"Kau yakin hal itu bisa mengantarkan mereka pada kita?" sosok itu mengernyitkan dahi saat mendegar nada kesangsian temannya itu.
"Emm. Yakinlah. Mungkin?" Dia menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.
Pasalnya disini medan magnetnya sangat besar.
"Bagaimana kalau mereka tersesat? " Ranie menyela.
"Ehm. Aku ada ide. Entah berhasil atau tidak,kita harus tetap mencoba. Chintya, kau punya animed paling kecil kan? Bisa kau keluarkan tidak? Kurasa hanya kekuatan kita yang hilang, animed kurasa tidak akan hilang, tapi dia juga tidak akan punya kekuatan saat keluar. Tapi tak apa, kita tidak membutuhkan kekuatannya. Kita hanya akan membuat dia menuntun Came dan Faricha menuju kemari." Elisa menguraikan idenya.
"Ide bagus." Mereka serentak menjawab.
Chintya memegang kalung berpendulum sepasang sayap di lehernya. Ia kemudian menyenandungkan sebuah lagu. Entah lagu apa. Lagu itu dibuat khusus oleh pemilik animed untuk memanggil animed -nya keluar dari kalungnya.
Dan tak lama kemudian seekor burung kenari muncul. Dalam wujud mungil. Tapi jika pemilik menghendaki, maka burung itu bisa berubah menjadi besar.
"Al, menyelinaplah keluar melalu lubang udara yang ada diatas itu," Chintya menunjuk atap yang ada diatasnya."Carilah kedua temanku, mereka perempuan. Lalu tuntunlah mereka ke tempat ini." Chintya berbisik pada burungnya. Lalu burung yang disebut 'Al' itu terbang melalui salah satu jeruji di tutup lubang itu.
"Aku harap ini berhasil." Gumam Ranie.
***
"Eh. Kok jadi begini. Ini arahnya kemana sih, kok pindah-pindah? Jaringannya error kali ya?" Faricha mengetuk ngetuk jam tangannya. Kuku-kuku panjangnya bergemeletuk bersinggungan dengan permukaan kaca jam tangannya.
"Terus gimana. Kita masih jauh dari tempat Elisa." Camelia kalut. Ketakutan segera merambati hatinya. Bagaimana kalau mereka tertangkap sebelum menyelamatkan teman-teman mereka? Ia menjambak rambut panjang bernada coklat keperakannya. Ingin rasanya ia berteleportasi, tapi ia tidak menemukan tempat dimana Elisa berada, salah salah ia akan mati ditembak penjaga jika datang di tempat yang salah.
"Entahlah. Hanya Tuhan yang tahu.",Faricha menghela napas sebentar lalu menunduk. Rambut coklat stroberinya yang bebas terurai menutupi wajah ala Asia-eropa itu.
"Ehm. Far, suara apa itu?" Camelia dan Faricha menajamkan indra pendengarannya.
"Seperti suara kepak burung." Faricha berbisik.
"Mana ada burung di tempat seperti ini." Ingin rasanya Camelia tertawa, namun setelah mendengar sendiri suara itu, Ia jadi lebih berpikir ulang untuk tertawa.
Lalu tiba-tiba dari arah depan munculah seekor burung kenari.
"Bukannya itu animed milik Chintya? Kenapa ada disini?" Gumam Camelia. Ia pernah melihatnya saat pengujian kemampuan mereka tahun lalu.
"Animed? Apa itu?" Faricha mengernyit bingung. Sudah terlalu banyak fakta aneh dan tak masuk akal dari teman-temannya dan dirinya sendiri yang sudah ia ketahui dan hal aneh apalagi ini? Keterkejutannya bertambah ketika burung itu...
"Mari ikut saya. Akan saya tunjukkan tempat Chintya untuk kalian." ucap Burung animed itu.
Bicara!??
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️The Shadow Of Miracle (END)
Fantasy[Fantasy] [Major Fantasy] [ Minor Romance] ✅COMPLETED✅ 🔰🔰🔰PROSES REVISI!! 🔰🔰🔰 Persahabatan? Pertemanan? Itu sudah biasa. Inilah kisah tentang petualangan diantara 10 sahabat yang lain daripada yang lain.Tentang sihir dan persahabatan. Gwera da...