Happy reading
Budayakan vote sebelum membaca
Kepercayaan nggak pernah cocok sama orang munafik! Dia bahkan udah ngianatin sebelum kepercayaan sempat terucap!
*****
Terdengar suara gemerasak dari kejauhan.
"Denger suara nggak El? " Chintya berbisik. Bisikannya menggema diantara dedaunan hutan.
"Iya, denger. Kita samperin yuk"Elisa menarik tangan Chintya mendekat ke arah sumber suara. Mereka berjalan seolah khawatir bahwa tanah yang mereka injak terbuat dari kaca. Sangat hati-hati dan tenang.
Semakin dekat hingga terdengar rintihan seseorang.
Mereka saling tatap.
Semakin dekat hingga terlihat siluet manusia sedang duduk bersandar di sebuah pohon rindang dengan bersimbah darah.
Elisa segera berlari mendahului Chintya. Naluri healer nya menyala. Ia segera berjongkok di dekat sang pemuda. Usianya sekitar 16 tahun. Masih sangat muda untuk menjadi seorang petarung.
"Kamu nggak apa-apa? " tanya Elisa. Pemuda itu hanya menatap Elisa dingin. Elisa merasa terdapat keterikatan antara dia dengan pemuda itu.
"El, dia kayaknya berbahaya deh. Tinggal yuk"
Chintya mengguncang lengan Elisa. Ia masih berbisik. Khawatir,jika nanti oemuda itu mendengarnya berbicara dan malah menyerang mereka berdua."Nggak. Lihat dia, dia kehilangan banyak darah. Lagipula dia terluka, nggak bakal bisa nyakitin kita. Percaya sama aku. Sekarang, kita obati dia" ucap Elisa.
"Kamu tenang ya." Elisa menatap manik mata hitam itu.
Mata itu kemudian memejam merasakan perih yang amat sangat.
"Sorry, its little hurts. For a few of second. Just keep for not move"
Elisa menyapukan tangannya ke lengan terluka pemuda itu hingga membuat pemuda itu meringis.
Cahaya berpendar di bawah telapak tangan Elisa.
Elisa terus melakukannya hingga seluruh tubuh pemuda itu bebas dari luka.
"Selesai. Ayo kita pergi. Kita harus cepat Chin, kalau nggak mau teman-temanmu mengamuk" Elisa berdiri,menggaet lengan Chintya. Kepalanya sedikit pening,akibat pyra yang dikeluarkannya tadi.
"Tuh kan. Kamu jadi pusing, kamu nggak perlu ngelakuin itu buat pemuda tak dikenal kayak tadi. Itu busa membahayakan eksistensi kita, El" Chintya mengger ur u karena lagi-lagi omingannya tidak diacuhkan oleh Elisa.
Namun, entah kenapa, perasaannya menjadi tak enak.
Mereka berlari menembus hutan. Meninggalkan pemuda yang telah mereka obati tadi yang masih bergeming. Mereka lupa untuk menghapus ingatan pemuda itu. Sesuatu yang sangat fatal.
f r i e n d s
"Ajaib" gumam Everest. Bagaimana bisa luka-lukanya bisa sembuh secepat itu? Benar-benar di luar nalar!
Ia sesang berjalan pulang dan ketika sudah sampai di muka runahnya,ia mendapati kakaknya sedang mengasah pedangnya.
Everest tanpa ragu mendekqti kakaknya.
"Kak, ingat dengan pemuda-pemuda tadi? " katanya.
Gibran menoleh.
"Yang mana? "
"Ini" Everest mengambil salah satu dari ball disampingnya.
"Mereka? "
"Iya"
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️The Shadow Of Miracle (END)
Fantasy[Fantasy] [Major Fantasy] [ Minor Romance] ✅COMPLETED✅ 🔰🔰🔰PROSES REVISI!! 🔰🔰🔰 Persahabatan? Pertemanan? Itu sudah biasa. Inilah kisah tentang petualangan diantara 10 sahabat yang lain daripada yang lain.Tentang sihir dan persahabatan. Gwera da...