Part 1

7.2K 365 19
                                    

Prolog—FRIENDS

Saturday, 30 August 2024

"Kita jadi 'kan liburan di Pulau Jeju?" Seorang gadis berseragam dengan tittle SMA bertanya pada teman-temannya.

"Jadilah. Mumpung gratis. Kita pas 10 orang." Sahut cowok di hadapannya, ia tertawa, mulai membayangkan bagaimana dan apa saja keasikan yang akan menanti mereka di Jeju.

"Jangan gila dulu deh, Wi." seseorang mendengus. Mereka lalu serempak tertawa.

Mereka bersekolah di SMA Cut Mutia.
Salah seorang dari mereka mendapat kupon berhadiah untuk berlibur di pulau Jeju. Dengan fasilitas VIP, tepat 10 orang. Surga dunia yang memesona, Jeju. Akan menjadi saksi bisu bagaimana sepuluh remaja bertahan.

***

Seminggu setelah percakapan itu...

Bandara Soekarno-Hatta....
Pukul 07.00 ....

"Pihak sekolah memberikan dispensasi dua minggu. Lebih dari itu, kami tidak akan bertanggung jawab lagi dengan perjalanan kalian."

"Baik!"

"Jaga diri kalian di sana. Jangan mempermalukan nama sekolah atau membuat masalah di sana."  Mr. Andrey memberikan petuah kepada murid-muridnya yang berbaris rapi di hadapannya.

"Baik, Sir."

"Ada yang belum datang? Segera hubungi atau mereka akan ditinggal."

"Faricha sama Elisa mana?" bisik-bisik mulai terdengar.

"Ada dua diantara kami yang belum datang, Pak."

"Hubungi secepatnya. Hanya sedikit waktu yang kita punya sekarang. Pesawat akan lepas landas lima belas menit lagi."

Mereka menunggu dengan gugup, sementara para cowok di sana mulai mengumpat tertahan.

"Sabar sebentar, mereka pasti datang. Tunggu sebentar lagi teman-teman." salah seorang dari mereka menengahi.

f r i e n d s

Sementara itu dirumah Faricha.......

"Ayo Far. Kita sudah terlambat. Cepat! "Elisa berteriak-teriak di rumah Faricha karena gadis itu tidak segera menyelesaikan segala tetek-bengek kopernya.

"Iya. Ayo cepat. "sahut Faricha sambil menenteng tas di punggungnya.

"Tapi..... Walaupun kita berangkat sekarang kita pasti sudah telat" keluhnya. Wajahnya menyiratkan rasa bersalah yang amat kentara.
Dan di lain sisi, Ia mulai membayangkan bagaimana sepinya di rumah sendirian tanpa teman dengan acara televisi yang membosankan.

Tapi, perkataan Elisa yang satu ini cukup untuk memberinya sedikit ketenangan semu.

"Iya, aku tahu. Sekarang, pejamkan matamu. " Elisa berkata.

Elisa menggandeng tangan Faricha.


f r i e n d s

"Itu mereka. Faricha....!  Elisa...!  Ayo cepat! Kalian kemana aja sih. Lama banget."Chintya berteriak. Ia menggerutu.

"Maaf, tadi ada sedikit halangan." Elisa tertawa, mencoba mencairkan suasana. Ia meringis garing sambil melayangkan tatapan memelasnya pada teman-temannya.

"Telat banget ya?"

"Banget!"

Beberapa cowok berdecak, peka dengan situasi,

✔️The Shadow Of Miracle (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang