Part 13

898 89 0
                                    

Camelia dengan cepat menembak penjaga yang ada di depannya. Ia berlari ke lorong yang ada disebelah kanannya bersama Faricha, karena menurut indra penglihatannya hanya ada beberapa orang penjaga disitu. Ia membuat perisai es keras yang anti peluru. Membuat peluru-peluru itu memental dan mengenai pria-pria berpakaian hitam didepannya.

"Far, serang mereka, aku akan melindungimu." titah Camelia.

Dor dor dor

Faricha menembak membabi buta tanpa melihat, setelah dirasa cukup ia berhenti. Dan jantungnya serasa berhenti. Penjaga penjaga di lorong itu habis. Semua tergeletak tak berdaya. Anehnya setelah satu menit mati, mereka langsung menjadi abu.

"Apa apaan itu?" Faricha masih bingung dengan keadaan di hadapannya. Penjaga yang mati satu persatu hilang dan menjadi abu.

"Insting yang bagus Far." Camelia berucap kagum.

Tak lama kemudian, sirine berdengung panjang. Camelia mengira bahwa pihak keamanan di gedung ini telah mengetahui ada penyusup.

"Kita harus cepat. Tapi aku tak tahu ini dimana." Camelia dengan tergesa meraih tangan Faricha untuk berlari, karena dirasa Faricha lamban. Selama 'pelariannya' itu, ia mencoba menembaki kamera cctv yang terlihat oleh mata birunya.

"Percuma berlari Came. Kita pasti terkepung." Faricha memikirkan cara lain. Dan ide gila terlintas tiba tiba dikepalannya saat melihat lubang udara di atasnya.

"Came, bantu aku."

"Apa?"

"Tolong gendong aku. Kita tidak punya cara lain. Dan peluru kita hampir habis."

"Sebentar."

Dorr

Camelia menembak kamera cctv di samping lorong, dan baut penutup lubang udara, hingga terbuka. Lalu ia mengangkat tubuh Faricha dan menaikkannya ke dalam lubang udara.

"Sekarang tarik aku." ucap Camelia setelah Faricha berhasil naik.

Faricha mengulurkan kedua tangannya sambil kakinya terpaut bagian lorong udara yang mencuat.

Ia menaikkan Camelia dengan perlahan lalu menutup lubang udara itu dengan penutupnya, ukurannya cukup besar, dengan panjang 50 cm dan lebar 50 cm mengingat ini hanya satu satunya di lorong tersebut.

"Sekarang, apa lagi.?" ucap Faricha gelisah.

"Tak lama lagi kita akan ketahuan oleh sistem pengontrol lubang udara. Mengingat kita yang menyumbatnya." Camelia putus asa, dan melanjutakan."Pokoknya kita harus tetap bersama."

"Tunggu. Kumohon disini ada sinyal." Faricha baru menyadari bahwa ia mempunyai jam tangan yang bisa digunakan untuk berkomunikasi dan radar.

"Duh. Kumohon bisa. Oh ayolah",Faricha mendengus saat sinyal yang ada disini hilang timbul. Jam tangan pemberian seseorang di hari ulang tahunnya. Ralat ulang tahun mereka.

Dan yeah. Ada yang spesial dari para Girls. Mereka mempunyai tanggal ulang tahun yang sama. Karena itulah persahabatan mereka lebih istimewa. Karena sulit untuk menemukan sahabat dan teman yang 'benar benar' baik di jaman ini.

"Menghubungi siapa? Apakah berhasil?" Camelia bertanya dengan berbisik karena takut suaranya menggema di lorong sempit ini. ia sangat kesal karena harus menunduk. Bahkan saat ini punggungnya masih meyentuh atap dari dinding lubang udara yang sempit. Sangat sempit Itu. Membuatnya sangat kesal dan pegal secara bersamaan.

"Oh. Kabar baik. Sinyalnya sudah mulai membaik dan stabil. Dan kukira itu tidak terlalu buruk. Dan oh, siapa lagi kalau bukan Zuhair?" Faricha berbicara pelan, nyaris berbisik.

✔️The Shadow Of Miracle (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang