain yang menyentuhnya..

Apakah itu pantas disebut cinta?

Apakah perasaan itu hanya sekedar rasa sayang antar sahabat? Mungkin iya, mungkin tidak. Meskipun ia sebenarnya masih ragu,ia akan berusaha menjalaninya. Membuka hati untuk gadis ini. Meskipun masih ada luka yang tergores dihatinya karena masa lalu...
Ia hanya berharap,gadis ini adalah gadis yang ditunjuk  tuhan untuk menyembuhkan hatinya yang sempat terluka.

Rendi sedang termenung saat terdengar isakan lirih. Ia pun tersentak saat mendapati Elisa meneteskan air mata. Gadis itu mungkin masih tertidur. Matanya terpejam, namun kegelisahan terlihat kentara di wajahnya.

"Tolong! Jangan sakiti aku! Lepaskan aku! Tolong! " rintihan itu terdengar seirama dengan derasnya air mata yang keluar dari mata Elisa.

Rendi kelu di tempat,
Entah karena dorongan apa, Ia menjulurkan tangannya dan mengusap pelan pipi Elisa. Mengusap tiap tetes air mata yang keluar. Hingga gadis itu tenang. Meskipun begitu, Rendi tetap tak melepaskan pagutan tangannya. Ia tetap saja mengelus pelan pipi gadis itu.

Mungkin karena terganggu, mata itu perlahan terbuka. Rendi tersentak kaget dan buru-buru melepaskan tangannya. Tiba-tiba Elisa merasa kehilangan.

"Jangan.. " Elisa menarik tangan itu kembali dan meletakkan kembali di pipinya. Membuat tangan hangat itu kembali menempel di pipi dinginnya, "sebentar saja." "nyaman" lirihnya

Beberapa menit kemudian,

Elisa lantas memejamkan matanya kembali. Tenang.

Lalu, beberala menit kemudian, napasnya terdengar ber akselerasi. Kembali dalam kecepatan yang sama, memburu seperti tadi. Hal ini membuat Rendi gelagapan.

"Jangan paksa aku! Tolong" rintihan itu kembali terdengar.

Kini Rendi mulai bersuara.

"Tenanglah, dan buka matamu. Aku di sini. Aku tak akan pernah meninggalkan kamu lagi. Aku berjanji. " tutur Rendi.

Mata Elisa kembali terbuka dan berkaca-kaca.

"Tolong aku,Ren. Dia memaksaku! Aku tak mau! Tolong aku! " tangis Elisa pecah di ruangan itu.

"Hei.hei..jangan menangis, kamu aman di sini" Rendi mencoba menenangkan Elisa. Membuat gadis itu perlahan menghentikan tangisnya, dan mulai tenang.

Rendi menatap mata biru itu. Melihat kedalamannya yang begitu membius. Mata itu begitu indah dan berkikau. Begitu memesona.

Seperti terhipnotis, ia memegang kedua sisi wajah Elisa, mulai menunduk dan menyejajarkan wajahnya. Ia melihat kesedihan dan ketakutan di sana.

"Everything gonna be okay, you can believe me.. " bisiknya.

✔️The Shadow Of Miracle (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang