Part 2 || Season II

790 66 2
                                    

Budayakan vote sebelum membaca

Happy reading

Dimana hati berlabuh,tidak berarti menetap. Camkan itu!!

***

10 Hari setelah hari kelulusan

Dua belas Mei Dua ribu dua puluh empat~

Purnama kedua belas mengambang di permukaan. Menambah indah kenampakan alam di Bukit Serdadu, Kota Batu. Vila biru menjadi lanskap akhir pemandangan itu. Malam dingin dengan suhu sekitar 15 derajat Celcius dengan angin sepoi yang mampu mengibarkan rambut.

Malam itu sepuluh remaja tengah menggerai projek mereka. Projek yang sudah lama terkubur bersama kenangan 10 tahun yang lalu. Projek yang sebenarnya telah terlupakan. Projek yang tak sempat menjadi kenyataan. Namun, sekarang mereka berjanji untuk menuntaskan projek itu sampai ke akar-akarnya.

"Air, Dewa!"

Dewa segera datang dengan tergopoh. Dia baru saja berlari dari tempat Chintya untuk memberi air. Sekarang ia sudah dipanggil lagi oleh Nelson.

"Ambil sendiri nggak bisa kah? " gerutunya sambil mengarahkan tangannya ke arah sumur lalu menarik air dari sana kemudian mengarahkannya ke ember di sisi Nelson.

"Biar cepat selesai, Wa" balas Nelson. Tangannya mengutak atik sebuah balon berdiameter sekitar dua meter dihadapannya. Di dalamnya sedang terjadi reaksi kimia berat. Asap-asap berwarna ungu dan merah muda memenuhi balon itu.

"Iya deh iya. BTW kamu buat reaksi apa sih? "

"Nitrogliserin(*)," Nelson menjawab singkat. Tangannya dengan cekatan dan hati hati memasukkan zat-zat mikro ke dalam balon itu.

(*)Nitrogliserin adalah reaksi kimia yang dapat meledak apabila ada guncangan sekalipun guncangan kecil. Berbentuk cairan minyak yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap ledakan.

"Apa!? Buat apa bikin kayak gitu? "

"Nanti juga tahu"

"Kalau ada masalah gara-gara ini. Aku nggak bakal mau tanggung jawab" Dewa memalingkan wajah.

"Udah ah. Aku sibuk. Dwi! Tolong kemari. Aku butuh elemenmu!" Nelson kembali berteriak.

"Apa?" Dwi berjalan santai menuju ke hadapan Nelson.

"Tolong panaskan air ini," ucap Nelson.

Dwi memutar bola matanya malas. Nelson punya elemen api, mengapa harus memanggil dirinya?

"Kamu kan puny.... "

Ucaoan Dwi terpotong oleh kalimat Nelson.

"Kamu nggak liat tanganku? Nih penuh sama zat kimia. Kalau meledak gimana? "

"Iya deh iya"

Dwi mulai mengarahkan tangannya ke arah air dalam ember yang diambil Dewa tadi.

"Udah cukup" titah Nelson.

Dewa dan Dwi segera meninggalkan tempat Nelson berkutat dengan pekerjaannya. Mereka duduk di salah satu bangku ruangan itu. Menunggu untuk diperintah lagi.

Ruangan berbentuk seperti laboratorium itu penuh dengan kasak kusuk manusia yang berlalu lalang di sana.

Tampak Chintya, Elisa, Camelia, Ranie, dan Faricha berseliweran  dari satu meja ke meja lainnya. Sibuk dan ruwet.

✔️The Shadow Of Miracle (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang