43

102 8 0
                                    

Gadis itu berdehem, mengalihkan perhatian orang itu.

Orang itu kemudian melepaskan helmnya, membuat rambutnya yang selalu ia tata acak semakin berantakan.

"Mana tas lo? Buruan."

Gadis itu berdecak, ternyata Matthew.

"Iya bentar."

Rachel berbalik masuk untuk mengambil tasnya. Saat ia baru melangkah sampai pintu, Matthew berseru.

"Jaket."

Rachel menoleh kebelakang, mengangguk mengerti.

Tiga menit Matthew menunggu, Rachel datang dengan pakaian yang sudah ia baluti jaket. Lelaki itu kemudian mengulurkan helm yang ia kaitkan pada bagian belakang motor kepada Rachel.

Rachel naik ke jok belakang. Tangannya ia letakkan di tengah-tengah, ragu berpegangan dengan Matthew.

Tapi, lelaki itu kemudian berseru membuatnya terpaksa meletakkan tangan di pundak lelaki itu.

"Lo mau jatoh?" decak Matthew kemudian meraih satu-persatu tangan Rachel melingkar di pinggangnya. "Gue nggak mau tanggung resiko." langsung saja lelaki itu memacu laju motornya. Tidak perduli pada Rachel yang deg-degan saat ia memindahkan tangan gadis itu tadi.

Dibelakang, Rachel meminimalisir degupan jantungnya yang abnormal. Meskipun ini bukan pertama kalinya ia di bonceng laki-laki, tapi baru kali ini ia di bonceng dengan orang yang baru ia kenal, apalagi dengan tangannya yang melingkar di pinggang orang itu.

Tiba di parkiran kampus, semua yang berada disana menatap kearahnya. Rachel tidak tahu kenapa, tapi dari cara pandang mereka, Rachel seperti dapat menyimpulkan jika itu adalah tatapan tidak percaya.

Oh iya. Rachel baru ingat. Matthewkan terkenal dingin, jutek, judes, angkuh, dan selama ia kuliah disini Matthew sama sekali tidak pernah dikabarkan dekat dengan seorang perempuan. Bola mata Rachel membulat, ia takut mereka berpikaran yang tidak-tidak tentangnya. Bagaimana jika mereka mengira jika ia adalah kekasih Matthew?

Rachel yang masih diam diposisinya kini mendongak menatap Matthew yang bediri di depannya. Degup jantungnya kembali cepat.

"Gausah dipikirin." ungkap lelaki itu seolah tahu isi pikiran Rachel.

Rachel mengangguk dengan helaan napasnya pelan. Matthew mengulurkan tangan, "Apa?" tanyanya.

"Gue anter lo ke kelas."

"Nggak perlu Kak, aku sendiri aja."

Mengabaikan penolakan gadis itu, Matthew langsung meraih tangannya dalam genggam, menuntun gadis itu masuk kearea kelas.

MR.FLATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang