44

254 9 4
                                    

Rachel yang di perlakukan seperti itu, akhirnya pasrah mengikuti langkah panjang Matthew yang berjalan sedikit lebih dulu darinya.

Sama seperti di parkiran, di sepanjang koridor, di setiap orang yang mereka lewati, sama-sama memberikan pandangan aneh kearahnya. Terutama para senior perempuan yang kebanyakan adalah fans Matthew yang tidak pernah dianggap.

Tentu, mereka bingung. Bagaimana bisa, Rachel, si mahasiswa baru itu bisa terlihat dekat dengan Matthew hanya dalam beberapa minggu. Sedangkan mereka, yang sudah satu kampus dengan lelaki itu sejak tahun lalu saja harus berjuang mati-matian untuk mendapat lirikannya. Tapi ini, dengan mudahnya Rachel mampu memikat seorang Matthew? Bahkan lelaki itu menggenggam tangannya? Sulit dipercaya.

"Kak, lepas," cicit Rachel pelan, semakin merasa tidak enak terus di perhatikan sejak tadi.

Tapi sayang, Matthew justru semakin mengeratkan genggamannya, hingga mereka sampai di depan kelas Rachel.

"Jam berapa selesai?"

Rachel melirik arloji di pergelangan tangan kirinya. "Jam 11."

"Ruang Senat."

Rachel mengangguk paham, "Oke."

Setelahnya, Matthew berbalik menuju kelasnya. Meninggalkan Rachel yang masih tetap pada posisinya.

Gina datang dari arah belakang, bersama dengan Anisa yang tengah mengunyah sebungkus roti di tangannya.

"Bareng Kak Matthew lagi lo?"

Rachel menjawab dengan deheman.

"Naik motor?"

"Iya."

"Pantes." kekeh Guna.

Rachel beralih menatap Gina saat Matthew sudah hilang di simpangan tangga menuju lantai dasar.

"Kenapa?"

"Satu kampus heboh sama kalian berdua."

"Masalah?"

"Gue sih enggak. Tapi mungkin 'fans' Matthew, sama 'fans' lo yang entah sejak kapan terbentuk itu yang mempermasalahkan."

"Gue nggak ada fans."

Gina tertawa, "Menurut lo? Cowok-cowok pada pengen kenalan sama lo, udah gitu ngefollow lo, ngajakin tukeran WA, id LINE, terus pada nggak ada yang terima lo deket sama Matthew itu bukan fans? "

"Tau." Rachel mengedikkan bahu, dan berjalan memasuki kelas.

"Anjer, gitu doang?"

Anisa terbahak mendapati wajah kesal Gina. "Makannya, udah tau si Rachel itu irit ngomong juga kayak Matthew, pake segala di ajakin ngomong begituan." gadis itu menepuk pundak Gina, "Mana peduli mereka."

Gina mendengus, menjauhkan tangan Anisa dari pundaknya. "Lagian si Rachel dulu nggak irit-irit banget kalo ngomong. Sekarang kok makin parah. Jadi samaan eh, sama Kak Matthew."

"Ketularan si doi."

Keduanya tertawa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MR.FLATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang