Happy reading :)
Budayakan vote sebelum membacaAndai kau tahu, bahwa perasaan ini di mulai dengan senyum manismu.
*
Sekelompok pemuda dan pemudi sedang duduk melingkari sebuah meja bulat yang berdiameter 1 meter. Cukup besar untuk di tempati 10 orang anak SMA.
Dihdapan mereka tersaji banyak makanan yang telah dipesan dari restoran italia itu.
"Saatnya makan-makan. Nikmati semuanya sebelum habis." ucap Elisa.
"Yeah dihabiskan olehmu" balas Ranie sarkatis.
"Diamlah. Aku sangat lapar. Jangan ganggu konsentrasiku." Elisa berbicara sembari mengunyah makanan di mulutnya .
Elisa sangat suka makan. Walaupun begitu, berat tubuhnya tidak juga bertambah. Hal itu menjadikan alasan mengapa teman-temannya begitu iri padanya.
"Hei pelan pelan kalau makan. Lihat wajahmu. Belepotan saus." Dewa mengambilkan tisu dan menyapukannya ke sudut bibir Chintya yang membuat sang pemilik bibir memerah karena malu.
"Hei kalau mau pamer jangan disini. Malu dilihat orang lain tuh." Dwi berkata datar.
"Iya tuh. Kita iri tahu. Dianya nggak peka terus." Zuhair menimpali perkataan yang baru disampaikan Dwi.
"Yah, kalau aku sih nunggu dia siap aja." Nelson ikut serta dalam debat kusir kali ini.
"Siap apa?"
"Peka, oi! Peka!" pekik Nelson gemas.
Chintya menundukan kepalanya menahan malu.
Dewa hanya memasang wajah lempengnya saja, menyembunyikan gejolak rasa yang sudah akan timbul dipermukaan.
"Kalau curhat jangan disini woyy. Kalian semua ini sama saja." balas Nelson jengah.
"Kalian tuh, cowok-cowok yang bisanya aja PHP in cewek. Makanya para cewek itu pada nutup hati." Camelia mulai kesal.
"Hei sudah sudah. Kenapa kalian malah berantem sih" Elisa menengahi.
"Kayak anak kecil aja." timpal Ranie. Ia dari tadi diam karena menahan perasaannya.
" Hei, kalian ini sama aja dah. Udah-7udah cepet lanjutin makannya." Faricha mulai muak dengan debat kusir ini.
Mereka makan dalam keheningan yang mencekik. Elisa mulai makan dengan porsi normal. Camelia mulai bisa mengontrol emosinya.
Nelson pikir ini saat yang tepat untuk mengutarakan hal yang sampai sekarang mengganjal hatinya.
"Chintya, apakah Faricha bisa tahu keadaan yang sebenarnya sekarang?" Nelson mulai berbicara.
"Emm, terserah kamu. Apapun keadaannya, dia juga harus tahu." balas Chintya.
"Apa yang kalian bicarakan? Kenapa sebut sebut namaku? " Faricha mencerca.
"Iya, aku khawatir kalau dia salah sangka dan malah tidak percaya dengan kita" semua menoleh pada Zuhair yang sedang berbicara.
"Oke, Far.... Kamu sudah berteman lama dengan kami 'kan?" Nelson memulai.
"Tentu, kalian bahkan sudah kuanggap keluarga sendiri."
Ctak
'' Nah, itu pont pentingnya, sebuah keluarga tentunya tidak saling berbohong dan jujur 'kan?"
"Sebenarnya maksud kalian apa sih? To the point aja deh. Bikin aku bingung." Faricha menggerutu.
"Begini, Far. Sebenarnya kamu itu seorang pyrad—"
"Pyrad? Apa itu?" Faricha menyela.
"Diamlah." Nelson melayangkan tatapan ancamannya pada Faricha, lalu mulai melanjutkan penjelasannya.
"Seorang pyrad punya energi yang sangat besar yang disebut pyra. Hanya Gwera yang bisa mengendalikan Pyra. Tapi seorang pyrad tidak punya kemampuan seperti Gwera. Kami ini dari keluarga yang berbeda. Aku, Nelson, Rendi, Dwi dan Dewa dari keluarga Syra, dan Chintya, Elisa, Camelia, serta Ranie dari keluarga Dyra,kami dari keluarga yang mempunyai kekuatan terbesar di negeri kita. Dan kamu sekarang sedang di incar oleh para Gwera dari pulau ini. Begini, kekuatanmu bisa menambah energi mereka, dengan cara,m membunuhmu." papar Zuhair panjang kali lebar kali tinggi.
"Apa?" Faricha tampak syok dan kaget atas informasi yang diterimanya.
"Yah, maaf selama ini kami menyembunyikannya dari mu. Kami hanya ingin melindungimu." Elisa mewakili semua teman-temannya, meminta maaf.
"Sekarang, lebih baik kita pulang. Kalian sudah selesai kan?" putus Camelia.
Semua beranjak dari meja itu, tak terkecuali Faricha. Ia hanya terdiam saat digiring oleh teman temannya masuk kedalam mobil. Sampai di hotel pun ia masih terdiam.
Sementara itu di lain sisi.......
"Hei Mawar, kau sudah tahukan, kalau di sini ada kekuatan pyra yang sangat besar? Aku baru-baru ini merasakannya." seorang yang duduk di singgasana besar berwarna gold, dengan mahkota yang berwarna merah menyala itu bertanya pada seorang Ingui dihadapannya.
"Memang benar Liya,aku bersama teman temanku sudah mencium bau nya dan mengikutinya, akan tetapi ada sedikit masalah, dia dikelilingi oleh para Gwera, aku tak tahu mereka dari keluarga mana, yang pasti kekutan mereka sangatlah besar."Papar Ingui berambut ungu itu.
"Aku tahu mereka dari keluarga mana, Liya. Aku baru saja menemui mereka kemarin." seorang laki-laki masuk, berbisik di telinga Liya.
"Menarik."
"Hmmm, aku menginginkannya Mawar, bisakah kau dan teman-temanmu itu membawanya ke hadapanku?" pinta Liya.
"Baik, Liya. Keinginanmu adalah perintah bagi kami." Mawar berkata sambil melirik ke arah teman-temannya.
"Jangan mengecewakanku,Mawar" ucap liya sarkatis.
Para ingui itu pun mulai beranjak dari ruangan bernuansa hitam yang dipenuhi oleh ornamen-ornamen jaman dulu itu.
"Saatnya kita juga bergerak."
++++++++
Part tambahan ya. Maaf kalau pendek.Yah,hanya informasi sedikit ya, pokoknya part ini akan memulai cerita yang sebenarnya mohon dukungannya ya..
Serius ini part terakhir bulan ini, tubggu kelanjutannya ya
🏃🚄💨💨💨
coming!Salam hangat.
E. S. A
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️The Shadow Of Miracle (END)
Fantasy[Fantasy] [Major Fantasy] [ Minor Romance] ✅COMPLETED✅ 🔰🔰🔰PROSES REVISI!! 🔰🔰🔰 Persahabatan? Pertemanan? Itu sudah biasa. Inilah kisah tentang petualangan diantara 10 sahabat yang lain daripada yang lain.Tentang sihir dan persahabatan. Gwera da...