1

811 46 0
                                    

"Berapa kali Kak?"

Seorang gadis bertanya dengan sangat pasrah kepada seniornya yang tengah berdiri di hadapannya.

Dalam hati, ia merutuki dirinya sendiri yang selalu susah bangun pagi. Akibatnya, sekarang di hari pertamanya mengikuti kegiatan OSPEK, ia datang terlambat dan harus mendapatkan hukuman.

Di hadapannya, seorang lelaki tampan dengan rambut berwarna coklat menatapnya dengan sangat datar tanpa ekspresi apapun. Senior yang baru saja menyeretnya ke posko pengawas panitia OSPEK dan menyuruhnya untuk scott jump karna keterlambatannya.

"Dua puluh." jawabnya singkat, setelahnya ia pergi menjauh dan kembali menjalankan tugasnya yang lain setelah menyerahkan gadis yang ia beri hukuman itu kepada salah satu rekan panita OSPEKnya.

Rachel Bellani, gadis berusia 18 tahun yang baru saja menginjakkan kakinya di Universitas Sudratama sebagai mahasiswi baru. Gadis berambut pirang berwarna putih, dengan iris mata biru, hidung yang mancung, bentuk tubuh yang ideal, dan perawakan yang tinggi. Rachel menatap senior yang baru saja meninggalkannya setelah memberinya hukuman hingga lelaki itu menghilang dari balik dinding kelas. Tanpa ingin membuang waktu lagi, ia segera melaksanakan hukumannya dan segera menghampiri barisan kelompok yang sudah di bagikan saat pendaftaran ulang minggu lalu.

Matanya bergerak ke kanan dan kiri mencari dimana barisan kelompoknya. Sialnya, kini jam sudah menunjukkan pukul 08.25 dan upacara pembukaan kegiatan OSPEK telah berlangsung sejak 25 menit yang lalu.

Rachel mengedarkan pandangannya keseluruh barisan, kesialannya semakin bertambah karna ia tidak bisa menemukan barisannya, karna memang sekarang ia tengah berdiri di belakang barisan peserta lainnya. Dan otomatis, ia tidak bisa melihat papan nama kelompok yang bertengger di setiap barisan kelompok.

Seseorang dari arah belakang berjalan menghampiri gadis itu dan menepuk pundaknya dari arah belakang.

"Hei."

Rachel yang terkejut merasakan tepukan di bahunya dan sebuah suara di belakangnya refleks menoleh dan mendapati tiga orang gadis dengan seragam yang sama seperti senior yang menghukumnya tadi. Sudah bisa ia tebak dari penampilan ketiga orang itu jika mereka adalah seniornya.

"Kenapa kamu nggak ikut upacara?" tanya salah satunya.

"Saya terlambat Kak, dan saya nggak tau dimana barisan saya."

"Emangnya kamu kelompok apa?"

"Saya kelompok Hukum Kak."

"Ooh, kamu masuk fakultas Hukum?"

"Iya Kak. Emm-- maaf Kak sebelumnya, apa saya boleh masuk barisan? Tadi saya sudah di hukum, dan kata Kakak senior yang hukum saya tadi, saya boleh masuk barisan setelah selesai hukuman."

"Yaudah boleh, biar Kakak yang antar kamu ke barisan."

"Iya Kak, makasih."

"Iya sama-sama." salah satu senior itu tersenyum dan menatap kearah dua temannya. "Guys, gue anterin junior ini ke barisannya bentar ya. Kalian duluan aja ke ruang panitia, ntar gue nyusulin."

Kedua teman senior itu mengangguk dan pergi ke ruang panitia.

"Yuk, barisan kamu di ujung kanan disana." tunjuk senior itu dan mengantarkan Rachel ke barisannya.

"Terima kasih Kak," ucap Rachel tiba di belakang barisannya.

"Ya, sama-sama. Lain kali jangan telat lagi okey."

Rachel mengangguk, "Iya Kak, sekali lagi makasih."

Senior itu tersenyum simpul dan meninggalkan Rachel di barisannya. Rachel melepaskan selempang tasnya kemudian menaruhnya di belakang dan mulai mengikuti upacara hingga selesai.

Setelah selesai upacara, Rachel kembali mengambil tasnya mencari tempat yang teduh dan duduk di pinggiran lapangan. Pandangannya kembali beredar mencari keberadaan tiga temannya. Terutama Gina, yang memang satu fakultas dengannya tapi ia tidak melihat keberadaan gadis itu sama sekali.

MR.FLATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang